Opini

Covid-19 dan Manajemen Waktu

Covid-19 yang hadir di ujung tahun 2019 hingga kini di minggu akhir 25 Maret 2020 telah menjangkau 194 dari 206 negara seluruh dunia. Jumlah orang yang positif sebanyak 425.000 orang, 109.241 orang sembuh, dan jumlah kematian 18.957 orang. Jumlah ini secara terus tambah, kecuali beberapa negara yang menurun jumlah yang positif. Indonesia sebagai salah satu negara yang jumlahnya terus tambah berimplikasi pada kehidupan warga Indonesia yang berubah gaya hidupnya, baik secara personal, kelompok maupun institusional, sehingga dapat terhindar dari ancaman wabah.

Pemerintah telah menetapkan bahwa masa darurat akan berlaku hingga 29 Mei 2020. Semoga bisa tuntas. Untuk memanfaatkan waktu dan mencari solusi terhadap meluasnya sebaran Covid-19, telah diputuskan Kebijakan Bekerja dari Rumah (Work From Home) dan Belajar di Rumah menjadi pilihan. Kebijakan ini dibuat sebagai konsekuensi dari penerapan Social abd Physical Distancing.

Berdasarkan kebijakan tersebut, semua pihak telah bekerja keras untuk mengatur cara yang tepat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kondisinya sehingga tidak menyalahi aturan. Di saat pandemik Covid-19 semakin meluas, upaya serius untuk penyelamatan dan pengamanan terus dilakukan. Penyesuaian tugas dan kerja menjadi hal sangat penting, sehingga tidak mengurangi produktivitas secara berarti.

COVID-19 tidak diragukan lagi sangat mengganggu produktivitas seseorang dan institusi. Semuanya cenderung menurun. Di samping pengorbanan yang tidak bisa dihindari, terutama hilangnya jiwa. Namun tidak sedikit best practices bahwa kebijakan pemerintah yang tepat dan partisipasi aktif warga negara untuk merespon wabah sangat berarti dalam penyelamatan diri.

Berdasarkan kebijakan pemerintah terkait dengan bekerja, belajar dan beribadah relatif jelas. Berkenaan dengan bekerja, bukan hanya ASN saja yang bisa dimodifikasi modus kerja dari rumah, tetapi juga pekerjaan di perusahaan swasta diharapkan dapat melakukan hal yang sama dengan melakukan penyesuaian modus kerja sesuai dengan bidang pekerjaannya. Apapun pilihannya, diharapkan semuanya bisa memanaj waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga produktivitas tetap terjaga. Di sini komitmen kerja seseorang sangat berarti. Bekerja di luar tempat kerja, termasuk di rumah yang dimanaj dengan baik waktunya, produktivitas tetap terjaga. Hal ini tidak mudah, namun membutuhkan komitmen akan tugas yang tinggi. Kini cukup diuntungkan, bahwa dunia digital yang relatif sudah established, kecuali di daerah-daerah tertentu, dan orang-orang atau institusi tertentu yang tidak tersedia hardware yang memadai.

Baca Juga:  Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur tentang Covid-19

Selanjutnya bahwa praktek belajar di rumah dan di sekolah atau kampus berbeda. Jika pemanfaatan e-learning dan sejenisnya untuk mahasiswa tetap berorientasi untuk penuntasan paket kurikulum. Hanya saja belum sepenuhnya mahasiswa dan dosen serta Institusi yang bisa melakukan optimal. Hal ini bisa disebabkan bahan dan sistem yang belum tersedia dengan cepat dan memadai, di samping mahasiswa dan dosen yang belum skillful dalam pembelajaran berbasis digital. Karena pembelajaran untuk mahasiswa lebih dititikberatkan untuk penuntasan program kurikuler, maka pemahaman dan kecakapan mengadapi Covid-19 relatif terbatas. Untuk itu perlu manajemen waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga mahasiswa juga Covid-2020 literate.

Sementara itu bahwa praktek belajar di rumah bagi para siswa. Suatu yang tidak mudah dimanaj. Belakangan ini sangat jelas instruksional dari pejabat pendidikan, bahwa belajar di rumah lebih difokuskan bagaimana anak memahami dan cakap menghadapi Covid-19. Bukan belajar materi-materi yang terkait dengan kurikulum. Padahal sejak awal anak-anak mungkin sudah diberi tugas yang terkait dengan pelajarannya. Jika harus merubah fokus belajarnya, maka sekolah atau guru harus sudah bisa menyiapkan materi. Saya husnudz dzan saja bahwa sekolah secepat itu dapat berkoordinasi baik secara internal dalam sekolah dan secara eksternal dengan pihak terkait untuk bisa menyiapkan bahan itu. Namun melihat realita yang ada rasanya kok reaktif sulit meyakini, bahwa sekolah dan guru bisa siapkan dan susulkan untuk anak-anak. Di sini anak-anak sendiri atau perlu dibantu orangtua untuk siapkan bahan untuk belajar mandiri. Anak-anak bisa memanaj waktu dengan baik, sehingga belajar di rumah tidak bosan. Hal ini cukup ideal. Mudah-mudahan saja bisa diwujudkan.

Berkenaan dengan memanaj diri yang terkait dengan Ibadah memang sesuatu yang penting. Wabah sebenarnya merupakan media yang paling efektif, karena langsung ingatkan kita akan kematian. Kita bisa introspeksi, bagaimana amal baik kita, juga amal maksiyat kita. Gmn iman kita, juga ibadah kita? Gimana akhlaq kita terhadap orangtua dan sesama kita. Dan sebagainya. Gimana menjadikan ibadah kita dapat menjaga martabat dan marwah kita? Yang jelas dengan kehadiran Covid-19, diharapkan sekali kita bisa meningkatkan dan memperbaiki iman, Islam, dan akhlaq kita. Benar-benar kita dapat memanaj waktu dengan optimal untuk taqarrub ilallaah.

Baca Juga:  Ujian Nasional dan Covid-19; Analisa Dampak Covid-19 Di Dunia Pendidikan dan Solusinya

Akhirnya bahwa dalam konteks apapun kita tidak boleh merugi. Kita harus bisa menghargai waktu dengan baik, jika tidak maka kita akan tersembeleh. Jadi korban waktu. “Alwaqtu kassaiif, fa in lam taqtha’hu qatha-aka”. Karena itu kita seharusnya bisa mengisi waktu belajar, bekerja, dan beribadah di rumah secara optimal, sehingga bisa bermanfaat dan berbuat secara produktif. Semuanya kembali kepada diri masing-masing. Mau hidup produktif atau sekedarnya. Padahal secara sunnatullah, tantangan itu berpotensi menghasilkan inovasi. Kita sangat berharap bahwa dengan Covid-19 dapat berpotensi mampu menghasilkan temuan baru. Komitmen diri akan tugas meningkat. Manajemen waktu meningkat. Akhirnya Kemandirian meningkat.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini