Khotbah

Sumbangsih Wakaf dalam Pembangunan Nasional

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ شَرَع َالْإِنْفَاقَ لَنَا إِعْظَامًا وَتَكْرِيْمًا، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ رَضِيَ بِالْاِسْلَامِ دِيْنًا، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ اِلَى صِرَاطِ اللهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا، اَللَّهُمّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍ يُوْزَنُ اَعْمَالُ الْإِنْسَانُ مِيْزَانًا. اما بعد. 

فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَن ِالرَّحِيْمِ. لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Hadirin, Jamaah Jum’ah hafidzakumullah
Pada sebuah kesempatan yang mulia dan di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan berusaha selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Hadirin…
Kita sekarang sedang menjalankan ibadah shalat Jumat di masjid yang diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Di masjid ini atau di masjid dan tempat shalat yang lain pula, kita biasa menunaikan ibadah jamaah shalat lima waktu. Ini semua tidak lepas dari peran serta orang dahulu yang telah mewakafkan harta atau tanahnya untuk dijadikan masjid, sehingga setelah sekian tahun berjalan yang mungkin saja di antara pewakaf ada yang masih hidup, ada pula yang sudah meninggal dunia, tapi walaupun mereka sudah meninggal, pahala yang sudah mereka tanam mengalir terus-menerus tanpa henti selama masjid ini digunakan oleh kita dan anak-anak cucu kita.

Rasulullah ﷺ bersabda:
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له (رواه مسلم)

Baca Juga:  Membina Rumah Tangga Bahagia

Artinya: “Jika anak adam meninggal dunia, amalnya menjadi putus kecuali tiga hal. Pertama, shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakan dia.” (HR Muslim: 931)

Salah satu amal yang tidak akan putus dari tiga unsur pada hadis di atas adalah shadaqah jariyah, artinya sedekah dengan pahala mengalir tanpa henti. Menurut para ulama, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Rafi’i, yang namanya pahala mengalir pada hadis ini cenderung mengarah kepada masalah wakaf karena benda yang diwakafkan akan langgeng, ia hanya bisa dimanfaatkan saja, tidak bisa dimiliki. Berbeda dengan selain wakaf. Barang yang sudah diberikan kepada orang lain, sudah menjadi hak total baik bendanya maupun manfaatnya, semua menjadi milik penerima. Jadi bebas dijual atau dibuang sekalipun.

Syekh Khatib al-Syarbini dalam kitabnya Mughni al-Muhtaj mengatakan:

الصَّدَقَةُ الْجَارِيَةُ مَحْمُولَةٌ عِنْدَ الْعُلَمَاءِ عَلَى الْوَقْفِ كَمَا قَالَهُ الرَّافِعِيُّ فَإِنَّ غَيْرَهُ مِنْ الصَّدَقَاتِ لَيْسَتْ جَارِيَةً، بَلْ يَمْلِكُ الْمُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ أَعْيَانَهَا وَمَنَافِعَهَا نَاجِزًا.

Artinya: “Shadaqah jariyah menurut para ulama maksudnya cenderung mengarah ke persoalan wakaf sebagaimana yang dikatakan oleh al-Rafi’i, karena sedekah selain wakaf sifatnya tidak mengalir terus menerus tapi penerima sedekah bisa memiliki benda dan manfaatnya sekaligus.” (Muhammad bin Ahmad al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, (DKI, 1994), juz 3, hlm. 523)

Hadirin hafidzakumullah
Data Badan Wakaf Indonesia (BWI) tahun 2017, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai lebih dari 4 miliar m2 yang tersebar lebih dari 287 ribu lokasi dalam bentuk wakaf masjid, mushalla, madrasah, pesantren, sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya. Semuanya, baik secara langsung atau tidak langsung mempunyai andil yang sangat besar dalam ikut serta membangun negara Indonesia baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Indonesia.

Baca Juga:  Jum'atan Online?

Berapa banyak masyarakat Indonesia tercerdaskan dan menjadi sukses berangkat dari bangunan di atas tanah wakaf Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) yang kecil di pojok kampung, misalnya, atau menjadi ilmuan tertentu yang berangkat dari kampus atau salah satu pesantren. Berapa banyak pula orang yang terselamatkan jiwanya berkat ada rumah sakit hasil wakaf seseorang yang sekarang mungkin waqif-nya sudah meninggal. Belum lagi masjid yang menjadi pusat kegiatan umat muslim. Semuanya berangkat dari wakaf, baik wakaf pribadi maupun persekutuan.

Oleh karena itu, mari kita berdayakan wakaf. Fasilitas-fasilitas peribadatan atau fasilitas umum seperti madrasah, sekolahan, TPQ, rumah sakit, ambulance dan lain sebagainya yang belum ada, mari kita bergerak bersama untuk menginvestasikan harta kita. Jika di antara kita untuk memenuhi angsuran kredit bulanan dibela-belain peras keringat untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja bisa, apakah kita tidak mau memeras sedikit keringat kita untuk kepentingan kita yang lebih abadi yaitu di negeri akhirat? Mari kita sisihkan sebagian harta kita untuk wakaf demi diri kita sendiri di akhirat kelak dan demi lingkungan serta anak cucu kita kelak yang akan bisa memanfaatkan secara terus menerus.

Kita belum akan tercatat sebagai orang yang baik secara sempurna sebelum kita rela melepaskan harta yang kita sukai sampai kita mendonasikan harta kita.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya: “Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian nafkahkan maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. (QS Ali Imron: 92).

Semoga dengan kita mewakafkan harta kita, kelak, ketika kita meninggalkan dunia ini, Allah memberikan pertolongan kepada kita dengan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin, Ya Rabbal alamin.

Baca Juga:  Khutbah Jum'at itu Sakral

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ

Ahmad Mundzir
Kontributor NU Online dan Aktif di Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Khotbah