Bahasa Arab adalah bahasa resmi yang digunakan setidaknya oleh 22 negara baik di Asia maupun di Afrika, dengan jumlah penduduk 389.373.000 jiwa. Akan tetapi, jumlah native speaker bahasa Arab mencapai 500 juta, karena disamping negara Arab, terdapat suku-suku Arab yang tinggal di beberapa Negara tetangga seperti Chad, Niger, Mali, Senegal, Ethiopia, Eriteria, dan Kenya.

Bahasa Arab, juga sudah diakui sebagai bahasa komunikasi internasional, karena telah ditetapkan resmi dalam persidangan Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1973, bersama dengan bahasa-bahasa Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan Spanyol. Setidaknya ada 4 alasan utama yang disebutkan dalam pembukaan surat keputusan PBB, diantaranya menyadari peran bahasa Arab dalam menjaga dan menyebarkan peradaban dan kebudayaan umat manusia.

Setidaknya, Al-Quran menyebutkan sebanyak 14 kali kata-kata yang menunjukkan makna tidur, yaitu naum, ruqud, madhaji’, mihad, dan haj’. Tetapi pada pembahasan kali ini kita akan membahas 3 kata saja yang sering kita dengar tentang tidur yaitu naum, ruqud, dan qailulah. Kata naum karena disebutkan 8 kali dalam Al Quran, kata ruqud karena ayat dari surah Al-Kahfi yang dibaca setiap Jum’at, dan kata qailulah yang menjadi adat istiadat orang Indonesia pada umumnya.

Ibnu Faris dalam mu’jam maqayasil lughah mengatakan bahwa tidur adalah keadaan tabiat ketika kekuatan menganggur. Sedangkan dalam mu’jam wasith bahwa tidur adalah waktu mengistirahatkan badan dan pikiran, melenyapkan fungsi sebagian anggota tubuh dan melenyapkan seluruh fungsi keinginan serta kesadaran. Dari 2 pengertian saja kita dapat fahami bahwa mengapa tidur disebut ‘kematian ringan’ karena segala keinginan dan kesadaran kita menghilang sementara.

Adapun perbedaan antara kata naum dan ruqud adalah durasi tidurnya. Jika naum merupakan tidur yang menjadi kebutuhan manusia pada umumnya maka berbeda dengan ruqud yang berarti tidur dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu kata ruqud ini digunakan 2 kali dalam Al-Quran, yaitu ruqud dan marqod. Kata pertama pada surah Al Kahfi ayat dan 18 kata yang kedua pada surah Yasin ayat 52 . Kata pertama membicarakan Ashabul Kahfi yang tidur didalam goa selama 309 tahun, Allah membalikkan badan mereka ke kanan dan kiri selama mereka tidur agar tubuh mereka tidak dimakan bumi. Sedangkan ayat kedua berbicara tentang ucapan penyesalan yang dilontarkan oleh mereka yang mendustakan hari kiamat, mereka berkata : Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Tempat tidur yang berasal dari kata ruqud yang diderevasikan menjadi isim makan (kata tempat) berupa marqod menunjukkan bahwa tidur di alam kubur adalah tidur yang panjang.

Baca Juga:  Sayyidah Aisyah Juga Cemburu

Kata tidur yang selanjutnya adalah qailulah, apa itu qailulah? Mungkin sebagian pembaca akan merasa kebingungan atau belum pernah mendengar perihal qailulah ini. Tetapi bagi kalangan santri kata ini bukan hal yang asing tentunya. Qailulah sendiri berasal dari kata قال يقيل قيلولة yang berarti tidur pada pertengahan siang. Kegiatan ini menjadi suatu kebiasaan di beberapa Negara yang berada di bawah garis khatulistiwa seperti Indonesia. Sebagian orang berpendapat bahwa tidur siang ini adalah kegiatan tidur untuk sekedar menghilangkan lelah. Tetapi sebagian lainnya mengatakan bahwa tidur siang ini memiliki manfaat untuk kesehatan sehingga mereka melakukan ini agar mendapatkan manfaat tersebut. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah islam agama yang sempurna ini membahas hal kecil seperti qailulah? Apakah qailulah kegiatan yang disunnahkan dalam islam?

Betul bahwasanya kata qailulah ini tidak disebutkan secara implisit didalam Al Quran, tetapi ada ayat quran yang menjelaskannya secara eksplisit yaitu pada surah Ar Rum ayat 23. Ia berfirman “Diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari”. Syekh Ali As Shabuni dalam Shofwatut Tafasir mengatakan bahwa diantara tanda yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah adalah tidurnya kalian di gelapnya malam dan di terangnya siang. Selain Al-Quran, Nabi sendiri pernah bersabda : قِيلُوا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَقِيلُ “tidur sianglah, karena syaitan tidak tidur siang”. Hadits tersebut dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadits hasan lighairihi sehingga kita boleh mengamalkannya. Tetapi tak cukup sampai disini, yang perlu diperhatikan adalah qailulah menjadi sunnah ketika kita mengamalkannya dengan niat untuk ibadah di malamnya, jika kita tidur siang hanya karena alasan kesehatan maka hal seperti itu tidak mendapatkan pahala sunnah.

Baca Juga:  Kisah Sahabat Nabi: Zaid bin Haritsah yang Tertulis dalam Al-Quran

Ternyata jika kita telaah lebih dalam tentang satu kata saja yang disebutkan dalam Al-Quran seperti tidur misalnya niscaya kita menemukan berbagai kehebatan dan kedalaman makna yang Allah jelaskan dalam firman-Nya. Hal ini tentunya menambah keimanan dan keyakinan kita akan kuasa Allah dalam bentuk bahasa, bahwa bahasa bukan hanya sekedar kata-kata tetapi memiliki makna dan rahasia yang jika kita ingin mempelajarinya tentunya kita akan menemukannya.

 

Muhammad Ikhsan Kamaluzaman
Ketua Santri Putra PP. Darun Nun Malang Mahasiswa S1 UIN Malang Ketua II Keluarga Duta Santri Nasional

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka