Guru kreatif saat ini dan mendatang sangat dibutuhkan untuk mendidik dan mengajar generasi emas yang penuh tantangan. Guru yang diharapkan untuk mendidik, mengajar, membimbing dan melatih, sehingga lahir generasi yang lebih kreatif dan inovatif serta berkarakter. Kini di lapangan, kuantitas dan kualitas guru kreatif sangat terbatas, relatif belum membanggakan. Ke depan diharapkan sekali guru kreatif bisa meningkat secara signifikan.

Persoalan guru kreatif bukanlah sesuatu yang baru. Sejak zaman Rasulullah saw, sudah dianjurkan sekali perlunya guru kreatif, sebagaimana sabdanya sebagai berikut, “Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan (dididik) untuk zamannya bukan zamanmu, untuk generasinya bukan generasimu”, Ini menekankan betapa guru harus kreatif yang mampu menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dari tahun ke tahun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan perubahan atau tantangan zaman. Dalam situasi yang demikian, berpikir divergen dan berpikir lateral sangat diperlukan.

Guru kreatif adalah guru yang mampu membuat siswa berpikir besar dan melakukan berbagai hal yang inovatif untuk kesejahteraan kehidupan masyarakat. Guru yang selalu berusaha mencari metode-metode baru untuk mendapatkan pengetahuan baru dan mendiseminasikannya seefektif mungkin. Guru yang memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi alternatif terhadap persoalan yang dihadapi setiap hari tiada henti sehingga memberikan inspirasi.

Paulo Freire, berpendapat, bahwa “Education will not change the world, it will change the people who are going to change the world. Sometimes teachers forget how powerful their words and actions can be for students“. Ini menjelaskan bahwa guru kreatif sangat diperlukan untuk bisa mengisi proses pendidikan yang mampu menghasilkan manusia yang bisa merubah dunia.

Untuk menjadi guru kreatif tidaklah bisa terjadi secara instan, namun bisa diupayakan dengan berbagai cara. Marisa Constanides (2015) menjelaskan ada delapan langkah untuk menjadi guru kreatif. Pertama, menjadi guru berpengetahuan. Kedua, berhubungan dengan guru-guru lain. Ketiga, menjadi kolektor ide-ide tentang mengajar. Keempat, sharing pembelajaran. Kelima, menghilangkan penghalang untuk berpikir kreatif. Keenam, mempraktikkan kreativitas. Ketujuh, memulai eksperimen dan merefleksikan cara mengajar kreatif. Kedelapan, menjadikan kreativitas sebagai suatu tujuan harian. Di antara langkah-langkah ini dapat diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan,

Baca Juga:  Hak Belajar Perempuan

Setelah guru kreatif dapat menunjukkan kinerjanya, maka upaya yang dapat dilakukan selanjutnya untuk dapat mengembangkan dan memelihara kreativitas guru sendiri adalah berikut : (1) Sadari akan miskonsepsi kreativitas yang membatasi diri, (2) Lakukan eksperimen cara-cara mengajar yang baru di kelas, (3) Ambil risiko untuk mengekspresikan sisi kreatifmu (guru), (4) Perlakukan rencana pembelajaran sebagai bagian dari latihan kreatif, (5) Kembangkan ritual kreatif yang bersifat personal, (6) Buatlah latihan meditasi yang mendorong berpikir kreatif, (7) Carilah kesunyian, karena dapat memelihara kreativitas, (8) Jalan-jalan untuk cari inspirasi dari karya-karya kreatif, (9) Ganti kegiatan rutin menjadi kegiatan yang merangsang kreativitas, dan (10) Ubahlah lingkunganmu, sehingga mampu mendorong kreativitas (Laurens Cassani Davis, 2018). Upaya-upaya ini harus dilakukan guru secara konsisten dan berkesinambungan. Guru tidak boleh boleh hanya bergerak panas-panas tahi ayam. Semangat di awal saja, melainkan harus terus menerus kembangkan ide-ide baru untuk pemecahan masalah.

Untuk menghadapi tantangan RI 4.0, yang orientasinya belajar yang biasanya learning by doing, harus berubah menjadi learning by making. Karena itulah kehadiran guru kreatif merupakan kebutuhan yang mendesak. Semua guru tanpa terkecuali wajib menyesuaikan dengan tuntutan riil di lapangan. Guru tidak bida tinggal diam. Mereka harus mindset-nya, sehingga tidak menjadi beban. Gimana menurut Anda?. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini