Dunia Pendidikan Kembali tercoreng

Pesantren.id-Baru baru ini dating berita yang sangat menghebohkan dan tentunya memalukan didunia Pendidikan, Dunia Pendidikan yang harusnya menjadi dasar dalam melakukan segala Tindakan dan Lembaga yang harusnya memberikan contoh yang baik agar ditiru oleh siswa atau mahasiswa nya juga. Tapi kabar kali ini yang dating dari dunia Pendidikan adalah kabar yang sungguh mengiris hati. Karena adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan dosen kepada mahasiswa.

Mahasiswa yang menceritakan kejadian ini melalui media sosial mengaku kejadian tersebut berlangsung saat mahasiswi tersebut melakukan bimbingan skripsi. Bimbingan skripsi yang harusnya dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi mahasiswa dalam menunjang perkuliahan malah disalahgunankan dan mencari kesempatan dalam kesempitan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dalam unggahan di akun Twitter @unsrifess, Minggu (26/9), mahasiswi anonym tersebut mengaku telah dilecehkan saat mengurus berkas untuk ditandatangani dosen pembimbing dan penguji, Pertemuan mahasiswi dengan dosen tersebut berujung pada percakapan masalah pribadi mahasiswa. Usai bercerita, dosen tersebut dikatakan mulai melakukan tindakan asusila di depan mahasiswi tersebut.

Mahasiswi tersebut mengaku menemui dosen tanpa janji dan bertemu di ruang kerja dosen tersebut. Si mahasiswi menyebut si dosen sedang sendirian di kantor tersebut. Dia mengaku sempat terlibat obrolan mengenai skripsi. Mahasiswi ini mengaku bahwa si dosen sempat menanyakan kondisi nya yang terlihat memang tampak pucat, karena saat itu kondisi nya memang sakit. Mahasiswi mengaku bercerita kepada dosennya bahwa dia sedang menghadapi masalah keluarga. Dia mengaku kemudian dipeluk si dosen.

”Saat bercerita dengannya, aku merasa makin sedih sampai akhirnya, aku dipeluk oleh dosen tersebut. Setelah memeluk, dia itu akhirnya menandatangani berkas sidang tersebut. Aku kaget dan aku pikir itu hanya bentuk empati atas masalah yang ku alami,” katanya melalui detik.com.

Saat berpamitan, katanya si dosen disebut mengulangi tindakan tersebut. Dia menyebut dosen itu juga menciumnya dan meraba tubuhnya.  Mahasiswi ini mengaku syok dan takut berteriak karena takut urusannya dipersulit. Dia juga mengaku dosen itu pernah melakukan onani di hadapannya. Mahasiswi menyebut dosen itu telah meminta maaf dan berjanji tak mengulangi perbuatannya. Mahasiswi tersebut mengatakan dia ingin mengadu, namun takut.

Usai kicauan tersebut viral, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM Unsri menindaklanjutinya hingga bisa berkomunikasi dengan korban. cuitan tersebut telah di diunggah ulang atau retweet 1.647 kali dan disukai 3.433 kali. Menteri Pemberdayaan Perempuan BEM KM Unsri Syarifah Indar Demi membenarkan hal tersebut. Pihaknya telah menerima laporan dari korban mengenai dugaan pelecehan seksual tersebut.

”Kami dari BEM KM Unsri sudah berkomnikasi dengan korban. Kami berupaya melakukan verifikasi terhadap kejadian tersebut. Hasilnya, korban sudah melaporkan kejadian tersebut kepada Kaprodi. Saat ini korban masih enggan memberikan identitasnya,” ujar Syarifah saat

dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (27/9). Pihaknya saat ini tengah melakukan verifikasi lebih lanjut dan menelusuri bukti-bukti tambahan untuk melakukan advokasi terhadap korban. BEM KM Unsri pun, lanjutnya, akan melakukan pertemuan dengan pihak Rektorat untuk membahas program layanan Sriwijaya Care untuk memfasilitasi korban-korban pelecehan seksual di kampus.

Namun menurut Rektor Universitas Sriwijaya Anis Saggaff mengatakan sumber informasi kasus pelecehan mahasiswanya terbilang "kabur" karena berasal dari media sosial. Jika mengalami masalah di kampus, ia meminta mahasiswa melaporkannya langsung secara resmi ke institusi kampus, seperti Kepala Program Studi, fakultas, ataupun langsung ke tingkat universitas. Hingga saat ini, dirinya mengaku belum mendapatkan laporan kasus tersebut.

Di luar benar atau tidaknya berita tersebut, kasus pelecehan seksual antara dosen dan mahasiswa di Indonesia telah beberapa kali terjadi. Seperti viralnya video pengakuan mahasiswi Unri, yang dilecehkan oleh dosennya saat melakukan bimbingan skripsi juga. Namun, oknum dosen tersebut mencoba merayu korban agar tidak mengadu. Bahkan, ketika korban hampir sampai ke rumah ketua jurusan, oknum dosen tersebut secara aktif mengajak korban untuk bertemu dahulu di warung kopi. Di situ, kata korban, oknum dosen tersebut malah mengancam dirinya agar mengurungkan niat melaporkan peristiwa tersebut ke ketua jurusan.

Ketakutan korban dalam mengadukan ke pihak yang berwajib sepertinya selalu menjadi alas an untuk lebih merasa aman menceritakan masalahnya di media sosial, terbuti dari beberapa kasus pelecehan seksual, diungkapkan melalui media sosial. Salah satunya adalah ketakutan skripsi yang akan dipersulit sedangkan salah satu tolak ukur lulus adalah skripsi. Perlu adanya dukungan moral bagi para korban untuk berani mengadukan kasusnya yang serius terhadap pihak berwajib, atau Lembaga yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Dunia Pendidikan lagi lagi harus membenahi agar pelecehan seksual ini berkurang. Para perempuan juga harus mulai berani dalam melakukan pengaduan atas kasus tersebut. Lembaga atau Universitas juga harus menjamin identitas korban yang tidak akan disebar kemana mana, bahkan Universitas harusnya melindungi mahasiswa tersebut untuk tetap lancer dalam melaksanakan kewajibannya menyelesaikan tugas skripsinya tanpa ada ancaman dari pihak manapun, serta memberi pelayanan pendampingan dalam menyelesaikan masalah kasus pelecehan seksualnya. (IZ)

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan