Kita seringkali berbicara tentang kemaksiatan yang lahir (tampak) di tengah masyarakat. Pelaku maksiat jenis ini, sejatinya mudah untuk diampuni Allah dengan cara bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Misalnya, seseorang telah berbuat zina, mencuri, minum alkohol, konsumsi narkoba, dan maksiat lainnya akan tetap diampuni Tuhan selama yang bersangkutan mau bertaubat dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu, Allah akan menghapus dosa-dosanya selama taubatnya dilakukan dengan sepenuh jiwa.

Padahal, dibanding kemaksiatan lahir di atas, sejatinya jauh lebih berbahaya lagi kemaksiatan batin (tidak tampak). Karena kemaksiatan jenis ini yang tertanam dalam relung jiwa. Ia akan menjadi penyakit hati yang sulit disembuhkan.

Misalnya, seseorang yang bersifat takabur. Bagaimana mungkin ia bisa bertaubat, jika takabur sudah menjadi karakter dan sifat yang mendarah daging dalam dirinya. Demikian halnya, sifat dengki, buruk sangka, ujub, riya‘ dan penyakit hati lainnya. Meskipun ia tidak tampak, namun pengaruhnya begitu besar.

Sikap takabur memang banyak faktornya. Bisa jadi disebabkan kekayaan, kecerdasan, jabatan dan lainnya. Demikian juga sifat dengki kepada orang lain bisa disebabkan merasa iri terhadap nikmat yang diberikan Tuhan kepada orang lain yang tidak diberikan kepada dirinya.

Manusia akan sulit untuk menghilangkan penyakit hati yang ada dalam dirinya. Sebab, dosa-dosa seperti ini tidak terlihat, sehingga seringkali justru banyak yang meremehkannya. Inilah yang disebut dengan dosa batin (bātin al-itsm).

Lalu bagimana cara mengatasinya?

Dalam hal ini, al-Būtī pernah mengatakan begini dalam ceramahnya:

“Orang fasik bisa saja konsumsi minuman keras atau melakukan perbuatan haram lainnya. Akan tetapi, bisa saja dalam sekejap ia menyesali perbuatannya dan bertaubat kepada Allah swt. Namun, bagaimana dengan pemilik sifat takabur, dengki, hasud dan penyakit hati lainnya?”

Baca Juga:  Ramadhan: Madrasatul Hayat

Kemudian al-Buti melanjutkan:

“Ketika kita ter-hijab (terhalang) dari Allah swt, karena sifat-sifat tercela ini (dosa batin), maka kita harus merobek hijab itu dan mencabik-cabik sifat tercela agar ia tidak tumbuh subur di dalam hati kita. Maka teruslah meminta kepada Allah agar disembuhkan dan dihindarkan dari sifat-sifat tersebut. Lalu, istikamahlah dalam kebaikan dan senantiasa mencari ridha Allah swt.”

Inilah obat penyakit hati yang mampu menggerogoti dan mengotori jiwa manusia. Itu sebabnya, bahaya dosa batin jauh lebih diwaspadahi daripada dosa lahir. Karena ketaatan pun jika dikotori dengan dosa batin menjadi tidak berarti di mata Allah.

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah bukan berarti kita diperbolehkan untuk meremehkan dosa-dosa yang tampak. Hal itu karena kita harus berusaha sekuat tenaga agar terhindar dari perbuatan dosa, baik yang lahir maupun yang batin sekaligus. Meskipun pada saat yang sama, tidak mungkin ada manusia yang terlepas dari dosa, karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf.

Jadi, bahaya dosa batin harus lebih diwaspadahi. Jangan sampai penyakit hati berupa sifat takabur, dengki, hasud, riya’ dan lainnya tertanam dalam diri kita. Dan, jikapun penyakit itu mulai menjangkiti dalam diri, maka bersegeralah untuk menyadarinya dan memohon pertolongan kepada Allah agar terbebas darinya.

Senin menjelang Subuh, 24 Agustus 2020 (IZ)

Moh Mufid
Redaktur Maqasid Centre, Penulis Buku dan Dosen Maqasid Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Santri Alumni PP Mambaul Ulum Dagan Lamongan, PP Tambakberas Jombang, dan PP Salafiyah Safi'iyyah Asembagus Situbondo, Alumni Fakultas Syariah Wal Qanun Al-Ahgaff University Hadhramaut Yaman, Alumni Magister Filsafat Hukum Islam IAIN Antasari Banjarmasin dan Doctoral UIN Alauddin Makassar.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pengajian