Al-Qur’an Mengajak Kita Swasembada Pangan

Swasembada pangan adalah indikator ketahanan pangan sebuah negara. Hal ini dapat terwujud ketika kita mampu menyediakan kebutuhan pangan sendiri melalui berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan negara kita. Menurut data Global Food Security Index (GFSI) ketahanan pangan Indonesia tahun 2022 berada di peringkat ke-63 dari 113 negara dengan skor indeks di level 62,2 dan masih berada dibawah rata-rata global yang skor indeksnya di level 63,4.

Hal ini tentu menjadi pemicu masih tingginya angka kekurangan gizi di Indonesia. Menurut Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) ada sekitar 27 juta orang atau 7 persen dari populasi Indonesia mengalami kekurangan gizi serta 21,6 persen anak mengalami stunting. Sungguh sangat miris melihat kekayaan alam negeri kita yang berlimpah serta tanah yang subur.

Al-Qur’an menyebutkan bahwa salah satu aspek yang menunjang ibadah adalah keamanan serta terjaganya persediaan bahan makanan. Tentu, seseorang yang hidup di daerah yang terjangkit kelaparan dan kekacauan akan sangat sulit menjalankan ibadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana dalam al-Qur’an

فَلْيَعْبُدُواْ رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِى أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفِ

Artinya: Maka, hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Kak’bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan kelaparan dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan”. (Qs.Quraisy ayat : 3-4)

Abdul Karim al-Qusyairi dalam kitab Lathoiful Isyarat mengomentari ayat ini:

وَوجْه المِنَّةِ في الإطعام والأمان هو أن يتفرَّغوا إلى عبادة الله؛ فإِنَّ مَنْ لم يكن مكْفِي الأمور لا يتفرَّغُ إلى الطاعة، ولا تساعده القوة ولا القلبُ إلاَّ عند السلامة بكلِّ وجهٍ

Bentuk anugerah dalam (terjaganya) makanan dan keamanan adalah membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah, sungguh orang yang tidak tercukupi kebutuhannya tidak akan mampu membaktikan diri untuk beribadah, dan tidaklah kemampuan diri serta hati menolongnya (dalam beribadah) kecuali ketika terwujud keamanan dari berbagai aspek”.(Al-Qusyairi Abdul Karim, Lathoiful Isyarat [Hai’ah al-Mishriyyah Mesir1996] juz.3 hal.772)

Baca Juga:  Bunyi Kata yang Menggambarkan Makna (I’Jaz Syauti dalam Al-Qur’an)

Swasembada pangan yang diharapkan oleh al-Qur’an hanya dapat dihasilkan dengan tiga hal, yaitu:

Pertama, terwujudnya generasi muda yang menekuni dunia pertanian serta terwujudnya kemajuan teknologi dalam bidang pertanian. Hal ini tentu sangat penting melihat generasi muda bangsa yang lebih memilih bekerja di sektor perkantoran daripada bekerja di dunia pertanian. Padahal, Al-Qur’an menegaskan bahwa pertanian adalah sumber rezeki bagi manusia.

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ

Artinya: “Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindah dan biji-bijian yang dapat dipanen, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba Kami, dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur)”. (QS.Qaf ayat : 9-11)

Kedua, terciptanya pengaturan yang bijaksana dalam menyalurkan bahan panganan. Hal ini menjadi penting melihat masih maraknya permainan harga serta penyaluran logistik pangan yang kurang tepat. Harga anjlok dan terbuang sia-sia ketika panen raya serta kelangkaan pasokan ketika musim kemarau panjang.

Padahal, Al-Quran menceritakan Nabi Yusuf yang cermat mengatur pasokan bangan pangan di negara Mesir sebagai contoh bagi kita semua. Beliau menyuruh untuk menyimpan sebagian bahan makanan ketika panen guna menghadapi kemarau yang akan datang.

قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلا قَلِيلا مِمَّا تَأْكُلُونَ

Artinya: “Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan”. (Qs.Yusuf ayat : 47)

Baca Juga:  Bani Israel (3)

Ketiga, terwujudnya kebiasan menghemat bahan makanan serta tidak menghambur-hamburkan makanan. Hal ini penting mengingat gaya hidup anak muda yang senang menghamburkan makanan padahal masih banyak orang di luar sana yang sangat membutuhkan. Al-Qur’an menasehatkan

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Artinya: “Dan janganlah kamu menyia-nyiakan harta, sungguh orang yang menyia-nyiakan harta adalah saudara setan dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Qs.Al-Isra’ ayat 26-27)

Abu Manshur al-Maturidi menukil pendapat bahwa menyia-nyiakan harta yang dimaksud dalam ayat ini adalah membelanjakan harta untuk perkara yang tidak bermanfaat.(Lihat kitab Tawilaat Ahli Sunnah karya Abu Manshur al-Maturidi [Darul Kutub al-Islamiyyah Beirut 2005] juz.7 hal.34)

Walhasil, bidang pertanian haruslah lebih kita perhatikan mengingat Rasulullah menyuruh kita untuk bertani sebagai salah satu jalan datangnya rezeki.

 قَالَ رَسُولُ الله التَمِسُوا الرِّزْقَ مِنْ خَبَايَا الأَرْضِ

Rasulullah bersabda “Carilah rezeki di kantong-kantongnya bumi (bertani)”. (HR.Thabrani)

Hal ini sebagaimana pendapat Muhammad al-Qurthubi dalam kitab tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an

والزراعة من فروض الكفاية فيجب على الامام أن يجبر الناس عليها وما كان في معناها من غرس الاشجار

Bercocok tanam adalah fardhu kifayah serta pemimpin harus memaksa rakyatnya untuk melaksanakannya dan termasuk dari makna bercocok tanam adalah menanam pohon. (lihat kitab Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Muhammad al-Qurthubi [Darul Kutub al-Mishriyyah 1999] juz 3 hal. 306)

Dalam penjelasan ini, kita dapat memahami beberapa poin penting yaitu:

  1. Mewujudkan swasembada pangan adalah tanggung jawab kita semua. Karena semaraknya ibadah masyarakat kita juga disebabkan oleh terjaganya ketahanan pangan.
  2. Kita harus lebih banyak memberikan motivasi agar generasi muda bangsa antusias mengembangkan pertanian negara agar tercipta negara yang memiliki ketahanan pangan yang baik. Dan pemerintah perlu menggalakkan kepedulian bangsa dalam bidang pertanian.
  3. Kita harus mengurangi gaya hidup boros dalam menggunakan bahan makanan. Hekdaknya kita memulai kebiasaan berhemat. [AH]
Muhammad Tholhah al Fayyadl
Mahasiswa Jurusan Ushuluddin Univ. Al-Azhar Kairo, dan Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri Jatim

    Rekomendasi

    Ketemuan (2)
    Cerpen

    Ketemuan (2)

    “Jadikan masa lalumu sebagai pelajaran, dan perbaiki di masa depan” Aku terbangun dalam ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Pengajian