Biomimikri: Biologi, sejarah dan teknologi

Pada saat Jepang pertama kali merilis kereta cepat (bullet train) mereka tahun 1960an, baru tahun 1990 muncul persoalan tunnel boom (ledakan lorong) apabila kereta cepat mendekati kecepatan 320 KM/jam. Suara ini menjangkau radius 400 meter.

Para arsitek Kereta kemudian berlomba- lomba untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahun 1994, Eiji Nakatsu—terinspirasi dari hobinya melihat burung—mendesain kepala kereta berbentuk paruh burung Kingsfisher.

Jika diperhatikan, pengembangan teknologi canggih selalu melakukan peniruan terhadap “alam” agar mereka bisa mengatasi hukum-hukum alam yang berkali-kali mengeliminasi ciptaan manusia.

Pemahaman bahwa manusia perlu mempertimbangkan kemampuan biologi menyesuaikan diri dengan hukum alam di muka bumi dipopulerkan oleh ahli biologi ternama, Charles Darwin.

Namun jarang ditekankan bahwa Darwin adalah ahli biologi sekaligus sejarawan dan begitu sebaliknya. Temuan Darwin di pulau Galapagos adalah koleksi penting bagi biologi, tapi di sisi lain berkontribusi bagi pemikiran sejarah sebagai evolusi spesies yang mengisi kekosongan penjelasan kehidupan prasejarah.

Akibat kegagalan dunia pendidikan Nasional mendudukan Darwin dalam ilmu pengetahuan terjadi pertikaian yang tidak perlu antara sejarah, biologi dan agama.

Pada masa keemasannya, video Harun Yahya yang “membantah teori Darwin” tidak hanya sekedar argumentasi, namun menjadi suatu keyakinan bahwa seorang muslim harus bertentangan dengan “teori Darwin.”

Akhirnya reputasi Darwin hancur bukan karena terdapat kritik terhadap gagasan atau akibat kelemahan temuannya, tapi karena teks agama dituntut harus menyerang setiap temuan ilmiah yang berpotensi bertentangan dengan makna yang difahami secara umum atas teks kitab suci.

Harga yang kita dapatkan adalah sikap anti ilmu pengetahuan yang mengakar begitu lama. Akibatnya setiap mendengar Darwin, kita mengingat monyet tapi melupakan survival of the fittest. Yang artinya kemampuan bertahan hidup bagi spesies yang bisa paling menyesuaikan (adaptasi).

Baca Juga:  Rekonstruksi Ilmu Hadis di Abad Pertama dan Kedua Hijriah

Anehnya justru banyak pemuka agama menasehati umatnya agar beradaptasi dengan teknologi digital tapi disaat yang sama mengutuk gagasan Darwin.

Maka mudah saja jika banyak penelitian mengungkapkan bahwa lulusan IPA lebih mudah menyerap ideologi fundamentalis. Sebab pertama, karena sempitnya pemahaman mengenai sejarah maka “anak-anak” IPA dianggap tidak perlu belajar sejarah. Tidak ada tantangan terhadap ilmu eksak, seperti ketidakpastian dan keunikan sejarah.

Kedua, jika saya tidak keliru, penjelasan mengenai dunia biologis pada jenjang SMA masih melalui pendekatan hafalan rumus, kolektor data alam dan mengajarkan biologi dalam pendekatan labotarium. Seolah-olah biologi adalah ruang rekayasa.

Namun kesadaran evolutif yang sangat penting agar membuat mereka lebih merasa bagian dari alam kurang diajarkan dibandingkan menganggap biologi hanya soal hukum-hukum biologis.

Pelajaran sejarah dunia bagi siswa IPA yang menopang pengetahuan biologis dan tentu juga fisika dan kimia, bisa membuat mereka lebih terbuka pada diskusi dan tertantang untuk menghadapi perkembangan-perkembangan baru pemikiran biologi, fisika dan Kimia.

Kita memproduksi banyak lulusan IPA yang memiliki hafalan yang banyak dan menerapkan teori-teori alam menjadi cara berfikir yang sistematis. Hanya saja kelemahan ini membuat mereka lemah dan tidak berdaya menghadapi ketidakpastian.

Wajah alam selalu berubah, spesies di dalamnya secara sadar maupun tidak ikut berubah. Biomimikri adalah pengembangan kreatif ketika teknologi meniru wajah alam. Sejarahlah yang bisa menjelaskannya. []

Iman Zanatul Haeri
Guru Sejarah MA Al-Tsaqafah Said Aqil Siroj Foundation, Alumnus Universitas Negeri Jakarta.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini