Tiga Ulama Pentashih Kitab Nailul Masarrat Karya KH. Ahmad Basyir Kudus

Kitab yang berjudul lengkap Nailul Masarrat fi Tashihi Dalail Khairat ini merupakan karya dari K.H. Ahmad Basyir Kudus. Beliau adalah mursyid sekaligus mujiz Kitab Dalail Khairat, sebuah kitab yang menghimpun beragam wirid salawat yang disusun oleh ulama besar dari Maroko yang bernama al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (w. 1465 M.). Secara sanad keilmuan, Mbah Basyir (panggilan akrab K.H. Ahmad Basyir) mendapatkan wirid Dalail Khairat ini dari guru beliau KH. Muhammadun Pondohan Pati dan dari KH. Yasin Jekulo Kudus yang mengambil sanad dari KH. Muhammad Amir bin Idris Pekalongan (w. 1938 M.) yang mengambil sanad dari guru beliau langsung yaitu Syekh Mahfudz Termas (w. 1920 M.) yang bermukim di Mekkah hingga bersambung kepada pengarang kitab Dalail Khairat, yaitu al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli r.a. (w. 1465 M.)

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Mbah Basyir dalam muqaddimah kitab ini, bahwa menyibukkan diri dalam memperbanyak bacaan salawat atas Rasulillah merupakan amalan mulia yang diamalkan oleh kaum soleh dan para santri dengan harapan mendapatkan limpahan anugerah dan berkah dari Allah ‘azza wa jalla. Selain menjabarkan berbagai dalil tentang fadhilah bersalawat atas Nabi, Mbah Basyir juga menerangkan tentang amaliyah puasa tahunan sebagai bagian dari amalan riyadhah dalam membaca wirid Dalail Khairat ini. Dan perlu diketahui bahwa membaca wirid Dalail Khairat sekaligus berpuasa selama tiga tahun berturut-turut kecuali pada hari-hari yang diharamkan berpuasa merupakan amalan wirid yang khas yang ada di Pesantren Mbareng Kudus yang diasuh oleh KH Yasin yang terkenal dengan pesantren tirakatan/riyalat. Selain itu, para santri juga dianjurkan untuk mengamalkan berbagai wirid dan amalan puasa lainnya, seperti puasa nyireh (tidak mengkonsumsi makanan yang bernyawa) sebagai media penyucian jiwa dan pembersihan hati.

Baca Juga:  KH Bisri Syansuri; Inisiator Pendidikan Pesantren Putri

Selanjutnya, sebagai bentuk penghormatan serta mengharapkan limpahan keberkahan, Mbah Basyir dalam mengarang Nailul Masarrat ini meminta tashih serta izin kepada tiga ulama yang memiliki otoritas keilmuan yang mulia. Uniknya lagi, ketiga ulama tersebut bermukim di daerah yang sama, yaitu di Pekalongan Jawa Tengah. Kenapa Pekalongan? Karena memang jika dilihat dari sanad Dalail Khairat yang dimiliki Mbah Basyir merujuk pada guru utama yaitu Syekh Muhammad Amir bin Idris yang bermukim di Simbang Kulon Pekalongan yang merupakan santri sekaligus sekretaris pribadi Syekh Mahfudz Termas yang bermukim di Mekkah. Nama dari ketiga ulama tersebut tertulis jelas dalam akhir muqadimah kitab Nailul Masarrat. Berikut adalah ketiga ulama khos pentashih kitab Nailul Masarrat karya Mbah Basyir:

  1. Romo K.H. Idris bin Amir Simbang Kulon

KH. Idris adalah putra dari KH. Amir bin Idris yang merupakan mujiz utama Dalail Khairat di Kota Pekalongan. Kiai Idris bin Amir merupakan penerus ayah beliau dalam mendidik dan mengajar para santri di kediaman beliau di Desa Simbang Kulon. Penulis tidak banyak memiliki informasi terkait biografi beliau. Kiai Idris telah wafat dan dimakamkan dalam satu tempat dengan ayah beliau Syekh Amir di Pemakaman Banyu urip Pekalongan

  1. Al-Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad al-Atthas Sapuro

Habib Ahmad bin Ali al-Atthas adalah cucu dari Habib Ahmad Sepuh yang dimakamkan di Pemakaman Sapuro Kota Pekalongan. Beliau adalah ayah dari Habib Bagir al-Atthas yang mengasuh masjlis ta’lim di Masjid Raudah Jl. Haji Agus Salim Kota Pekalongan. Penulis tidak memiliki info yang banyak terkait dengan kehidupan beliau. Habib Ahmad bin Ali telah wafat dan dimakamkan di dekat makam Kakek beliau (Habib Ahmad Sepuh) di Komplek Pemakaman Sapuro Kota Pekalongan yang sampai sekarang masih banyak diziarahi oleh masyarakat

  1. Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Baca Juga:  KH Abdul Ghofur: Pondok Pesantren harus Kaya

Habib Luthfi, sapaan akrab beliau, merupakan Mursyid Thariqah Syadziliyah dan saat ini mendapatkan amanah sebagai Rais ‘Am JATMAN, sebuah organisasi tarekat dibawah naungan Nahdlatul Ulama. Beliau adalah Khadim Majlis Kanzus Salawat yang terletak di Jl. Dr. Wahidin Kota Pekalongan. Di antara kegiatan rutin yang dilaksanakan di Kanzus Salawat adalah ngaji kliwonan bakda subuh setiap Jum’at Kliwon serta Maulid Akbar yang di antara kegiatannya adalah membaca wirid Dalail Khairat secara berjamaah.

Semoga  bermanfaat, wa Allah A’lam bi al-Shawab. [HW]

Ahmad Tajuddin Arafat
Santri Dalail Mbah Basyir, Staf Pengajar PP. Darul Falah Besongo Semarang, Dosen UIN Walisongo Semarang

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] sebagai bentuk mengharap limpahan berkah dan penghormatan yang kemudian dimintakan tashih kepada tiga ulama pentashih yang memiliki keilmuan yang mulia. Ketiganya berasal dari Pekalongan. Beliau bertiga adalah KH. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah