Santri

Santri Harus Bermimpi Menjadi Muallif

Bermimpi tidak dimiliki semua orang. Walau hanya sebuah “mimpi menjadi muallif” tapi ia langka bagi beberapa orang, dan kadang sebuah hal langka bisa menjadi cita-cita bagi kebanyakan orang, karena menulis dianggap sesuatu yang tidak mendatangkan income yang luar biasa bagi kehidupan mereka, atau memang ia tidak pantas untuk dicita-citakan, karena menulis dinggap sebuahsebuah aktivitas biasa.

Bagaimana menumbuhkan cita-cita menjadi muallif itu, wah..ini juga tidak mudah untuk dijawab, karena penulis sendiri belum menjadi penulis handal, hanya mempunyai cita-cita untuk menjadi penulis yang dapat memberikan konstribusi pada dunia, ya..minimal untuk lingkungannya sendiri.

Tumbuhnya mimpi-mimpi santri menjadi penulis (muallif) juga harus tumbuh dari para kyai dan pengurus pesantren. Ke depan, simbol (gambar, tulisan, vedio) akan mewarnai jagad raya, sesiapa yang kalah tanding dalam peradaban literasi, ia akan kalah dalam peradabannya.

Santri menjadi penulis, harus dikenalkan mulai dari keluarga, pesantren, dan lingkungan yang mengitarinya. Untuk menjadi penulis tidak bisa berjalan sendiri, ia harus dicarikan teladan atau mencari teladan sendiri, bisa dimulai dengan mengenalkan tokoh-tokoh dunia yang sudah tidak asing lagi dalam dunia kepenulisan, seperti penulis penulis novel, puisi, cerpen, opini, esai, makalah, dan lain-lainnya. Misalnya para penulis muslim dalam sastra, seni, sejarah, geografi, penelitian, astronomi, kedokteran dan sebagainya seperti Ahmad ibn Al-Hutai’ah Al-Maghribi, Al Ukhbari, Abu Abdillah Al-Azadi, Abu Muhammad Al-Anshari.

Misalkan dikenalkan dengan Al-Idris penyusun sebuah buku tentang Raja Norman dari Palermo yang berjudul Book of Roger. Atau juga dikenalkan dengan sejarahwan terkenal lainnya yang bernama Ibnu Khaldun yang menghasilkan karya-karya sejarah yang tulisan-tulisan menjadi rujukan sejarawan-sejarahwan dunia. Karya yang terkenal Ibnu Kaldun adalah Muqaddimah. Dan sastrawan terkenal saat itu Abu Uthman Umar bin Bahr Al Jahiz, Badi Al Zaman Al Hamdhani, Al Tsa’alibi dan Al Hariri.

Baca Juga:  Dua Puluh Santri Terpilih Menjadi Peneliti Muda

Karya-karya yang luar biasa dalam bidang Astronomi seperti karangan Abu Muhammad Jabir Ibn Aflah yang menulis buku Kitab Al-Haia, Jabir Ibn Aflah yang terkenal sebagai astronom terhandal dizamannya yang terkenal dengan Kitab Al Hay’ah. Muhammad Ibn Fattuh Al-Khamairi yang dikenal dengan delapan karya Astronominya dan ahli membuat perangkat astronomi.

Ibn Al Yasamin Al Ishbili yang keturunan Afrika Utara menulis bukunya yang Talqih Al- Afkar bi Rushum Huruf Al-Ghubar. Bidang kedokteran seperti emir Celebi, Omer Sifai dan abbas Vesim yang memahami Anatomi tubuh manusia. Serafeddin Sabuncuoglu seorang dokter ahli bedah.

Dalam bidang ekologi dan kesehatan melahirkan ilmuwan-ilmuwan Muslim yang dikenal dunia. Mereka menulis berbagai tulisan tentang Ekologi dan kesehatan, diantaranya adalah Al Kindi, Qusta Ibnu Luqa, Al Rizi, Al Tamini, Abu Sahl Al Masihi, Ibnu Sina.

Seperti penulis terkenal juga adalah Al-Kindi seorang alhi Mtereologi yang menulis buku Risalah fi l-Illa Al Failali l-Madd wa l-Fazr dan Mahmud Al-Kashgari yang ahli membuat peta. Serta Ibu Aqil yang seorang ahli hukum yang juga ahli berceramah yang menulis buku Kitab Al Jadal ala Tariqat Al fuqaha. Ibnu Qutaybah seorang penulis peradaban Islam yang banyak menulis buku, salah satunya Kitab Al-Maa’rif. Abu’l Khair seorang ahli pertanian ang menulis Kitab Al-Filaha. Ibnu Al Haitham ahli bidang optik yang menulis Kitab Al Manazir. Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan yang menulis 200 kitab dan 80 kitab mengkaji dan mengupas seluk beluk ilmu kimia.

Para penulis perempuan yang menggebrak dunia adalah Shifa binti Abdullah seorang ahli medis dan terampil dalam bidang administrasi publik. Sutayta Al Mahamli yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi Baghdad. Sutayta Menguasai banyak bidang Ilmu Matematika, Hisab, Aljabar, Sastra Islam, Hadist dan hukum.

Baca Juga:  Peringatan Hari Santri Nasional 2022 di MIS Syarifatul Ulum Berjalan Sukses

Santri, bercita-cita menjadi penulis akhirnya menjadi lebih mudah tercapai, bila benar-benar istiqomah menjalani kegiatan kepenulisannya dengan kapasitas yang dimilikinya, tanpa takut untuk bergerak dan dikritik oleh siapa pun. Memang yang membuat kesulitan bagi para santri, jika ia tidak mempunyai bidang keahlian yang dimiliki apalagi kurang membaca buku dan alam.

Akhirnya mengutip punya Albert Camus, “Karya lebih bermaksud menyadarkan kreatornya pada kenyataan hidup yang memang seringkali di luar kendali nalar. Maka, karyapun sekedar menawarkan. Dia tak pernah memutuskan. Tulisan adalah gambaran. Para pembaca dianjurkan untuk menatap dan memaknainya.” Ia seorang penulis hebat yang lahir pada tahun 1913 di Algeria, Aljazair .

Dan yang perlu diingat, dalam kajian bahasa ada istilah intertektualitas, yang oleh beberapa ahli diartikan keterkaitan antar teks, artinya seseorang penulis tidak akan pernah lepas dengan penulis lainnya walau tidak utuh, demikiab juga apa yang dikatakan oleh Bertrand Russell, Seorang Penulis hebat yang telah ditinggal mati kedua orang tuanya saat dia berumur 3 tahun pernah mengatakan bahwa, “Aku tak pernah berani mengatakan bahwa tulisan-tulisanku murni hasil olah kreasiku sendiri. Aku sangat dipengaruhi gaya John Stuart Mill.”

Intinya harus banyak belajar dari orang lain yang sudah melalang buana, dan belajar pada siapa pun yang memiliki semangat besar untuk menjadi penulis (Muallif).

Selamat Hari Santri!

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Kurikulum Ahistoris
Opini

Kurikulum Ahistoris

Tahun 2020, saya sengaja memviralkan bahwa mata pelajaran sejarah akan dihapuskan dengan memberikan ...

Tinggalkan Komentar

More in Santri