Manusia secara fitrah memiliki potensi lupa dan berbuat salah. Ada pepatah Arab, bahwa “Sesungguhnya manusia itu tempat berbuat salah dan lupa”. Atas dasar kondisi objektif itulah, wajar jika manusia itu berbuat kekeliruan, salah, dan dosa. Beruntunglah kita bisa memasuki Ramadan tahun ini. Mengapa tidak, Ramadan bulan ampunan ini bisa kira dapatkan manfaatnya mensucikan diri dengan menghapus kesalahan dan membersihkan dosa.

Rasa bersalah dan rasa berdosa itu secara psikologis sering menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kegelisahan. Bahkan bisa menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri. Menurun rasa bangga terhadap diri sendiri. Muncul rasa tak berdaya dan tidak bersemangat. Hilang gairah hidup. Rasa pesimis itu diam-diam semakin menguat. Hidup bisa menjadi terganggu kemampuan adaptasinya. Kondisi yang demikian tidak boleh berkepanjangan. Harus segera bisa diatasi.

Berbuat salah dan dosa sebenarnya tidak hanya mempengaruhi kondisi psikis kita, melainkan juga bisa menghalangi pemberian ampunan dari Allah swt. Karena itu sebelum memasuki Ramadan kemarin dianjurkan meminta maaf kepada sesama jika terjadi kesalahan, supaya pada saat memohon ampunan dari Allah swt tidak ada halangan. Walaupun hadisnya diragukan keshohihannya. Bahkan ada yang mengatakan bid’ah. Kalau bid’ah itu tidak, tapi hadis itu dhaif. Jika Hadis itu dhaif tapi bukan terkait dengan ibadah, halal-haram (syariah) atau keyakinan (akidah), maka dianggap sebagai fadhoilul a’mal (akhlaq).

Namun secara umum kita ini sangat dianjurkan untuk meminta maaf sesegera mungkin, jika terjadi kesalahan atau perilaku zalim terhadap sesama. Sebagaimana Rasulullah saw sabdakan : “Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal saleh, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi” (HR. Bukhari).

Baca Juga:  Menyambut Idulfitri

Jika kita sudah membereskan kesalahan kepada sesama, maka kita bisa mohon ampun kepada Allah swt. Di bulan Ramadan inilah Allah swt bisa memberikan maghfirah-Nya dengan sangat murah kepada para hamba-Nya yang mau bertaubat. “Dan Allah tidak akan pernah mengazab mereka selama mereka memohon ampun” (QS. Al-Anfaal:33). Dengan memohon ampun kepada Allah swt, pada hakekatnya kita ini melakukan pensucian diri (tazkiyatun nafsi). “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy-Syamsy: 9-10). Juga di ayat lain dikatakan “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat Tuhannya lalu salat” (QS. Al-A’la: 14-15).

Dalam Al-Qur’an dan Hadis ada 5 cara untuk memperoleh ampunan Allah swt, di antaranya (1) Melalui Taubat, (2) Melalui Istighfar atau Memohon Ampun, (3 Melalui Amal Kebaikan, (4) Melalui Musibah, dan (5) Melalui Hukuman. Pada saat ini sesuai dengan konteksnya, di bulan Ramadan dan ketika Covid-19 masih merajalela, maka untuk memperoleh ampunan dari Allah swt dapat dilakukan melalui 4 cara dari 5 cara, kecuali melalui hukuman.

Adapun dalil naqli yang bisa dijadikan referensi, di antaranya. Pertama, melalui taubat. QS At Tahrim ayat 8, menyebutkan: “Hai orang-orang yang beriman ! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh (taubatan Nasuha). Semoga Tuhanmu menghapus dosa-dosamu …). Di sini yang dimaksudkan adalah taubat nasuha. Pertaubatan dengan komitmen merasa kapok, tidak akan mengulangi perbuatan. Bukan kapok lombok. Berhenti sementara, tetapi lain kali mengulangi.

Kedua, Melalui Istighfar atau Memohon Ampun. Dalam QS Ali Imran 135, Allah swt berfirman : “Dan (juga) orang yg apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya dirinya sendiri (zolimul linafsih), ingat akan Allah, lalu memohon ampun (istighfar) atas dosa-dosanya. Dan siapakah yg memberi ampun atas segala dosa, kecuali Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya dalam keadaan mereka sadar dan mengetahuinya”. Setelah dengan banyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah, tidak lagi meneruskan perbuatan itu.

Baca Juga:  Panduan Ringkas Tata Cara Salat Tarawih di Rumah Saja

Ketiga, Melalui Amal Kebaikan. Allah swt berfirman dalam QS Hud:114, yang artinya: “Dan dirikanlah Salat pada kedua ujung hari (pagi dan pegang) dan pada bagian permulaan malam hari. Sungguh, perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) perbuatan jahat. Itulah peringatan bagi orang yang ingat (akan Tuhannya). Ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan atau amal baik itu hanya bisa menghapus dosa bagi orang yang mengerjakan Salat.

Keempat, Melalui musibah. Allah swt berfirman dalam QS As Syura:30, yang artinya: “Apapun musibah yang menimpa kamu, itu disebabkan perbuatan tangan-tanganmu (sendiri), Tapi Allah memaafkan kebanyakan (daripadanya)”. Musibah sebagai alat untuk mendapatkan ampunan dari sebagian dosa atau kesalahan manusia. Karena itu orang yang mati teraniaya (musibah), termasuk akibat dari Covid-19, bisa juga dimasukkan sebagai mati syahid, langsung masuk surga, karena Allah telah mengampuni dosa-dosa orang tersebut.

Betapa pentingnya permohonan ampunan kepada Allah swt itu bisa dilakukan puasa ini. Saya yakin setiap orang ingin benar-benar merasakan Idul Fitri yang riil. Benar-benar kembali ke fitrah, kembali suci. Walaupun itu tidak mudah. Jika kita sungguh-sungguh insya Allah, Allah swt akan meridhoi dan mengabulkan apa yang kita mohon. Sebagaimana Rasulullah sabdakan “Man shooma romadhoona iimanan wahtisaaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih“, yang Artinya, barang siapa yang berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka semua dosanya yang lalu akan diampuni. (HR Bukhari dan Muslim). [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah