Pentingnya Akidah Akhlak dalam Pembentukan Moral dan Karakter Remaja

Dalam perkembangan zaman yang begitu cepat dan lebih modern seperti saat ini, memberikan dampak positif dan negative terutama bagi para remaja, salah satunya adalah perubahan moral. Seorang remaja dikatakan memiliki moralitas apabila dapat membuktikan perilaku yang sejalan dengan norma dan nilai nilai yang berlaku. Sedangkan yang kebalikannya, atau disebut dengan amoral adalah Perilaku remaja yang menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku saat ini menjadi perhatian penting. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa setiap individu membutuhkan kontrol diri dalam berpikir, bersikap, dan bertindak, yang dapat diperoleh melalui agama dan religiusitas.

Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang konsisten antara pemecahan masalah melalui agama atau religiusitas dengan kebahagiaan individu. Penelitian lain mengungkapkan bahwa agama dan religiusitas dapat membantu individu dalam mencapai penyesuaian psikososial yang lebih luas.

Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan signifikan, baik secara fisik maupun psikis. Menurut Hurlock, perubahan fisik utama pada remaja adalah kematangan organ reproduksi. Di sisi lain, perubahan psikis yang hampir universal pada remaja meliputi peningkatan emosi, minat, peran, pola perilaku, dan nilai-nilai yang dianut. Di antara perubahan-perubahan ini, respon terhadap dunia luar merupakan yang paling terlihat mencolok.

Terdapat tiga elemen kunci yang menjadi penentu moralitas. Pertama, tindakan individu itu sendiri, yang dilihat tidak hanya dari aspek fisik tetapi juga dari perspektif moral. Kedua, motif atau alasan di balik tindakan tersebut, yang secara sadar dipertimbangkan oleh individu dan menjadi tujuan dari tindakan itu sendiri. Terakhir, konteks atau keadaan di mana tindakan itu terjadi, mencakup semua hal yang berlangsung selama peristiwa atau tindakan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan melalui media, terdapat beberapa fenomena yang menunjukkan kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma dan nilai moral yang berlaku.

Pendidikan moral tidak hanya berfokus pada pengetahuan tentang apa yang benar dan salah, tetapi juga membantu remaja dalam pengambilan keputusan moral, memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Selain itu, dukungan dan bimbingan dari orang tua dan guru juga sangat penting dalam membentuk moralitas remaja. Orang tua dan guru dapat menjadi role model dalam menunjukkan perilaku moral dan memberikan arahan tentang bagaimana menghadapi situasi moral yang sulit.

Saat ini, kita melihat fenomena yang memprihatinkan dalam perilaku remaja yang menunjukkan penurunan moral yang signifikan. Banyak siswa yang tampak kurang memperhatikan adab dan sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama terhadap orang yang lebih tua. Di era modern ini, rasa hormat terhadap guru semakin menurun. Guru tidak lagi dianggap sebagai sosok yang patut dihormati dan dijadikan panutan. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal Indonesia yang telah lama menekankan pentingnya menghargai sopan santun dan etika dalam berinteraksi, terutama dengan orang yang lebih tua.

Pengaruh budaya Barat juga turut berperan dalam penurunan nilai-nilai kearifan lokal Indonesia, termasuk dalam hal akidah dan akhlak. Budaya bebas yang diperkenalkan oleh Barat semakin diterima dan dianggap  sebagai sesuatu  yang  wajar  oleh sebagian besar  remaja. Padahal, budaya tersebut sering kali bertentangan dengan norma kesopanan dan kesusilaan yang telah menjadi bagian dari identitas budaya kita.

Pendidikan akidah dan akhlak memainkan peran krusial dalam membentuk karakter remaja dan membekali mereka dengan nilai-nilai moral yang kuat untuk menghadapi berbagai permasalahan. Pendidikan ini dapat diberikan di lingkungan sekolah dan di rumah, dengan orang tua memegang peran vital dalam menanamkan akhlak mulia pada anak-anak mereka.

Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam menunjukkan perilaku terpuji dan memberikan arahan yang tepat dalam menghadapi situasi moral yang kompleks. Pendidikan akidah dan akhlak sangat penting bagi anak-anak, karena menjadi dasar yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan yang semakin kompleks. Dengan memiliki pondasi yang kuat dalam akidah dan akhlak, anak-anak akan lebih mampu untuk menolak pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal kita. Mereka juga akan lebih mampu memahami dan menganalisis mana perilaku yang baik dan mana yang buruk.

Pembentukan akhlak yang baik pada remaja akan menghasilkan dampak positif yang signifikan dan berkelanjutan bagi semua pihak terkait dalam jangka panjang. Remaja yang memiliki moralitas yang kuat akan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan dengan bijaksana dan bertanggung  jawab. Mereka juga akan menjadi pribadi yang  lebih empatik dan peduli terhadap orang lain. Dengan demikian, menjadi tanggung  jawab kita bersama untuk mencurahkan perhatian dan dedikasi yang memadai dalam pendidikan akidah dan akhlak bagi generasi penerus bangsa.

Fenomena kemerosotan moral kian mengkhawatirkan, merambah sebagian generasi muda. Gejala ini terlihat dari maraknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tindak kriminal, kekerasan, dan berbagai perilaku tercela lainnya. Di sisi lain, banyak generasi muda yang gagal menunjukkan akhlak mulia seperti kesopanan, keramahan, empati, rendah hati, suka menolong, dan solidaritas sosial, nilai-nilai luhur yang sepatutnya menjadi identitas bangsa selama berabad-abad.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini. Dalam konteks perkembangan masyarakat Islam di Indonesia, kita menghadapi era globalisasi di mana segala sesuatu menjadi lebih praktis dan memudahkan kebutuhan manusia. Akibat dari kemajuan teknologi ini, banyak orang mengalami penurunan moralitas, sementara ada juga yang berhasil meningkatkan kualitas akhlaknya dengan bantuan teknologi tersebut. Tantangan dari globalisasi menjadi faktor utama dalam hal ini.

Nilai-nilai Akidah Islam memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari remaja milenial, khususnya di era penuh tantangan dan godaan ini. Berikut beberapa nilai-nilai fundamental yang perlu ditanamkan dan dipraktikkan oleh remaja milenial:

  1. Tauhid: Memahami dan meyakini dengan penuh keteguhan bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah dan dipatuhi. Hal ini menjadi landasan bagi remaja milenial untuk menjauhkan diri dari segala bentuk syirik dan penyembahan berhala.
  2. Iman: Memperkuat iman kepada Allah SWT dan rasul-Nya, malaikat, kitab suci, hari akhir, dan qada dan qadar. Iman yang kuat akan menuntun remaja milenial dalam menghadapi keraguan dan godaan yang mereka temui di era modern ini.
  3. Takwa: Menumbuhkan kesadaran tentang takwa, yaitu ketakwaan kepada Allah SWT dalam segala aspek kehidupan. Remaja milenial harus senantiasa berusaha untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
  4. Tawakal: Belajar untuk tawakal kepada Allah SWT dalam segala hal. Di saat menghadapi tantangan, kegagalan, atau ketidakpastian, remaja milenial harus meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi mereka, asalkan mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan.

Penerapan nilai-nilai Akidah Islam ini dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan banyak manfaat bagi remaja milenial, seperti:

  • Membentuk karakter yang kuat dan berprinsip.
  • Meningkatkan ketahanan mental dan spiritual dalam menghadapi berbagai rintangan.
  • Membangun rasa tenang dan kedamaian dalam jiwa.
  • Mendorong untuk melakukan perbuatan terpuji dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
  • Menjadi bekal untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Bersamaan dengan penguatan akidah, pembentukan Kepribadian Islami yang kokoh pada remaja  juga  merupakan hal  yang  esensial.  Hal ini dikarenakan  Kepribadian Islami mencakup etika, akhlak, integritas, kesederhanaan, kejujuran, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini akan mendorong remaja untuk mengembangkan sifat-sifat positif tersebut dan membantu mereka memahami bahwa agama Islam bukan hanya tentang keyakinan, tetapi juga tentang penerapan perilaku dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Di era modern ini, Akidah Islam memegang peranan krusial dalam kehidupan remaja. Hal ini dikarenakan banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan tidak sehat, yang mana pergaulan tersebut  mencerminkan perilaku tercela dan membawa dampak  negatif, seperti tindakan melanggar hukum. Pergaulan tidak baik ini dapat berakar dari kurangnya kasih sayang orang tua dan lemahnya iman individu. Oleh karena itu, penerapan Akidah Islam bagi para remaja menjadi sangat penting untuk meningkatkan keyakinan mereka kepada Allah SWT, sehingga tercipta akhlak mulia dan berkualitas dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pergaulan mereka.

Oleh karena itu, kita menyadari bahwa pendidikan akhlak sangat penting dalam mengatasi kemerosotan moral dan mengarahkan  masyarakat menuju akhlak  yang  mulia.  Pendidikan akhlak bagaikan kunci untuk membuka kesadaran masyarakat tentang urgensi memperbaiki akhlak mereka dalam menghadapi gempuran kompleksitas zaman modern. Diperkuat dengan pendidikan akhlak yang mumpuni, kita mampu mengantarkan masyarakat dari jurang kemerosotan moral menuju  komunitas  yang  berlandaskan akhlak  mulia.  Akhlak  menjadi fondasi  fundamental dalam kehidupan  manusia,  baik  dalam  hubungannya dengan Tuhan maupun sesama manusia. Ketika seseorang tidak menjaga akhlaknya dengan baik, ia dapat kehilangan esensi kemanusiaannya sebagai ciptaan Tuhan. Agama memberikan sumber makna yang kuat bagi manusia, memberikan motivasi yang mendalam dalam menjalani  kehidupan. Dengan demikian, pendidikan akhlak memegang peranan krusial dalam menumbuhkan kepribadian dan rasa tanggung jawab pada diri seorang remaja.

Dalam pendidikan akhlak, diajarkan untuk mengembangkan nilai-nilai moral yang baik, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan toleransi. Pendidikan akhlak menanamkan nilai-nilai penting seperti rasa hormat, penghargaan terhadap hak orang lain, dan tanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini membantu anak-anak memahami makna kehidupan yang sesungguhnya dan mendorong mereka untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Agama  menjadi  landasan  yang  kuat  dalam  pendidikan  akhlak.  Prinsip-prinsip agama mengajarkan tentang etika dan moralitas yang harus dijunjung tinggi. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama, Pendidikan akhlak juga melibatkan peran orang tua dan guru. Orang tua memegang peran sentral dalam menumbuhkan akhlak mulia pada anak-anak mereka melalui teladan yang baik dan bimbingan yang tepat.

Maraknya kemerosotan moral di kalangan generasi muda menjadi isu krusial yang membutuhkan perhatian serius. Gejala seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan perilaku tercela lainnya semakin marak terjadi, terutama di kalangan remaja. Faktor pendorongnya kompleks, mulai dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga dampak globalisasi. Di tengah situasi tersebut, nilai-nilai akidah Islam hadir sebagai solusi fundamental untuk menangkal arus kemerosotan moral. Membangun pemahaman tauhid, memperkuat iman, menumbuhkan kesadaran takwa, dan menanamkan sikap tawakal kepada Allah menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai rintangan hidup.

Membangun kepribadian Islami yang kokoh juga esensial. Etika, akhlak, integritas, kesederhanaan, kejujuran, dan tanggung jawab merupakan pilar fundamentalnya. Pendidikan akhlak menjadi kunci dalam mengatasi kemerosotan moral dan membangun masyarakat berakhlak mulia. Melalui pendidikan akhlak, remaja dididik untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang luhur. Orang tua dan guru memegang peran krusial dalam menanamkan akhlak mulia pada anak-anak melalui teladan dan bimbingan  yang tepat.  Penerapan nilai-nilai akidah Islam dan pendidikan akhlak  yang  kuat diharapkan mampu mengantarkan generasi muda terhindar dari pergaulan yang tidak sehat dan menumbuhkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan mengantarkan mereka menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh empati, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Akidah dan akhlak Islam bagaikan kompas moral yang menuntun generasi muda di era modern. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai luhur ini, diharapkan mereka mampu menjadi individu yang tangguh, berkarakter mulia, dan berkontribusi positif dalam membangun masa depan bangsa yang gemilang. Memperkuat akidah dan akhlak Islam pada generasi muda merupakan tanggung jawab bersama. Upaya kolektif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat diperlukan untuk membangun benteng kokoh dalam menghadapi gempuran kemerosotan moral. Dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini dan memberikan pendidikan akhlak yang mumpuni, kita dapat mengantarkan generasi muda menuju masa depan yang penuh dengan akhlak mulia dan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. []

Daftar Pustaka

Annisa Suseno Putri, Masykur H Mansyur. “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membangun Peserta Didik Yang Berakhlakul Karimah di Era Society 5.0,” 8 September 2022. https://doi.org/10.5281/ZENODO.7058922.

Halik, Abdul. “PERAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH,” 2018.

Mahmudah, Umi, Sefti Chirnawati, Zaenal Mustakim, Maulina Rezka Hayyu Salsabila, dan Nur Zakiyah. “THE CONTRIBUTION OF MORAL THEOLOGY (AKIDAH AKHLAK) EDUCATION IN ASCERTAINING STUDENT’S PERSONALITY.” JURNAL PAI:  Jurnal Kajian Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (16 Januari 2022): 1–1 https://doi.org/10.33507/.v1i2.298.

Mariyani, Siti. “Peran Guru Akidah Akhlaq Dalam Meningkatkan Karakter Islami Siswa,” t.t. Mustofa, Agus Hasan. “PENINGKATAN IMAN DAN MORAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK” 4, no. 1 (2020).

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo, Muhamad Suyudi, Nasrul Wathon, dan Madrasah Aliyah Al-Falah Karangrejo Pacitan. “Peran Guru Akidah Akhlak dalam Menanamkan Karakter Siswa.” QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama 12, no. 2 (30 November 2020). https://doi.org/10.37680/qalamuna.v12i2.563.

Reza, Iredho Fani. “HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN MORALITAS PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH (MA).” HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal 10, no. 2 (2 Agustus 2013): 45. https://doi.org/10.26555/humanitas.v10i2.335.

076
Dinda Fathia Salsabila
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar