Baru saja rasanya masih terngiang-ngiang kita memulai puasa Ramadan. Kini kita sudah berada di ujung Ramadan. Sebentar, dua hari lagi kia harus meninggalkan Ramadan, bulan yang penuh berkah, magfirah dan pahala yang melimpah. Kita patut bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan untuk berjumpa dan menikmati berbagai keistimewaan bulan ini. Sedih rasanya mau meninggalkan Ramadan, akankah Allah swt mengizinkan hamba ini untuk berjumpa Ramadan 1442 tahun depan? Semoga.

Alhamdulillah dan patut bersyukur, Allah swt telah karunia badan sehat dan fresh selama Ramadan. Kehidupan yang tenang dan penuh kedamaian di tengah kegalauan dan ketidakpastian menghadapi pandemi Covid-19 yang tak pernah kebayangkan sebelumnya. Pola hidup Normal Baru harus terus kita upayakan. Biasanya rutin dapat menikmati puasa dengan Isi kegiatan yang bervariasi baik terkait dengan makan sahur, berbuka, salat berjamaah, salat tarawih, tadarus, memberi Ceramah, dan sebagainya.

Demikian juga kegiatan rangkaian ibadah puasa bisa di masjid tempat tinggal, di masjid untuk memberi Ceramah, khutbah Hari Raya dan masjid luar kota ketika ada tugas. Kini semua aktivitas ibadah dan Ramadan lainnya, terkonsentrasi di Rumah, akibat dari kebijakan PSBB. Situasi dan kondisi yang berbeda sangat berarti. Dengan fokus kegiatan ibadah di rumah, Alhamdulillah bisa sepenuhnya menikmati kebersamaan dengan keluarga. Terasa beda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya. Bisa menikmati indahnya kebersamaan dengan keluarga baik dalam hal ibadah maupun yang lainnya.

Urusan ibadah muamalah selama Ramadan juga dapat dimanaj dengan baik di tengah-tengah kesulitan ini. Namun hal ini sangat disadari bahwa kondisi ini tidaklah sendirian, tapi semua kita terikat oleh kebijakan yang menyikat kita semua insan Indonesia. Kita dengan keterbatasan kondisi, urusan zakat, sedekah dan infak juga bisa diselesaikan secara online. Tidak harus face to face dalam kondisi darurat. Pertemuan dan pengajian juga bisa diselesaikan melalui online, daring, atau Zoom meeting. Tanpa mengurangi kehikmatan. Semua ini sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan Normal Baru.

Baca Juga:  Ramadan dan Ketakwaan

Selama Ramadan, kita dengan cepat melakukan perubahan perilaku sebagai konsekuensi logis dari rambu-rambu syariah shiyam Ramadan, terlebih-lebih menghadapi kehidupan yang diwarnai dengan Covid-19 yang menuntut kita untuk menyesuaikannya. Kita tidak akan bisa menunaikan Ibadah Ramadan tanpa kondisi fisik dan mental yang baik. Kondisi fisik yang sehat tidak bisa lepas dari Allah. Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra (w: 40 H / 661 M) berkata: “Sehat jasmani adalah anugrah yang paling indah”. Artinya adalah anugerah dari Allah. Selanjutnya bahwa kondisi mental yang baik adalah penting untuk mengendalikan diri, dan sangat diperlukan untuk menjalankan ibadah puasa. Rasulullah Saw dalam hal ini mengingatkan: “Jalan ke surga dilapangkan dengan mengendalikan hawa nafsu, sedangkan jalan ke neraka dilapangkan dengan menuruti hawa nafsu” (HR. Bukhori dan Muslim). Jika dipahami secara komprehensif bahwa kondisi sehat fisik dan mental, di satu sisi bisa menjadi variabel bebas, di sisi yang lain bisa menjadi variabel tergantung. Alhamdulillah dengan kondisi fisik dan mental kita yang baik bisa menunaikan puasa dengan baik, hasilnya insya Allah bisa semakin segar fisik dan mental kita.

Setelah kita jalani semua rukun dan syaratnya ibadah shiyam Ramadan, terasa kita semakin mendekati akhir. Di samping kita sudah banyak mendapatkan keistimewaan, mendapatkan permaafan atau pengampunan, pembersihan diri dan harta, serta keistimewaan Lailatul Qadar. Maka kita akhirnya bersyukur telah melalui berbagai rintangan dan mengagungkan Allah atas kekuatan yang telah diberikan. Yang akhirnya kita sangat berharap bahwa kita kembali ke suci, meraih kemenangan dan terkabulnya seluruh rangkaian Ibadah puasa Ramadan kita. “Taqabbalallahu minna wa minkum (semoga Allah menerima amal kami dan kalian).”

Baca Juga:  1 Syawal 1441 H: Antara Berdamai atau Berdampingan dengan Pandemi Coronavirus?

Akhirnya, dengan mengoptimalkan segala potensi dan kekuatan serta kemampuan, dalam menghadapi ibadah selama Ramadan yang lebih banyak tantangannya daripada tahun-tahun sebelumnya, terutama menghadapi Covid-19, sehingga bisa menyelesaikan kewajiban puasa sesuai dengan syariahnya. Kita Alhamdulillah telah manfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak amal saleh dan meningkatkan ukhuwwah sehingga bisa meningkat takwanya yang selalu diridai oleh Allah swt. Demikian juga semoga masih dipertemulan lagi dengan Ramadan di tahun 1442 H. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah