(sumber : freepik.com)

New normal adalah kenormalan baru pasca kurang lebih 3 bulan hidup dalam rasa ketakutan berlebihan terhadap Virus Corona.

Sebagai orang kampung, hiruk pikuk Corona hanya isapan jempol dan mimpi di siang bolong. Orang-orang kampung tetap berkerumun di ronda beramai-ramai, anak-anak bermain Dan belajar bersama, orang-orang pagi siang dan malam bekerja Dan beraktivitas seperti biasa.

Hanya tempat ibadah Dan lembaga pendidikan yang berbeda. Anak-anak belajar online di rumah karena kebijakan Pusat Dan jamaah di masjid ada jarak. Itupun diselingi dengan perdebatan antara tawakal total Dan ikhtiyar plus tawakal.

Himbauan pemerintah dan sosialisasi yang dilakukan aparat desa pada awal virus ini (sebelum Ramadan) dijawab dengan “walah” artinya; mereka tidak percaya Dan menyepelekan virus ini.

Justru orang yang taat aturan pemerintah dengan mentaati protokol kesehatan dianggap orang asing, melawan mainstream, dan dianggap “keterlaluan”. Ini mungkin bentuk anomali di tengah virus Corona ini.

Biasanya orang yang patuh pemerintah akan dipuji, dijadikan panutan, namun dalam konteks Corona justru sebaliknya. Ini di kampung saya ya.

Oke saya akan membahas new normal ini dalam konteks daerah yang masuk dalam zona merah, seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. New normal dimaksudkan masyarakat kembali kepada hidup normal namun dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

Ada beberapa asumsi dalam hal ini;

1. Berdasarkan pengalaman di lapangan: kebijakan tanpa intervensi hanya mimpi. Artinya mengharap masyarakat disiplin dan ketat mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, cuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan tanpa ada aparat TNI-Polri hanya barang tawaan di siang bolong.

2. Mengharap TNI-Polri hadir setiap saat menjaga masyarakat adalah sebuah kemustahilan Karena jumlah TNI-Polri tidak sebanding dengan jumlah masyarakat dan luas wilayah geografis Indonesia.

Baca Juga:  Ibadah atau Melayani?

3. Mengharapkan peran aparat desa mulai kepala desa sampai ketua RT-RW menjaga kedisiplinan masyarakat mematuhi protokol kesehatan adalah Utopia. Justru jika mereka melakukan itu, banyak musuh yang mereka hadapi karena melawan mainstream.

4. Jika asumsi di atas benar, maka new normal yang dipaksakan pemerintah akan beresiko fatal, khususnya di zona merah. Penyebaran virus Corona akan semakin masif dan tidak terkendali. Pemandangan di Jakarta hari-hari ini menunjukkan itu. Perkembangan terbaru jumlah virus sudah mencapai angka di atas 31 ribu. Setiap hari penambahan pasien naik secara signifikan.

5. Alih-alih new normal menjadi solusi. New normal justru akan menjadi momentum lonjakan virus Corona secara masif yang membahayakan keselamatan bangsa. Kasus Italia dan Amerika Serikat menjadi pelajaran berharga dalam Hal ini.

Dalam konteks ini, ada satu kaidah ulama yang relevan.

إذا تعارض مفسدتان روعي أعظمهما باعتبار أخفهما ضررا

Jika ada dua kerusakan bertentangan, maka dijaga kerusakan yang paling besar dengan memilih kerusakan yang paling minim bahayanya/resikonya.

Gambaran:

– Jika PSBB diteruskan, maka roda ekonomi akan stagnan
– Jika new normal dipaksakan, maka penyebaran virus Corona tidak terkendali dan membahayakan masyarakat luas

Dalam kerusakan pertama, roda ekonomi bisa dicarikan solusi dengan program jaring pengaman sosial pemerintah dan meningkatkan kesetiakawanan-solidaritas sosial lewat optimalisasi zakat, infak, sedekah, Dan program sosial lainnya di tengah masyarakat.

Namun dalam kerusakan kedua, virus ini akan terus melaju dan sulit dikendalikan yang membahayakan kesehatan-keselamatan manusia secara luas. Kerusakan kedua ini pada akhirnya akan mematikan ekonomi.

Ini semua dalam konteks daerah yang masuk dalam zona merah.

Sedangkan daerah yang masuk dalam zona kuning dan hijau, maka yang wajib adalah mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan imunitas badan dengan rajin olah raga dan mengkonsumsi vitamin sebagaimana anjuran dinas kesehatan.

Baca Juga:  Menghargai Hak Anak

Solusi Bersama

Solusinya secara umum adalah :

Pengorbanan semua elemen bangsa, mulai pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Pemerintah all-out melakukan segala langkah untuk membasmi virus Corona ini dengan melibatkan penuh TNI-Polri di zona merah, dunia usaha mem-back-up penuh kebijakan pemerintah, tokoh masyarakat-agama bersinergi, Dan masyarakat patuh kepada instruksi pemerintah. [HW]

والله اعلم بالصواب

Dr. H. Jamal Makmur AS., M.A.
Penulis, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pati, dan Peneliti di IPMAFA Pati

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] New Normal, disini kita artikan sebagai kenormalan baru, atau dimulainya kehidupan normal setelah sebelumnya kurang atau tidak normal, bisa dikatakan manusia sudah bisa beradaptasi dan berdampingan dengan virus corona. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini