Dalam suatu ceramahnya pada acara Nyadran di Desa Ngimbrang, Kec. Bulu, Kab. Temanggung, Jawa Tengah, 2016 silam, Gus Muwaffiq menjelaskan tentang penjajahan budaya yang dialamatkan kepada perempuan Indonesia.

“Indonesia ini daerah terbaik di muka bumi, indahnya tiada terkira. Apa saja ada disini. Maka kini bangsa kita punya apa saja dijelek-jelekkan, tak ada benarnya,” ungkapnya, membuka.

Yang satu, kata kiai gondrong itu, datang membawa narkoba, supaya anak-anak cepat meninggal. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bagaimana sistematisnya penjajahan budaya tentang kecantikan perempuan.

“Untuk yang ibu-ibu, biar cepat konslet pikirannya, diberi celana legine – celana orang Belanda yang lurus – yang  tak cocok dengan budaya Jawa. Kalau wanita di sini, memakainya tidak cocok, karena bikin ting plenduk. Maka ketika sudah ingin memakai celana, iklan mengatakan: yang cantik adalah yang kurus. Kemudian wanita Jawa ingin menguruskan badan memakai obat pelangsing, sampai-sampai perutnya sakit. Begitu sudah langsing, didatangkan iklan lagi, bahwa yang cantik adalah yang putih. Begitu Anda merasa hitam, diputihkan dengan cairan pemutih,” jelasnya, diikuti gelaktawa ibu-ibu Fatayat dan Muslimat NU.

Begitu sudah cantik dengan lotion dan krim pemutih, lanjutnya, iklan datang lagi: bahwa yang cantik adalah yang tak berbulu ketiak, sampai akhirnya membeli obat penghilang bulu ketiak. Begitu badan sudah ramping, putih, tak berbulu, datang lagi: yang cantik adalah yang terbuka. Maka akhirnya baju dibuka, kelihatan ketiaknya, memakai baju you can see.

“Masih begitu, kurang lagi, bulu matanya disambung dengan bulu mata palsu, sampai melambai-lambai. Begitu rambutnya kurang merah, disemir menjadi LKMD (londo kok ming ndas), jadi orang Belanda kok cuman kepalanya doang,” selorohnya. Tawa pun meledak.

Baca Juga:  Menjadi Pribadi Muslim yang Rahmatan Li Al-Alamiin

Masih kurang, lanjutnya, beli kacamata kuda ditaruh di atas kening. Sandal kurang tinggi, ditinggikan memakai sepatu hak, sampai tak mau pergi ke sawah. Akhirnya kemudian sawahnya dijual semua, dipasrahkan kepada pabrik-pabrik besar.

“Uangnya habis, akhirnya jual diri,” selorohnya.

Menurut kiai yang kerapkali bicara sejarah ini, itu semua merupakan strategi budaya. Beliau berpesan agar kita jangan sampai salah dalam mempersepsikan.

“Kemudian, setelah cantik yang begitu, akhirnya tak mau menyusui bayinya, sehingga ASI untuk anaknya dipasrahkan kepada (susu) sapi. Maka wajar jika sang anak disuruh mandi, jawabannya: ‘emooohhh’.“ pungkasnya, diikuti gelaktawa hadirin.

Rekomendasi

Hikmah

Menghutangi Allah?

“Aku sedang bertransaksi dengan Allah, melalui perantaraan kamu”, itu jawabanku ketika seorang teman ...

1 Comment

  1. […] buat perempuan-perempuan yang ingin tampil cantik, janganlah menggunakan cara instan dengan edit foto atau operasi plastik, tapi rawatlah wajah dan […]

Tinggalkan Komentar

More in Humor