Ada sebuah catatan kecil yang masih tersimpan dalam buku saku saya sejak tahun lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 2020. Waktu itu saya sengaja mengikuti pertemuan virtual melalui layar kaca televisi khususnya di channel TV9, dalam rangka memperingati Hari Santri dan Refleksi 92 tahun Sumpah Pemuda. Memang moment ini telah kadauarsa sejak tahun lalu, akan tetapi ada point penting dari pertemuan virtual itu yang perlu diketahui generasi muda Indonesia, yaitu bagaimana peran sosok pemuda dan santri dalam menjaga demokrasi, khsusunya di tanah air.
Selama ini kita mengenal bentuk pemerintahan Indonesia yang demokrasi, dimana seluruh warga negaranya memiliki hak yang setara dalam mengambil keputusan untuk menentukan kehidupan mereka. Hak-hak pun dalam negara hukum layaknya Indonesia, pun dilindungi oleh Undang-Undang dasar 1945.
Mendengar kata santri, pun tentu tidak asing lagi di mata umat Islam Indonesia, terlebih di tanah Jawa yang akrab engan julukan negeri santri. Bahkan eksistensi santri pun dewasa ini terus berkembang dan diaspora ke berbagai wilayah antar negara. Eksistensi santri dan pemuda juga memiliki peran penting dalam menjaga demokrasi. Hal ini pun sudah diterapkan oleh para Ulama terdahulu seperti halnya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri ormas Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam pertemuan virtual itu, Inaya Wahid yang waktu menjadi salah satu pematri, memaparkan bahwa bahwa santri maupun pemuda memiliki peran penting dalam menjaga demokrasi di Indonesia. Karena, demokrasi sendiri tidaklah bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
“KH. Hasyim Asy’ari sendiri pernah dawuh: Islam dan Nasionalisme yang dalam hal ini kemudian diwakili oleh demokrasi, itu tidak pernah bertentangan, jangankan bertentangan, bahkan keduanya saling menguatkan” tutur Inaya Wahid (salah satu putri Gus Dur) dalam pertemuan virtual tersebut.
Lalu, bagaimana peran santri dan seorang pemuda/pemudi dalam menjaga demokrasi di Indonesia?. Tentu dalam hal ini peran seorang santri dan pemuda sangat penting untuk menjaga dari kelompok-kelompok yang bertentangan atau bahkan ingin menghancurkan demokrasi. Terlebih sejak beberapa tahun silam, mulai muncul gerakan-gerakan Islam yang cenderung ekstrem membanjiri tanah air, terlebih juga merambah pada generasi muda, yaitu nafsu keagamaan mendirikan negara khilafah.
Gaungan negara khilafah dan upaya memusuhi aparatur pemerintah atau pun sistem demokrasi yang dianggap berasal dari Barat, menjadikan nafsu fanatik keagamaan meluap-luap. Anggapan sistem demokrasi yang berasal dari Barat, dianggap dzolim dan tergolong kafir. Hal demikian pula menjadi fenomena yang terus berkelanjutan hingga dewasa ini, terlebih menyandarkan segala sesuatu kepada dalil-dalil (teks) keislaman atas dasar membela agama tanpa memahami konteks sosial. Padahal, hal demikian jika diterapkan di Indonesia yang masyarakatnya multi etnis, dan beragam pemeluk agama, sangat jauh dari kesesuaian.
Maka dari itu peran seorang santri dan pemuda yang berpaham moderat selama mengenyam pendidikan di pesantren khas Indonesia serta keterbukaan wawasan dalam membangun bangsa, menjadikan upaya dan keunggulan lebih dalam menyongsong masa depan yang lebih berkemajuan.
Menurut Inaya Wahid, salah satu upaya menjaga demokrasi yang bisa kita lakukan sebagai seorang santri dan pemuda adalah membuka ruang untuk semua kelompok (menjaga bagaimana semua kelompok bisa suara), bahkan aliran-aliran kepercayaan yang ada haruslah diberikan ruang. Karena setiap warga negara berhak memiliki ruang yang sama.
“Ketika kita bicara tentang menjaga demokrasi, bukan hanya sebatas menjaga soal ideologi, yang jauh lebih utama adalah menjaga kepentingan masyarakat banyak, itulah utamanya demokrasi” Lanjut tutur Inaya Wahid.
Adanya keseimbangan dan pemenuhan hak-hak yang sama, merupakan salah satu impelementasi dari upaya menjaga demokrasi. Memang, dalam track record beberapa puluh tahun silam, sempat ada fenomena ketidakadilan bagi mereka yang tidak berafiliasi pada beberapa agama besar yang diakui pihak pemerintah Indonesia. Seperti halnya penganut kepercayaan, yang sempat dideskriminasi oleh beberapa pihak, dan tidak adanya perlakuan yang setara.
Dengan begitu hal penting yang patut kita jaga dalam bernegara di Indonesia adalah bagaimana memperlakukan setiap warga negara dengan tindakan setara, dan menjaga kepentingan masyarakat luas. Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga keutuhan demokrasi sebagai sistem kenegaraan Indonesia walau pun masyoritas masyarakatnya pemeluk Islam dan memiliki sifat dinamis serta kontekstualis dalam memahami hakikat ber-Islam.
Inilah pentingnya seorang santri dan pemuda menjaga demokrasi, tanpa adanya rasa saling menjaga satu sama lain, kesetaraan ruang pun tidak akan tercapai. Oleh karenanya, menurut Inaya Wahid, sangat penting bagi seorang santri dan para pemuda menjaga demokrasi demi kepentingan bersama, bukan kelompok tertentu atau kepentingan pribadi.[BA]
[…] Source link […]