Tradisi Keagamaan Pada Kaum Muslim di Desa

Tradisi keagamaan (selamatan) biasa dilakukan oleh orang jawa yang dimana itu adalah sebuah ajaran yang turun temurun dari nenek moyang mereka. Selamatan sendiri bertujuan mendapatkan keselamatan bagi pelakunya yang dimana percayaan tersebut bersumber dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun setelah agama islam ada upacara selamatan tetap ada hanya saja meminta pertolongan nya hanya kepada Allah sesuai dengan prinsip yang sudah diajarkan dalam Agama Islam.

Dikalangan masyarakat pedesaan sendiri terdapat banyak macam upacara selamatan mulai dari selamatan siklus hidup yang mencakup : perkawinan(selamatan Manggulan), kelahiran dan kematian. Lalu ada upacara selamatan hari besar bisa meliputi : Sura (Muharam), Selamatan Rajaban, Selamatan Mauludan, Selamatan Ruwahan, Selamatan Likuran , Selamatan Bodonan dan Selamatan Besaran yang dilakukan pada 10 Zulhijjah. Selain itu ada juga selamatan yang biasa dilakukan namun sesuai adat didaerah masing-masing seperti Upacara Selamatan desa, Selamatan Tolak Balak (Pagebluk), Selamatan sebelum panen raya padi (Wiwitan). Dan tentunya masih banyak lagi upacara keagamaan di jawa khususnya, namun disini yang akan saya bahas lebih lanjut yakni upacara selamatan hari besar yang sering dilakukan :

  1. Upacara Sura

Suro merupakan sebutan untuk bulan muharram dalam masyarakat jawa. Upacara ini biasa dilakukan pada malam hari tanggal 1 suro, dan malam pada tanggal 1 itu dianggap malam keramat atau malam sakral. Hingga datangnya bulan suro ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan yakni : mengadakan pernikahan dan membangun rumah, dan sebagian orang jawa mempercayainya. Ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan orang jawa saat malam 1 suro datang yakni : lek-lek an atau tidak tidur semalaman, tirakatan atau selamatan dengan menyajikan berbagai sesaji, menyajikan bubur suro yang hanya ada dibulan suro untuk bubur bisa dibagikan ke orang-orang sekitar rumah. Hal lain yang biasa lakukan orang Jawa saat malam 1 suro adalah Jamasan pusaka tetapi kegiatan ini hanya diperuntukan untuk orang-orang yang mempunyai pusaka yang melakukan jamasan ini.Kebanyakanorang-orang sepuh yang mempunyai pusaka turunan dimana harus dibersihkan atau dimandikan sesuai dengan tata cara jamasan. Pusaka yang dijamasi biasanya berbentuk keris, tombak, dan benda-benda pusaka lainnya.

  1. Selamatan Mauludan
Baca Juga:  Eksistensi Tradisi Slametan di Tengah Arus Budaya Popular

Upacara Maulud ini diselenggarakan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad Saw dan sebagi bentuk kecintaan umat muslim kepada nabinya. Dalam merayakan maulud nabi ada beberapa tradisi yang orang Jawa juga lakukan seperti : membawa nasi dan lauk ke mushalla atau kemasjid, lalu disana membaca sholawat nabi, diba’an, do’a-do’a lain yang bertujuan untuk diberi keselamatan, pembacaan ayat suci Al-Quran dan juga yang paling penting adalah adanya mauidhah Hasanah sebagai penutup acara maulud nabi tersebut.

 

  1. Selamatan Rajab

Seperti halnya upacara keagamaan yang lain, dibulan rajab ini umat islam juga melakukan selamatan. Tepatnya setiap tanggal 27 Rajab yang dimana  memperingati Isra’ Mi’raj yang merupakan peristiwa naiknya Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha. Sebagai umat islam yang mencintai nabinya jadi kita perlu merayakan acara tersebut sebagai juga ungkapan rasa syukur. Di jawa setiap Rajab ada acara yang bernama Tradisi Ambengan yakni  masyarakat berbondong-bondong datang ke mushola atau masjid dengan membawa makanan untuk dinikmati bersama-sama.

  1. Selamatan Ruwahan

Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan jawa dimana dalam upacara ruwahan kita mendo’akan orang yang telah meninggal seperti orang tua, kakek,nenek, tokoh pendiri kampung dan masih banyak lagi. Selamatan ruwahan biasa dilakukan menjelang bulan ramadhan, tetapi tradisi setiap daerah pasti berbeda namun memiliki konsep yang sama. Saat tradisi ruwahan berlangsung biasanya kita mengunjungi makam leluhur untuk mendo’akan dan membersihkan makam. Selain itu selamatan ruwahan ini juga dihiasi oleh berbagai macam masakan mulai dari membuat nasi dengan lauk sambal goreng ati dan laun pendamping lain. Ada juga makanan yang wajib disajikan saat ruwahan yakni kolak, kue apem dan ketan. Dibalik ketiga makanan wajib tersebut tersimpan filosofi yang harus diketauhi

  • Ketan
Baca Juga:  Polemik Tradisi Masyarakat Nusantara antara Hubbul Wathan dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Ketan merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus. Rasanya manis dan mengenyangkan. Nama ketan sendiri dalam kepercayaan masyarakat Jawa memiliki banyak makna. Ketan dapat diartikan sebagai “kraketan” atau “ngraketke ikatan”, yang artinya “merekatkan ikatan”. Maka, ketan dapat menjadi simbol eratnya persaudaraan antar sesama manusia. Nama ketan juga konon diambil dari kata “khatam” dari bahasa Arab yang berarti “tamat”. Hal ini menyimbolkan umat dari nabi yang terakhir. yaitu Nabi Muhammad SAW. Nama ketan juga diambil dari kata bahasa Arab lainnya, yaitu “khotan” yang artinya “kesalahan”. Lalu. dari bahasa Jawa kemutan yang berarti “teringat”. Dalam konteks ini, nama ketan menyimbolkan sebuah perenungan atau introspeksi diri sendiri atas kesalahan-kesalahan dan dosa yang telah dilakukan.

  • Kolak

Kolak adalah makanan yang terbuat dari pisang, ubi, kolang-kaling, yang direbus bersama kuah campuran santan dan gula jawa. Nama kolak sendiri konon diambil dari kata “khalaqa” yang artinya “menciptakan”. Atau “khaliq” yang berarti “sang pencipta”. Dalam hal ini merujuk kepada Allah SWT.

  • Apem

Apem merupakan kue tradisional yang terbuat dari tepung beras. Bentuknya bulat pipih, dan biasanya dimasak di atas wajan kecil atau cetakan khusus dengan bara api kecil. Nama apem diambil dari kata “afwan” dalam bahasa Arab, yang berarti memohon ampunan.

  1. Selamatan Likuran

Selamatan ini biasa dilakukan oleh orang jawa disaat bulan Ramdhan, namanya likuran yang berarti seilkur(21) dimana selamatan dilakukan pada tanggal 21 Ramadhan. Selamatan ini dilakukan untuk memperingati malam Lailatul Qadar. Selamatan ini tidak semeriah selamatan yang lain, mungkin hanya datang sebagaian orang dan konsumsi biasanya disediakan oleh orang yang sudah sesuai jadwal memberi konsumsi saat bulamn ramadhan. Acara pertama do’a-doa, membaca al qur’an setelah itu makan bersama-sama.

  1. Selamatan Syawal
Baca Juga:  Ruwat Desa Dusun Suruh, Kabupaten Sidoarjo Dimulai dengan Istighosah Bersama, Ditutup Pagelaran Wayang Kulit

Pada bulan syawal ini umat islam khususnya jawa mengadakan dua kali selamatan, dimana pertama malam takbiran (malam 1 syawal) dan 7 hari setelah hari raya. Untuk malam takbiran membawa ambengan ke mushola atau masjid dengan lauk yang bermacam-macam sesuai selera. Untuk setelah 7 hari setelah Hari raya Idul Fitri kita melakukan selamatan untuk Hari Lebaran ketupat, teknisnya sama membawa ambengan ke mushola atau masjid akan tetapi kali ini untuk masakannya berupa ketupat yang dibungkus janur kuning, lepet dan masih banyak lagi. []

Ainun Ni' Matus Sholikha
Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini