Tempa Doa

Beberapa minggu yang lalu saya menulis tentang menyuburkan lahan perjuangan. Dimana wirid adalah salah satu faktor yang akan menyuburkan lahan perjuangan, juga meningkatkan mental berjuang kita.

Setelah tulisan ini muncul, banyak sekali yang mengirim pesan pribadi kepada saya dan menanyakan amalan apa yang paling baik untuk diwiridkan.

Saya tidak bisa menjawab wiridan khusus yang terbaik, karena memang semua amalan yang diijazahi oleh guru sejati adalah baik. Dan yang menentukan keistimewaan menurut saya bukanlah amalannya, tapi tingkat konsistensinya.

Konsistensi ini diibaratkan menempa senjata oleh para empu. Semakin tekun dan istiqomah penempaan, maka akan semakin tajam dan ampuh senjatanya. Pun dengan wirid dan ataupun doa kita.

Bapak saya sendiri sering bercerita bagaimana beliau selalu menjaga keistiqomahan wiridannya. Salah satu cara bapak melatih istiqomah yaitu dengan mengqodloi wiridan yang tertinggal. Entah besoknya atau kapanpun, seingat dan semampunya kapan mengqodlo’i. Jadi kalau wiridan pagi kelupaan atau mungkin ada halangan dalam melaksanakan, maka bapak akan menggantinya selayak ibadah wajib setelahnya.

Tidak hanya itu, bapak juga menekankan tentang pentingnya menunaikan wiridan dalam segala keadaan. Dawuh beliau: “meskipun ndek kendaraan geh terus diwoco (meskipun didalam kendaraan ya harus tetap dibaca)”.

Bukan hanya konsisten dalam melaksanakan, penempaan doa ini juga berhubungan kesabaran. Sudah umum tertulis dalam kitab-kitab, umumnya orang yang mau wiridan pasti akan punya kesabaran yang lebih. Bukan hanya sabar melaksanakan, namun juga sabar menunggu buah dari wiridannya. Bapak sendiri sering bercerita tentang berapa lama beliau mengamalkan suatu amalan. Seperti wirid sholawat bahriah kubro, beliau sudah mengamalkan bahkan sejak sebelum menikah. Bapak mengamalkan bahriah kubro sudah sekira 45 tahun, dan masih terus diamalkan terus hingga detik ini.

Baca Juga:  Menjadi Tuhan

Wiridan fatihatul karomah atau wirdus sa’adah, sudah dijalankan bapak juga lebih dari 40 tahun hingga kini. Belum lagi wiridan-wiridan yang lain. Jadi sudah sangat wajar kalau sekarang sudah mulai terlihat hasil dari wiridan-wiridannya.

Karena sudah lama sekali menanam, dan tekun werawatnya setiap hari.

Saya sengaja menyebutkan waktu secara spesifik berapa lama beliau memulai menanam wiridannya, untuk menyadarkan kita bahwa tidak ada yang instan dalam sebuah kesuksesan atau kehebatan. Banyak sekali yang minta amalan kepada saya, agar bisa punya hasil seperti bapak. Namun baru mengamalkan satu atau dua tahun salah satu amalan yang biasa bapak amalkan, sudah mengeluh kok belum bisa memanen.

Ooh tidak semudah itu fergusooo….

Setiap doa perlu ditempa oleh kesabaran hati dan konsistensi diri.

Maka, jangan kaget dengan doa para kekasih yang gampang terijabahi, karena mereka telah menempa doanya setiap hari, sepanjang usia hati. []

#salamKWAGEAN

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Opini

    Menangisi Kebodohan

    “Menangisi kebodohan bukanlah suatu sikap tercela, melainkan sesuatu yang terpuji sebagai wujud ketawadluan ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah