Ketika kita berbicara tentang pesantren di era sekarang yang tepatnya di Indonesia yang mana pesantren itu asli beraliran ala Indonesia maka kita tidak akan lepas dari yang namanya kedamaian dunia yang mengarah kepada keselamatan dunia dan akhirat. Apalagi jika kita hubungkan dengan radikalisme, bak sebuah penyakit yang telah teridentifikasi dalam tubuh seseorang dan kita mempunyai Obatnya. Bahkan tak hanya itu, berbicara tentang pesantren dan radikalisme bukan hanya mengandung interpretasi “obat penghilang esensi maupun eksistensi penyakit”, namun  juga sebagai “pencegah”.

Radikalisme mempunyai kedekatan makna dengan beberapa hal yang di rasa bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam seperti, terorisme, pemikiran diskursif, dan intoleransi. Islam melalui ayatnya telas jelas mengisyaratkan bahwa melalui Nabi Muhammad SAW. Turun ke bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ ( الأنبياء : 107 )

Tanpa ada kekerasan, paksaan, celaan, ketakutan dan teror bertebaran di mana-mana, persaudaraan hilang dalam setiap sendinya. Islam sebagai sumber dari segala sumber mengalir dengan kasih sayang kepada setiap kedengkian dan kesesatan semua makhluk yang ada di dunia. Kenetralaan tuhan dalam memberikan pilihan terhadap hambanya pun juga telah di paparkan jelas dalam firmannya yaitu Surat Al-Baqarah ayat 256,

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256)

Ibnu Katsir turut berpendapat dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir di Juz I/305 bahwasannya maksud dari لا إكراه فى الدين itu adalah لا تكره احدا على دخول فى دين الإسلام.

Selanjutnya, pesantren sebagai wadah di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami kering spiritual di zaman sekarang sangatlah mempunyai peluang besar dalam membenahi dan mengisi kebejatan itu. Hal ini tidak dapat diragukan karena pesantren adalah ladangnya para orang-orang berilmu. Tidak hanya itu ilmu yang mereka miliki, itu sangatlah jelas sumbernya, sangatlah jelas porsi dan racikannya, begitu juga sangatlah jelas tujuan dan akan di bawa kemana ilmu itu nantinya. Kejelasan status ilmu yang di miliki anak-anak pesantren inilah yang dapat sampai pada setiap hati orang yang meminumnya. Tidak hanya berhenti pada akal saja, namun hati dan jiwa pun ikut tersirami oleh ilmu yang itu sebenarnya adalah ilmu Allah SWT.

Baca Juga:  77 tahun Indonesia, Penting Konsolidasi SDM Pemuda di level Global

Ilmu yang berkah akan menghasilkan produk yang berkah pula. Itulah rumus yang dilakukan oleh setiap ulama di segala zamannya untuk mengkader santri-santrinya guna menjadi orang yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Untuk mendapatkan ilmu yang berkah tidaklah gampang di dalam agama islam. Capaian-capaian yang tupoksinya hanya bersifal Allah lah yang dapat mencapai keberkahan yang sempurna. Riyadhoh, mujahadah, tirakat, dan pencapaian An Nafs As Sab’ah (Nafsu Amarah, Nafsu Lawwamah, Nafsu Mulhimah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Rodhiyah, Nafs Mardhiyah, Nafsu Kamilah) atau apapun itu semua hanya sebatas perjalanan yang nantinya akan menuju pada sang mutiara di dalam sebuah samudra luas penuh keindahan. Dan semua itu hanya ada di pesantren. Dan pesantrennya harus beraliran nusantara (sepuh) serta jelas sanadnya.

Produk yang berkah inilah yang akan menjadi lentera di setiap zamannya. Produk yang berkah yang luas ilmunya dan dalam spiritualnya akan selalu mencerminkan Nabi Muhammad SAW. Yang dalam berdakwah pun juga akan menggunakan metode Rahmat (kasih sayang) tanpa paksaan apapun. At-tawasuth, At-tawazun, Al-i’tidal pun selalu mengalir beriringan dalam membenahi akhlak (dakwah) pada setiap ciptaan allah. Karena Negara yang baik tergantung pada Akhlak Masyarakat yang ada di dalamnya. [HW]

Referensi:

 الشيخ محمد أمين الكردى الإربلى الشافعى النقسبندى. تنوير القلوب فى معاملة العامل الغيوب. سورابايا. فت. بوغكول اينداه. ص. 464-466

Nadhif Muhammad Mumtaz
Santri Alumni PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan PP Sabilurrasyad Gasek Malang, Alumnus S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Mahasiswa S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Penulis Buku Guru Ideal.

    Rekomendasi

    2 Comments

    1. […] kita sering kali diterpa kabar bahkan isu yang dapat memecah belah persatuan bangsa kita. Gejala radikalisasi ini sering menyasar kepada generasi milenial yang pemahamannya sangat dangkal terhadap ajaran agama […]

    2. […] Baca Juga:  Peran Pesantren dalam Menangkal Radikalisme […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini