Sebagai seorang muslim patutnya kita memiliki keimanan yang tinggi, Rasulullah SAW mengatakan iman itu naik turun dan para ulama mengatakan iman seseorang itu bertambah dan berkurang, pada tabiatnya iman seseorang tidak selalu stabil, akan ada masanya iman tersebut berada diposisi nyaman dan ada masanya iman seseorang berada diposisi jenuh sedangkan seseorang membutuhkan iman setiap waktu. Jika diibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang bangunan diatasnya.

Kokoh tidaknya bangunan tersebut tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut, jika pondasi tersebut rapuh maka bangunannya akan roboh. Seseorang membutuhkan iman lebih dari seseorang membutuhkan teknologi, terlapas pada era modernisasi saat ini, mayoritas masyarakat sudah menggunakan teknologi yang begitu canggihnya, seperti sepeda motor, laptop maupun handphone, ketika keluar rumah pun hal tersebut tidak akan lupa dibawahnya,

Bahkan sekalipun alat yang penting tersebut tertinggal dari rumah dia akan kembali lagi meskipun sudah jauh dari rumahnya dan mengambil alat tersebut. Terlebih dia tidak bisa tanpa teknologi tersebut. Begitupun dengan iman, iman lebih penting dari adanya teknologi. Seseorang membutuhkan iman dalam setiap kehidupan, seseorang butuh iman ketika sedang diuji, dengan keimanan tersebut maka seseorang akan kuat dan tabah menjalani ujian yang mereka hadapi.

Seseorang butuh iman pada waktu mereka beribadah, dengan iman maka seseorang akan beribadah dengan khusyuk. Seseorang butuh iman ketika seseorang sedang bersyukur, dengan iman seseorang akan lebih bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Allah swt. Seseorang butuh iman ketika mereka marah, dengan iman tersebut mereka bisa mengendalikan amarah yang dikendalikan oleh syaitan sehingga amarah tersebut bisa mereda.

Seseorang butuh iman ketika menghadapi orang yang jahil sehingga seseorang bisa ikhlas menerima apa yang dilakukan orang yang menjahilinya tersebut dan bisa memaafkan dengan lapang dada. Seperti halnya Rasulullah yang sering dijaili ole kaum kafir. Ketika Rasulullah berbaring SAW berada di suatu pohon Rasulullah SAW menaruh pedangnya karena hendak beristirahat. Ketika Rasulullah hendak beristirahat, sahabat pun mengambilkan pelepah kurma untuk tempat Rasulullah berbaring.

Baca Juga:  Urgensi Silaturahmi Bagi Orang Beriman

Ketika Rasulullah berbaring tanpa memegang pedangnya, tiba-tiba ada seorang kafir datang mengambil pedang Rasulullah SAW sambil berkata “siapa yang akan menolongmu sekarang Muhammad?”Seketika itu Rasulullah SAW hanya mengatakan “Allah”. Seketika itu pula bergetar tangan orang kafir tersebut, pedang yang dipegangnya pun terjatuh. Rasulullah lantas mengambil pedang tersebut dan membalikkan keadaan. Mata pedang Rasulullah  berada di leher orang kafir sambil berkata “siapa yang akan menolongmu sekarang?”.

Dan jawab orang kafir tersebut “wahai Muhammad, engkau ini orang baik lepaskanlah aku”. Setelah orang kafir berkata demikian Rasulullah menurunkan pedang tersebut. Keimanan Rasulullah dalam memaafkan seseorang. Bahkan bertetanggapun juga membutuhkan iman. Rasulullah SAW bersabda “iman seseorang itu tidak akan sempurna sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. Kemudian Rasulullah bersabda “Siapa saja beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.

Siapa saja beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. Artinya semuanya berlandaskan iman, sehingga iman adalah salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan umat muslim. Iman diibaratkan seperti akar, pohonnya ibaratkan sabar dan buahnya adalah kebaikan-kebaikan yang dilakukan dalam kehidupan. Ketika seseorang ingin menjadi pribadi yang baik, lapang dadanya dan menjadi orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain maka yang pertama harus dipupuk dan disiram adalah akar keimanan pada diri.

Jika keimanan sedang drop atau turun maka datanglah dalam majelis ilmu, temui ulama salih mendengarkan ceramah-ceramah agama yang bermanfaat, meminta saran dalam hal keimanan kepada ulama-ulama yang ahli dalam bidang agama, berteman dengan seseorang yang baik, berteman dengan seseorang yang sudah memiliki niat untuk berhijrah. Ketika berteman seringlah berbicara tentang Allah, dalam artian bicara tentang kebesaran Allah.

Baca Juga:  Kisah Nelayan dan ketakwaannya

Makin sering seseorang  berbincang tentang Allah maka semakin bertambah kecintaannya kepada Allah, jadi ketika ada suatu masalah dan diketuk keimanan itu maka akan cepat kembalinya. Dan tambahlah dengan ketaatan, bagaimana ketaatan tersebut, ketaatan tersebut dengan mengistikamahkan diri dalam hal ibadah dengan pula tambahan ibadah sehari-hari seperti, jika orang lain hanya salat fardu maka kamu tambahlah salat fardu dengan salat sunnah.

Jika orang lain membaca Alquran hanya satu ain maka tambahlah bacaanmu dengan membaca satu juz. Jika orang lain bersedekah 3 kg beras maka tambahlah sedekahmu dengan 5 kg beras dan masih banyak amalan lain untuk menambahkan keimanan yang dapat diamalkan. Ketika seseorang sudah memantapkan iman dengan ketaatan tersebut, maka seseorang akan merasa dahulunya jika ia meninggalkan kewajiban biasa saja dan sekarang ketika ia meninggalkan sunnah saja hatinya menjadi gelisah.

Iman turun karena menjalankan kemaksiatan, jikalah seseorang berbuat maksiat sadar atau tidak sadar akan mengurangi motivasi imannya sekaligus amal salihnya. Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. [HW]

Ratna Indah Lestari
Mahasiswi Ilmu Ekonomi,Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] dzikir-dzikir yang dilakukan setiap bakda shalat fardhu selain sebagai pengokoh keislaman, keimanan, dan keihsanan kita, juga sebagai ruang bagi hamba untuk mengingat Allah Swt. Namun, hal itu tentu […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah