We have always held to the hope, the belief, the conviction that there is a better life, a better world, beyond the horizon.” – Franklin D. Roosevelt

Harapan yang menginspirasi dan menyemangati secara bermakna adalah kehidupan yang berguna dan bahagia dunia dan akhirat yang diridloi oleh Allah swt” – Rochmat Wahab

Harapan adalah suatu kekuatan yang ampuh. Harapan menginspirasi kita untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin dan membantu kita meneruskan kegiatan selama masa sulit. Harapan juga bisa hadir dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bisa hadir melalui suatu buku yang baik, atau musik favorit, atau mendengarkan apa yang disukai dari pemimpin. Jika kita ingin mendapatkan suatu inspirasi, maka kita bisa datang ke tempat yang benar. Harapan datangkan energi baru, sehingga kita bisa terus bersemangat untuk belajar dan bekerja.

Harapan dalam hidup sangatlah penting. Harapan memperkuat diri kita untuk menjadi seorang pribadi yang optimis. Harapan bisa menjanjikan masa depan yang lebih baik. Harapan memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan yang terbaik. Harapan juga bisa menyinari kita dalam kegelapan. Harapan dapat meyakinkan kita akan kehadiran kepastian di tengah-tengah kita dalam kegalauan.

Setiap individu dan institusi yang ingin survive dan berkembang sangat perlu memiliki harapan, bahkan lebih kerennya perlu memiliki impian besar (big dream). Karena harapan bisa memberikan kekuatan kepada kita untuk keluar dari berbagai kesulitan. Kita bisa selamat dari kebaikan yang mematikan. Harapan juga mampu memotivasi kita untuk berpikir dan bersikap kreatif, sehingga bisa cari alternatif solusi yang lebih baik dan efektif.

Orangtua memiliki peran model yang terbaik bagi anak-anaknya. Orangtua wajib menciptakan iklim yang memungkinkan anak mengungkapkan harapannya. Orangtua wajib meluruskan harapan anak. Orangtua harus sabar dan terbuka terhadap anak untuk berani menyampaikan harapannya. Orangtua perlu meyakinkan kepada anaknya bisa memfasilitasi apa yang menjadi harapan anak. Orangtua perlu tunjukkan kerja kerasnya untuk menghargai harapan anak. Orangtua memenuhi harapan anak dengan cara yang edukatif, bukan dengan memanjakan.

Baca Juga:  Berhenti Berharap

Anak sebagai generasi masa depan sangat mutlak perlu memiliki harapan. Karena itu guru yang baik diharapkan mampu menginspirasi harapan, menghidupkan imajinasi, dan memelihara rasa cinta untuk belajar dan membaca. Guru tidak seharusnya menyia-nyiakan waktunya untuk menjaga harapan anak. Guru wajib menciptakan iklim yang kondusif atas terpeliharanya harapan anak. Guru juga dengan hati tulusnya seyogyanya sabar membantu anak untuk memenuhi harapannya.

Setiap individu seharusnya memiliki harapan sejak usia dini hingga dewasa. Harapan yang baik dan realistis. Harapan hidup sehat, sukses di dunia dan di akhirat. Harapan yang menjadi pedoman dan mengarahkan aktivitas berpikir, bersikap dan bertindak. Harapan yang mampu menjaga kegiatan yang baik dan terpuji. Harapan yang mampu mengontrol dan meluruskan pikiran dan tindakan yang salah dan kurang terpuji. Harapan yang menjadi spirit untuk berani dan semangat belajar dan bekerja. Harapan yang bisa membimbing untuk menjadi pribadi yang produktif. Harapan yang mampu menghibur dan menyemangati belajar, bekerja dan beribadah.

Harapan pada kenyataannya tidak selalu terwujud, walau harapan itu sangat berarti dalam kehidupan individu. Bisa saja disebabkan oleh lemahnya pribadi dan rendahnya tanggung jawab, atau kepribadian yang belah. Bisa juga disebabkan oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang tidak mendukung individu mewujudkan harapannya. Atau perpaduan antara faktor internal dan eksternal yang saling menguatkan sehingga harapan sulit diwujudkan.

Harapan yang kita bangun setinggi apapun tidak akan mulia dalam kehidupan yang sebenarnya, kecuali mengharapkan Rida Allah swt. Artinya bahwa apapun jenis dan seberapapun tingginya tingkat yang menjadi harapan kita akan lebih bermakna jika mendapatkan Rida Allah swt. Sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam QS Al-Insyirah : 8, “Dan hanya kepada Allah swt engkau berharap”. Karena itu harapan yang kita bangun sebaiknya tidak hanya dalam konteks duniawiyah saja, melainkan juga konteks ukhrowiyah yang bisa memuliakan hidup kita. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini