Khidmah Santri Berbalas Barokah Sang Kiai

Santri, sebuah sandaran nama bagi seorang yang mendedikasihkan hidupnya untuk pesantren. Dimana sebuah bangunan itu bisa disebut pesantren jika telah berdiri sebuah pondok atau bangunan yang didalamnya terdapat seorang kiai yang mampu memberikan pengajaran  ilmu agama dan ilmu-ilmu akhirat yang lainya sebagai bekal para santrinya di masyarakat bahkan sampai di akhirat kelak. Bukan sekedar jasmaninya tapi rohaninya juga harus turut dipasrahkan dengan sepenuh hati. Niat ikhlas adalah modal utamanya. Pun ridlo orang tua sebagai wasilahnya.

Jadi peran orang tua dalam hal ini juga tidak bisa di sepelekan. Walaupun yang mengajar dan mendidik di pesantren adalah kiai, namun orang tua juga berperan dalam hal material, dukungan moral, serta doa agar anaknya bisa benar-benar berhasil dalam menimba ilmu di pesantren. Berdasarkan kitab “Taisir Al-Kholaq fii ‘Ilmi Al-Akhlaq” halaman 6-7,  berbunyi :

الوالدان هما السبب في وجود الإنسان لولا عناؤهمامااستراح ولولا شقاؤهماماتنعّم

Artinya : “Orang tua adalah mereka yang menjadi sebab adanya seorang manusia, jika bukan karena kerepotan kedua orang tua maka seorang anak tidak bisa enak hidupnya, dan jika bukan karena kerja keras kedua orang tua maka seorang anak tidak akan merasakan kenikmatan”

Hakikat seorang santri adalah dirinya yang harus mampu keluar dari zona nyaman yaitu berani meninggalkan semua kenikmatan yang memanjakan nafsu pribadinya,baik nafsu jasmani ataupun rohani. Dirinya yang harus mau mengikuti semua dawuh para kiai walaupun sangat berat baginya.

Cara berfikir santri adalah semua dawuh para kiai bukanlah paksaan melainkan nasihat dan bentuk barokah yang nantinya akan di raih oleh setiap diri seorang santri yang mau taat mengikuti dan patuh padanya.

Menurut mereka hidupnya hanya berguna jika sudah melaksanakan perintah kiainya. Terkadang sudah melaksanakan pun masih kurang merasakan kepuasan,itu disebabkan kelalaian kita untuk menempatkan keikhlasan dalam hati kita dalam menjalaninya.

Baca Juga:  Santri dan Karyanya dalam Khazanah Sastra Pesantren

Mungkin keikhlasan bisa dilatih dengan membiasakan diri kita untuk tidak mengeluh atas semua perintah yang diberikan, maka dengan itu semua akan terasa ringan dan perlahan rasa keikhlasan tersebut akan muncul dengan sendirinya.

Banyak sekali bukti nyata pengambilan seorang santri yang seperti itu, sebut saja seorang santri abdi ndalem biasanya ikhlas jika kiainya Memerintahkan apasaja untuk ia lakukan. Misalnya menguras bak mandi, memasak makanan santri pagi-siang-malam, berbelanja sayuran dipasar, dan masih banyak. Dan tanpa disadari walaupun seorang abdi ndalem tersebut yang dilakukan dipondok hanya menjalankan perintah kiai dan sangat jarang mengikuti ngaji pondok, bahkan tidak pernah, namun setelah keluar pondok kebanyakan mereka menjadi orang berhasil yang keluberan barokah dari kiainya. Yang sangat mengherankan lagi kebanyakan dari mereka malah menjadi seorang kiai dan tokoh agama juga di desa mereka. Dan inilah yang dimaksud dengan Khidmah santri berbalas barokah sang kiai.

Hakikat seorang santri adalah mereka yang selalu menjaga adab. Baik adab dengan kiai,kitab,orang tua,dll. Semua itu diajarkan kepada santri. Berdasarkan kitab “Taisir Al-Kholaq fii ‘Ilmi Al-Akhlaq” halaman 6-7,  berbunyi :

وأما أداب المتعلم مع أستاذه فمنها أن يعتقد أنّ فضلهاكبر من فضل والديه لانه يربى روحه

ومنها الخضوع أمامه والجلوس في درسه بالادب وحسن الاصغاء إلى ما يقوله

ومنها ترك المزاح والايمدح غيره من العلماء بحضرته مخافة أن يفهم أستاذه أنه يذمه

ومنها الا يصده الحياء عن السؤال عمالايعرف

Artinya : “Adapun adab seorang murid kepada gurunya diantaranya, meyakini bahwa kebaikan guru lebih besar dari pada kebaikan ibu bapaknya, karena sang guru mendidik rohaninya. Selain itu hendaknya bersikap tawaduk / tunduk dihadapan guru. Hendaknya seorang murid duduk dengan tata Krama dan mendengarkan guru dengan baik saat guru sedang mengajar dan tidak bergurau. Hendaknya tidak memuji kelebihan guru lain di hadapan guru yang ada didepan kita, agar perasaan sang guru tidak tersinggung. Hendaknya murid tidak malu untuk bertanya tentang apa yang belum ia mengerti.

Selain itu pada umumnya, Adab yang sampai saat ini menjadi ciri khas seoarang santri adalah mereka yang selalu mencium tangan kiainya, menundukan kepala ketika bertemu kiainya, berjalan dengan membungkukan badan atau melutut ketika bertemu dengan kiainya, tidak segan-segan memberi jalan pada kiainya dan tidak berani mendahului. Bertutur kata sopan dan tidak berani menatap langsung wajah para kiainya, begitupun sikap tawaduk dan istiqomah selalu mereka terapkan dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Semua perlakuan mereka tersebut adalah sebagai bentuk rasa khidmah atau pengabdian seorang santri kepada kiai, agar mendapatkan ilmu yang barokah dan kehidupan yang bermanfaat lewat ridlo para kiai karena ketaatan mereka. Amin. []

Melly Nurul Fajriyah
Santri Ma'had Aly Pesantren Maslakul Huda Kajen, Margoyoso, Pati.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah