Pada prinsipnya manusia bebas memilih, menjadi apa dan siapa, akan tetapi, manusia tidak pernah bisa bebas dari akibat yang ditimbulkan oleh pilihannya itu. Oleh karenanya, kebebasan manusia sangat terbatas, bebas bukan berarti terbebas dari segala akibat dari keputusan-keputusan yang dipilih, bebas adalah menikmati segala keterbatasan. Mengapa?

Seandainya Anda bisa mendengar seluruh bisikan dan suara hati umat manusia, terutama orang-orang yang Anda benci, betapa tersiksanya hidup Anda, sangat boleh jadi Anda akan memaki dan membunuh orang setiap hari. Jikalau Tuhan tidak membatasi dan menutupi segala keburukan suami/isteri di hadapan keluarga mereka, tidak akan ada lagi keluarga harmonis dan bahagia. Andaikata setiap murid tembus pandang dan bisa melihat keculasan guru-guru mereka, masihkah ada rasa hormat pada guru? Bersyukurlah karena pandangan, pendengaran, perasan, pikiran dan segala yang kita punya ini terbatas.

Well, ada dua pilihan pokok dalam hidup ini: (1) menerima keadaan apa adanya, atau (2) menerima tanggung jawab untuk merubahnya. Di manakah Anda saat ini, Bro? Jika Anda fakir pekerjaan, miskin pergaulan, minim pengetahuan dan bahkan defisit akhlak sehingga tidak dihasrati oleh segala jenis (calon) mertua di muka bumi, Anda harus menerima semua itu dengan lapang dada di satu sisi, dan dengan satu tarikan nafas, Anda harus merubahnya di sisi lain.

Secara gampang, jika Anda seorang pelaut, Anda tidak mungkin bisa merubah arah angin, yang Anda bisa adalah mengendalikan perahu. Mengendalikan perahu adalah mengendalikan diri, caranya? Melatih diri untuk sederhana dan bersahaja. Fase ini juga disebut proses penyucian jiwa yang hanya bisa dilakukan dengan latihan mental dan moral, yakni olah jiwa (riyadhah).

Melatih diri tetap fokus mengendalikan perahu agar tidak terombang-ambing oleh gelombang kehidupan, baik prahara di dalam diri, maupun ombak di luar diri. Bagaimana cara melatih pengendalian diri? Kurangi dan sederhanakan keinginan lalu arahkan ke hal-hal yang positif dan produktif. Caranya? Tidak gegabah dan merasa gagah dalam melakukan yang Anda bisa, dengan apa yang Anda punya, dan dari tempat di mana Anda berada. Lalu, tanyakan pada diri sendiri: seberapa manusiakah saya?

Salam dan doa untuk Anda!

Ach Dhofir Zuhry
Alumni PP Nurul Jadid Paiton, Penulis Buku Peradaban Sarung, Kondom Gergaji dan Mari Menjadi Gila, Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Penasehat Dunia Santri Community dan pengampu kajian Tafsir Tematik NUonline tiap ahad sore 16.30 WIB

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini