esensi dan kontribusi kemandirian

Self-government, self-discipline, self-responsibility are the triple safeguards of the independence of man.” – Bernice Moore

Kemandirian adalah sesuatu sangat penting dalam kehidupan kita. Apakah sebagai pribadi, kelompok, institusi, atau bangsa. Demikian juga kemandirian itu sangat penting ketika kita dalam berpikir, bersikap, berbicara, atau bertindak. Selanjutnya kemandirian sangatlah penting dalam merawat diri, belajar, beribadah, bekerja, dan bermasyarakat. Bahkan kemandirian sangatlah penting dalam menghadapi dinamika perubahan sosial dan kemajuan iptek. Begitulah sangat berartinya kemandirian dalam hidup kita.

Kemandirian pada hakekatnya merupakan manifestasi dari kematangan diri (maturity). Kemandirian bisa merupakan refleksi ketidaktergantungan pada orang atau pihak lain. Kemandirian juga merupakan gambaran dari kemampuan berdiri di atas kaki sendiri. Kemandirian juga dapat menggambarkan adanya kekuatan sendiri atau swadaya.

Kemandirian dapat membantu dalam meningkatkan martabat dan harga diri sendiri, bahkan lebih dari itu, menjadi salah satu tujuan kita. Prestasi kemandirian di bidang finansial, emosional, sosial dan karir dapat memberikan rasa prestasi yang merubah bagaimana menilai diri kita dan orang lain memandang kita.

Menyadari bahwa kemandirian itu sangat penting, maka kita bisa perhatikan Joel Brown (2013) yang mengidentifikas sejumlah alasan yang memandang kemandirian itu penting. Pertama, Kemandirian juga bisa menaikkan kepercayaan diri. Kemandirian bisa membuat kita lebih siap dalam menyelesaikan berbagai tindakan tanpa bantuan dari orang lain. Menjadi mandiri berarti kita dapat mewujudkan sesuatu yang baru berdasarkan apa yang lebih kita inginkan daripada yang diharapkan orang lain.

Kedua, kurangnya kepercayaan pada orang lain. Individu yang kurang mandiri cenderung bergantung pada orang lain. Ini disebabkan tidak adanya keyakinan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia sangat berharap ada bantuan dari orang lain. Terlebih-lebih dalam menghadapi tantangan yang berat. Ketiga, kemandirian emosional mengurangi stress dan meningkatkan kebahagiaan. Menjadi mandiri secara emosional berarti bahwa kita bisa membuat keputusan yang sangat personal dan melewati situasi hidup yang sangat menantang tanpa mengorbankan orang lain.

Baca Juga:  Gus Baha: Berkontribusi Tidak Harus Menyelesaikan Masalah

Keempat, kemandirian finansial berarti kemampuan mengontrol penghasilan dan pengeluaran. Mampu membayar urusan hidup akan mengurangi ketergantungan pada orangtua, teman, pasangan dan siapapun yang dijadikan sandaran. Lebih banyak belajar menjadi mandiri secara finansial, lebih sedikit stess dalam hidup, dan lebih banyak kontrol dampak finansial. Kelima, pembuatan keputusan yang lebih baik. Kemandirian menjadikan pembuatan keputusan tentang suatu tugas menjadi lebih mudah. Karena kita telah membuktikan sendiri, bahwa hanya kita yang dipengaruhi oleh keputusan itu sendiri. Sebaliknya bahwa ketergantungan kita kepada orang lain atas dukungan emosional atau finansial menjadikan kita sulit dalam membuat keputusan yang jelas dan tepat.

Keenam, perbaikan pribadi dan kreativitas. Ide menetapkan kemandirian sebagai suatu tujuan dapat menggerakkan banyak aspek dari kehidupan kita. Kemandirian emosional memperbaiki hubungan personal dengan teman, keluarga, teman kerja, dan orang lain yang berinteraksi dengannya. Kita lebih bisa mengontrol emosi, seperti marah, cemas, dsb. Ketujuh, memperluas horizon. Menjadi mandiri berarti siap dan bebas bertemu dengan orang-orang baru dan hal-hal baru. Ini berarti bahwa kita mengembangkan wawasan dunia yang lebih luas dan menjadi lebih terbuka terhadap orang lain dan kesempatan yang baru. Yang mengarahkan kepada pengetahuan dan pemahaman dunia yang lebih banyak.

Kedelapan, martabat dan harga diri. Kemandirian dapat membantu menaikkan martabat dan harga diri yang merupakan salah satu tujuan hidup kita. Pencapaian kemandirian emosional, personal, sosial, finansial, dan karir memberikan rasa sempurna yang akhirnya merubah penilaian diri kita sendiri dan orang lain yang memandang kita.

Walaupun kemandirian dapat menghadirkan banyak kebaikan, namun di sisi lain kemandirian juga menimbulkan sejumlah kelemahan. Mirana Tera (2016) mengidentifikasi ada sejumlah kelemahan di balik kemandirian, (1) Orang-orang di sekitar kita merasakan bahwa kita tidak memerlukan seseorang, (2) Kita akan mengakhiri dengan depressi, karena tidak akan ada orang yang memberi bantuan yang kita perlukan, (3) Kita akan mengalami kesulitan mencari orang lain untuk membantu, (4) Mengalami kesulitan dalam suatu hubungan, dan (5) Kita berasumsi bahwa sebagian besar orang yang ada seperti kita (yang mandiri).

Baca Juga:  Benarkah Indonesia Mengalami Resesi “Seks”?

Kemandirian memang sangatlah penting dan perlu dalam kehidupan karena kemandirian bisa menentukan eksistensi, marwah dan martabat kita. Karena itu kemandirian harus diupayakan sejak dini. Mandiri dalam berbagai hal. Sebaliknya ketergantungan kita harus diupayakan mendekati titik nol. Upaya untuk mandiri dan tidak tergantung menjadi kebutuhan sepanjang hidup. Kemandirian yang kita capai jangan sampai merugikan hidup kita, sehingga kita tidak bisa sisihkan ruang dan waktu untuk orang lain. Di sinilah dibutuhkan sikap kreatif dan fleksibel, sehingga kehadiran kita yang mandiri tidak merugikan orang lain. Kontrol diri harus tetap berjalan. Dengan demikian kemandirian yang merupakan kunci penting keberhasilan kita, dan dalam waktu yang sama jangan sampai menjadi kunci penting kegagalan kita.

Akhirnya kemandirian yang merupakan sifat mulia, harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai merusak rasa kebersamaan atau solidaritas sosial, sehingga hidup dalam keseimbangan. Nah sekarang gilirannya, bagaimana dengan kemandirian kita dan bangsa kita?. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini