. . . Sekarang sudah masuk azan magrib, tapi ini pertandingan masih berjalan.. bagaimana ini? “pertahankan hari ini kita harus dapatkan 3 poin” teriak pelatih dari pinggir lapangan // ah nanti aja nanggung baru game sekalian mandi sudah bersih baru salat // aduh nanti sore ada pertandingan kuat enggak yah puasa? Bagaimana kalau nanti lemes? Nanti tidak bisa maksimal pas main duh . . .

Di era abad ke-20an ini, banyak orang tua yang mengidam-idamkan supaya anaknya nanti jadi apa yang sesuai keinginannya. Ada juga merupakan impian seorang ayahnya dulu yang tidak tercapai. Apapun akan dilakukan oleh orang tua termasuk memasukkan ke klub sejak usia dini. Dalam masa generasi emas ini banyak jalur pendidikan beasiswa maupun pekerjaan yang bagus ditempuh melalui prestasi yang tinggi. Hal itulah tak sedikit orang tua yang mengidolakan anaknya berprestasi dunia daripada prestasi akhiratnya.

Sepenggal kata-kata bijak karya penyair terkemuka asal Lebanon Amerika Kahlil Gibran. Arti penting manusia bukan terletak apa yang dia peroleh, melainkan apa yang sangat ia rindukan untuk diraih. Sesuatu yang diperoleh dari sekumpulan proses usaha untuk mendapatkannya akan terasa lebih indah dibandingkan kita memperoleh sesuatu dari sekedar membalikkan tangan. Oleh karena itu setiap umat manusia dalam melakukan apapun yang berhubungan dengan meraih apa yang diraih dalam dunia, diniatkan mencari ilmunya Allah. Dalam hadis riwayat Turmudzi yang berbunyi:

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Ilmu bagaikan bekal untuk meraih prestasi dunia maupun akhirat. Artinya dalam proses perjalanan panjang itu semua harus dibarengi dengan ilmu. Dan dengan ilmu juga yang semula mengejar urusan dunia dapat dijadikan amal baik di akhirat nanti. Dijelaskan dalam hadis riwayat Turmudzi yang berbunyi:

Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

“Dulu ayahmu ini ingin jadi pesepak bola yang professional nak, bisa mengharumkan nama indonesia ke kancah dunia melalui sepak bola”. Kata-kata yang masih mengental dipikiran sang bapak. Bahkan orang tua seluruh dunia pun pada saat sang ibu mengandung pasti sudah mempunyai planning buat masa depan anak. Akan tetapi tak sedikit orang tua yang salah dalam meraih keinginan itu. Segala hal diberikan dan dikhususkan untuk mengejar prestasi dunia tanpa menghiraukan bagaimana ketakwaan seorang anak. Bukannya iman dan takwa harus sudah diperkenalkan sejak lahir? Lantas apa yang harus dilakukan oleh seorang ayah maupun ibu.

Ketika seorang Muslim mengejar pahala demi kebahagiaan di akhirat, maka akan ditambah nikmat dunianya oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagia pun di dunia.” (QS. Asy-Syura: 20)

Firman Allah SWT tersebut menegaskan bahwa kehidupan akhirat lebih penting dan lebih banyak manfaatnya bagi seorang Muslim jika ingin mengejarnya. Semua orang sudah mengetahui bahwa hidup di dunia hanya sebentar dan hidup yang abadi itu di akhirat kelak. Hidup merdeka di akhirat kelak, sangat ditentukan oleh kualitas hidup kita di dunia. Kualitas baik atau buruknya kita menjalani hidup di dunia, menentukan sukses atau gagalnya kita hidup di akhirat. Ibarat menabung di usia muda, maka akan menentukan kehidupan kita di masa tua.

Lantas bagaimana apa yang dilakukan oleh setiap orang mukmin dalam hal tersebut. Apakah mencari kebahagiaan dunia dengan meraih prestasi dunia semaksimal mungkin? Ataukah mencari kebahagiaan akhirat dengan cara melupakan prestasi di dunia? Tidak ada jawaban yang pasti atas pertanyaan tersebut. Sejatinya hidup itu pilihan, dikembalikan lagi bahwa semuanya tergantung pilihan seorang mukmin dalam menjalani hidup yang menjadi haknya.

Dalam menyikapi itu semua setiap orang mukmin pasti ingin anaknya sukses di dunia maupun akhirat. Sudah sepantasnya orang tua memberikan porsi lebih banyak untuk urusan akhirat. Akan tetapi tidak juga menghilangkan urusan dunia dengan cara meluruskan niat hanya mencari ridlo Allah SWT. Semua perbuatan yang berhubungan dengan urusan dunia diniatkan mencari rida Allah SWT, insya Allah akan menjadi berkah termasuk apabila kita mendapatkan prestasi dunia semisal juara 1 perlombaan karate tingkat Nasional membuat kita sadar bahwa itu semua dapat diraih atas bantuan dan takdir Allah SWT. Dengan sebab itu kita dapat meraih prestasi dunia tanpa menghilangkan pahala dari sebagian prestasi akhirat. [HW]

Nabilah Fina Asyifa
Mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini