PESANTREN.id – Agenda Daulat Budaya Nusantara dalam jagong, tangis, tawa dan doa Sabtu, 04 Novwember 2023 pukul 19.30 di Lapangan Sono Keling, Desa Keling, Kec. Keling Kabupaten Jepara, Jawa Timur menjadi titik kedua yang di tempati dalam pagelaran wayang semalam suntuk dengan Lakon Gondomayu bersama dalang Sujiwo Tejo.

Kolaborasi antara Dunia Santri Community, Indika Energy, Pondok Alam Adat Budaya Nusantara dan Pesantren Budaya Darul Mudhaffar. Hanya ruwatan wayang yang diperbolehkan melaksanakan pagelaran di desa keling, tidak mudah menampilkan pagelaran wayang di daerah ini. Ruwatan Nusantara yang dilaksanakan kali kedua ini, Sapa Akrab founder Dunia Santri Community gus Hamid dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwasanya Jepara menjadi kota satu-satunya di Provinsi Jawa Tengah yang ditempati Daulah Budaya Nusantara. Karena jepara memiliki Sejarah yang sangat kental dan sangat melegenda dimana kita kenal dengan nama ratu Sima, ratu kali nyamat, dan RA Kartini. Indonesia memiliki jati diri dan starategi kebudayan yang sangat luar, akan tetapi generasi sekarang atau gen Z lebih paham Bahasa korea tapi lupa dengan bahasa jawa itu sendiri. Seperti contohnya kita ketahui korea Selatan memiliki kebudayaan yang luar biasa, generasi muda saat ini lebih bangga dengan Bahasa korea tapi lupa dengan kebudayaan Indonesia. Seperti pendapat Mbah tejo mengatakan “Ketika orang Indonesia berfoto dengan orang korea harusnya orang korea yang bangga bisa foto dengan kita bukan sebaliknya”. Budaya mulai bergeser dengan adanya ruwatan Nusantara ini besar harapan semoga Indonesia bangkit dan menjadi negeri yang memiliki jati diri sehingga dapat mempengaruhi negara-negara lain seperti zaman dulu dalam buku Pramudia Ananta Tour berjudul “Arus Balik” dulu Indonesia mampu mempengaruhi negeri diatas angin akan tetapi sekarang Indonesia lebih sering dipengaruhi dari pada mempengaruhi. Dengan adanya Daulah ini diharapkan Indonesia bangga dengan budayanya dan mampu bangkit menunjukkan jati diri serta menjadi negri baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Amin.

Baca Juga:  Baku Puisi Seniman dan Masyarakat di Alor

Sambutan kedua yang disampaikan oleh Insinyur Teguh Hariyono mengatakan bahwasaya jepara memiliki energi yang sangat kuat sehingga ruwata di laksanakan di Jepara. Kita harus yakin dengan kemampuan kita sendiri untuk bisa membangun Indonesia dan bangkit dengan energi yang kita miliki. Karena prinsip energi ialah “Energi tidak pernah bisa di hilangkan, energi hanya bisa berubah bentuk”. Untuk itu energi pada malam hari ini tidak hanya energi dari kita akan tetapi energi yang sudah di tanamkan oleh leluhur-leluhut kita. Semoga energi itu akan bangkit sehingga menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang di hormati, tidak hanya di Nusantara tapi bangsa Indonesia di hormati oleh seluruh dunia. Karena bangsa Indonesia pusat peradaban dunia, pertahanan yang paling kuat adalah kebudayaan. Kita bicara ketahan pangan, ketahanan energi, ketahanan kesehatan tapi yang paling mendasar “kita harus mempunyai ketahan budaya”. Seperti pendapat
Ir. Soekarno mengatakan “sejatinya membangun bangsa yang besar ialah di mulai dari membangkitkan setiap lini dan sendi seluruh ragam identitas bangsa hingga kebudayaan bangsa”

Sambutan serta orasi kebudayaan yang ketiga disampaikan oleh Kyai paox iben mudhoffar beliau menyampaikan Sejarah singkat tekait acara ruwatan budaya Nusantara. Dimana acara ini murni niat tulus lillahita’ala tanpa tendensi apapun hanya mengharaap ridho Allah serta niat meruwat budaya. Daulat Budaya Nusantara yang dilaksanakan di desa keling memiliki faldafah yang sangat dalam dan sangat bersejarah di kota jepara, dimana keling merupakan wilayah Muria (gunung Muria). Pada zaman dahulu Jepara, Kudus, dan Pati dipisahkan oleh selat dengan pulau Jawa. Pada 1650 tahun lalu menurut catatan Sejarah daerah sekitar disekat oleh gunung muria (Gunung keramat). Dahulu syeh Subakir yang menaklukkan jin, setan, demit dll, sebelum masuk ke pulau Jawa harus izin ke gunung muria. Syekh syubakir utusan dari kesultanan utsmani pintu masuk pertama kali yaitu gunung muria. Begitu sangat istimewa gunung muria dan daerah jepara yang kita kenal antara lain Mbah Sholeh darat yang berasal dari Mayong beliau adalah guru dari KH. Hasyim Asyari, KH. Ahmad Dahlan, RA Kartini dan kakaknya Raden Sastrokartono yang menguasai 39 bahasa. Bahkan Soekarno berguru kepada Raden Mas Panji Sastrokartono maka sebagai warga sekitar jepara harusnya bangga dan mampu meniru kiprah perjuangan para leluhurnya. Daulah Budaya Nusantara diharapkan mampu membangkitkan kembali semangat kebudayaan yang di miliki bangsa Indonesia sehingga sebagai bangsa yang besar akan kekayaan kebudayan mampu berdaulat dan paham akan jati dirinya terutama bagi penerus bangsa.

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita