Biografi Tokoh Nuruddin Ar-Raniry

Nuruddin Ar-Raniry bernama lengkap Nur Al-Din Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Hasanji Ibn Muhammad Ar-Raniry. Beliau lahir di Ranir (Rander), dekat Surat di Gujarat (India). Dipanggil Ar-Raniry karena beliau lahir di Ranir (Rander). Beliau merupakan keturunan campuran India-Arab dari keluarga sufi dan ulama. Nenek moyangnya kemungkinan berasal dari keluarga Al-Hamid dari Zuhra, salah satu keluarga Quraiys. Sedangkan Nuruddin Ar-Raniry sendiri diasumsikan berasal dari keturunan Al-Asadi Al-Humaydi, salah seorang ulama terkenal dari Mekkah.

Keluarga Ar-Raniry memiliki kekerabatan yang baik dengan orang-orang Melayu, terlebih terhadap Keluarga Kerajaan Aceh Darussalam pada saat itu. Nuruddin Ar-Raniry pertama kali belajar ilmu agama di tempat kelahirannya. Kemudian melanjutkan belajarnya ke Tarim dan berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji dan ziarah ke makam Nabi Muhammad pada tahun 1030 H (1621 M). Banyak pendapat megenai kapan Nuruddin Ar-Raniry datang dan menetap di Aceh. Namun, Ahmad Daudy menyebutkan bahwa Nuruddin Ar-Raniry datang ke aceh pada 6 muharram 1047 H (31 Mei 1631).

Para ahli juga menduga bahwasanya kedatangan Ar-Raniry ke Aceh tidak mendapatkan sambutan yang baik.  Iskandar Muda, sultan Aceh yang berkuasa pada saat itu di duga tidak menyambut kedatangan Ar-Raniry dengan baik dikarenakan Ar-Raniry membawa ajaran yang menentang paham Wujudiyyah. Melihat keadaannya yang tidak diterima baik di Aceh, Ar-Raniry memutukan untuk pindah dan menetap di Pahang yang saat itu dipimpin oleh Sultan Ahmad. Ar-Raniry menetap di Pahang selama beberapa tahun.

Hingga pada tahun 1637 Ar-Raniry memutuskan untuk kembali ke Aceh. Pada tahun 1637 Aceh tidak lagi dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda melainkan dipimpin oleh Sultan Iskandar Tsani, sebagai penerus tahta kerajaan. Nuruddin Ar-Raniry merupakan seorang syaikh dalam Tariqat Rifa’iyyah dan juga ulama yang memegang syariat islam secara kaffah. Selain sebagai seorang ulama yang mengusai berbagai ilmu agama, Ar-Raniry juga merupakan seorang aktor politik yang sangat berpengaruh dalam Kerajaan Aceh Darussalam.

Baca Juga:  KH. Hasan Abdillah: Sang Penegak Istiqomah dari Tanah Glenmore
Peran Nuruddin Ar-Raniry dalam mengembangkan tasawuf

Nuruddin Ar-Raniry dikenal sebagai seorang sufi yang tidak toleran, ortodoks, dan tidak menghargai karya pemikiran orang lain. Namun disisi lain, Ar-Raniry juga dikenal sebagai ulama yang cerdas, memiliki kibijaksanaan dan pengetahuan yang otentik. Bukti kebijaksanaan dan pengetahuan yang otentik ditunjukkan dengan keberhasilan Ar-Raniry dalam menjelaskan ajaran-ajaran keliru yang disebarluaskan oleh tokoh paham wujudiyyah. Selain itu, Ar-Raniry juga menyumbangkan banyak karya dalam bidang tauhid, tasawuf, fikih ushul, fikih praktis, dan sejarah Aceh masa itu.

Dalam konsep tasawuf dan ilmu kalam, Ar-Raniry menganut konsep insan kamil, yaitu manusia paripurna yang mengejawantahkan citra Tuhan berupa sifat-sifat dan asma-Nya secara sempurna. Sedangkan dalam menyebarkan ajaran tasawuf, Ar-Raniry mengembangkan seni rebana yang merupakan cabang dari pengembangan sufism dan syairnya dihubungkan dengan tariqa.

Pemikiran Nuruddin Ar-Raniry

Pemikiran Nuruddin Ar-Raniry dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Tentang Tuhan

Menurut Ar-Raniry manusia dan Tuhan adalah satu hakikat dan sifat Ketuhanan merupakan sesuatu yang kompromis.

  • Tentang Alam

Ar-Raniry berepndapat bahwa alam ini diciptakan Allah melalui tajalli.

  • Tentang Manusia

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Sehingga Allah menjadikan manusia sebagai khalifah untuk memimpin bumi ini.

  • Wujudiyyah

Inti ajaran wujudiyyah berpusat pada wahdat al-wujud.

Karya-karya Nuruddin Ar-Raniry
  • Lathif al-Asrar (Kehalusan Rahasia), kitab yang membahas ilmu tasawuf dan berbahasa Melayu.
  • Nubdzah fi Da’wa azh-Zhil ma’a Shâhibih, berisi tanya-jawab mengenai kesesatan ajaran Wujudiyyah.
  • Asrâr al-Insân fi Ma’rifat ar-Ruh wa ar-Rahmân (Rahasia Manusia dalam Mengetahui Roh dan Tuhan), kitab yang membahas manusia dan berbahasa Melayu serta bahasa Arab.
  • Hill azh-Zhill (Menguraikan perkataan “Zhill”), kitab yang membahas kebatilan ajaran Wujudiyyah dan berbahasa Melayu.
  • Mâ’al-Hayât li Ahl al-Mamat (Air Kehidupan Bagi Orang-orang yamg Mati), kitab yang membahas kebatilan ajaran Wujudiyyah dalam hal kesatuan alam dan manusia dengan Tuhan, keqadiman jiwa dan perbedaan syariat dengan hakikat serta berbahasa Melayu.
  • Fath al-Mubîn ‘ala al-mulhidin.
  • Hidayat al-Habib fi al Targhib wa al-Tarhib, kitab yang berisi 831 Hadits dan ditulis dalam bahasa Melayu serta Arab.
  • Kaifiyat al-Salat (Cara melakukan sembahyang).
  • ash-Shirath al-Mustaqim, kitab yang membahas ibadah dan berbahasa Melayu.
  • Durrah al-Faraidh fi Syarh al-‘Aqaid (Permata berharga tentang uraian akidah).
  • Syifa’al-Qulub an at-Tasawwuf (obat hati), kitab yang membahas pengertian kalimah syahadat dan cara-cara berzikir kepada Allah.
  • Akhbaru al-Akhirat fi Ahwali alQiyamah (Berita akhir tentang hal ihwal kiamat), kitab yang membahas Nur Muhammad, kejadian Nabi Adam, peristiwa kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
  • Bad’u Khalqi al-Samawat wa alArdh (Permulaan penciptaan langit dan bumi).
  • Hidayatu al-Iman bi Fadhli alMannan (Bimbingan iman dengan kurnia Tuhan), kitab yang membahas pengertian agama yang terdiri dari; Iman, Islam, Ma’rifat dan tauhid.
  • Jawahir al-‘Ulum Fi Kasyf al-Ma‘lum.
  • Hujjah al-Siddiq li Daf‘ al-Zindiq
  • ‘Aqaid al-Shufiyyah alMuwahhidin (Akidah Ahli Sufi yang mengesakan Tuhan), kitab berbahasa Arab dan membahas akidah dan pengalaman keruhanian orangorang sufi dalam berzikir dengan la ilaaha illa Allah.
  • Tibyan fi Ma’rifati al-Adyan (Penjelasan dalam mengetahui agama-agama), kitab yan membahas perdebatan diantara penganut wujudiyyah.
  • Jawahiru al-‘Ulum fi Kasyfi alMa’lum (Permata Ilmu dalam menyingkap sasarannya), kitab yang membahas filsafat mistik Nuruddin yang lengkap dan mendalam.
  • Aina al-‘Alam qablan Yukhlaq.
  • Hujjatu al-Shiddiq li daf’I alZindiq (Dalil orang benar untuk menolak iktikad orang Zindik), kitab yang membahas akidah dan mazhab-mazhab mutakallimin, ahli sufi, ahli filsafat dan kaum wujudiyyah.
  • Al-Fathu al-Mubin ‘ala alMulhidin (Kemenangan nyata atas orang-orang Ateis).
  • Al-Lama’an fi Takfir man Qala bi Khalqi al-Qur’an (Cahaya terang pada mengkafirkan orang yang berkata Qur’an itu Makhluk), kitab berbahasa Arab dan membahas sanggahan terhadap ajaran Hamzah Fansuri bahwa al-Qur’an itu makhluk.
  • Shawarimu al-Shiddiq li Qath’I al-Zindiq (Pedang orang salih untuk memotong kaum Zindik), kitab yang berisi bantahan terhadap ajaran Wujudiyyah.
  • Rahiqu al-Muhammadiyyah fi Thariqi al-Shufiyyah (Minuman umat Muhammad pada jalan orang-orang sufi), kitab yang membahas tasawuf yang belum selesai dan kitab terakhir yang ditulis Ar-Raniry sebelum meninggal dunia.
  • ‘Alaqtu Allah bi al- ‘Alam(Hubungan Allah dengan Alam), kitab terjemahan bahasa Arab dan membahas hubungan Allah dengan alam dalam pandangan ahli sufi.
  • Bustanu as-Salathin fi Zikri alAwwalin wa al-Khiriin (Taman para sultan tentang riwayat orangorang dahulu dan kemudian).
Pengaruh Nuruddin Ar-Raniry terhadap ulama-sufi lainnya

Nuruddin Ar-Raniry sangat terkenal karena polemiknya terhadap para murid Syamsudin as-Sumatrani dan Hamzah Fansuri. Ar-Raniry menentang paham wujudiyyah karena menganggap ajaran wujudiyyah berasal dari ajaran panteisme Ibnu Arabi. Adapun masalah yang terkandung dalam filsafat Hamzah Fansuri sebagai berikut :

  1. Dalam ajaran wujudiyyah Hamzah mengajarkan bahwasanya Tuhan berada dalam kandungan hakikat empiris alam ini. Ar-Raniry menentang pendapat ini dikarenakan Tuhan adalah Transenden yang tidak mungkin bermukim dalam diri makhluk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tuhan bukan makhluk dan menyamakan Tuhan dengan makhluk atau alam adalah sesat.
  2. Hamzah mengatakan bahwa nyawa bukanlah makhluk. Ar-Raniry menentang pendapat Hamzah yang mengatakan bahwasanya nyawa bukanlah makhluk. Menurut Ar-Raniry nyawa merupakan makhluk yang baharu dikarenakan dijadikan Allah dengan ciptaan kun.
  3. Hamzah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Ar-Raniry menyatakan bahwa orang yang menganggap Al-Qur’an makhluk merupakan orang kufur. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw : “Man qala inna Alquran makhlukun fahuwa kafir”.
  4. Hamzah menatakan bahwa nyawa berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Ar-Raniry berpendapat bahwa manusia itu milik Allah dan juga segala amalnya akan kembali kepada-Nya. Sehingga tidak mungkin apabila manusia yang tidak ada akan bersatu dengan Tuhan yang Maha Ada. []
Baca Juga:  Melacak Jejak Syaikh Rabbâh Hasûnah: Ulama Besar Al-Azhar Asal Palestina, Kawan Dekat Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang Wafat di Surabaya (Jawa Timur)

Referensi :

  • Karakteristik Pemikiran Islam Nuruddin Ar-Raniry, Jurnal Syi’ar Vol. 18 No. 1 2018 : Musyaffa.
  • Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Jurnal Substantia Vol. 17 No. 2 2015 : Abdul Majid.
Siti Aisyah
Siswi MAN 1 Kudus

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Ulama