10 Tokoh Besar Linguistik Arab

10 tokoh linguistik Arab (Ilmu Kebahasa-Araban) yang sering dijadikan rujukan dalam kajian dalam Ilmu Linguistik Arab adalah sebagai berikut:

1. Imam Abu al-Aswad ad-Du’ali

Imam Abu Aswad berasal dari Tihamah Hijaz (16-69 H/603-688 M), merupakan Tabi’in yang terkenal sebagai ahli-ahli ilmu keislaman. Beliau merupakan orang pertama yang mencetuskan Ilmu Nahwu, sekaligus pencipta titik-titik sebagai tanda baca yang mempermudah orang Ajam/Non Arab membaca Al Qur’an, atas perintah dari Khalifah Ali bin Abi Thali RA. Julukannya: ملك النحو (Rajanya Nahwu). Beliau pernah setoran Al Qur’an kepada Sayyidina Utsman bin Affan dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan dari kedua Sahabat besar ini beliau banyak mengambil ilmu dan faidah, khususnya di dalam meletakkan dasar-dasar Ilmu Nahwu. Semua ulama sepakat bahwa Abu al-Aswad ad-Du’ali merupakan penemu Ilmu Nahwu, hanya saja banyak riwayat tentang bagaimana kronologinya. Satu riwayat mengatakan, bahwa Abu Aswad menyusun Ilmu Nahwu atas perintah dari Sayyidina Ali, lantaran banyak kaum Ajam yang keliru dalam menggunakan bahasa Arab. Kemudian saat Imam Abu Aswad menyodorkan karyanya, Sayyidina Ali berkata:

ما أحسن هذا النحو الذي نحوت

Betapa indah contoh-contoh yang kamu buat ini“. Dari sini, kemudian ilmu ini dinamakan Ilmu Nahwu.

2. Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi

Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi beraasal dari Bashrah Iraq (100-173 H/718-789 M), bergelar: عبقري اللغة (Si Jenius Bahasa), merupakan penemu Ilmu Arudh, Gurunya Imam Sibawaih. Penemu kamus bahasa Arab pertama dan tertua, bernama Al-‘Ain, kamus yang disusun urutan lafadznya berdasarkan Makhraj Huruf. Beliau merupakan tokoh besar bahasa Arab di zamannya, namun tetap Zuhud dan Wira’i, serta memiliki akhlak yang luar biasa. Komentar Sufyan bin Uyainah:

من أحب أن ينظر إلى رجلٍ خلق من الذهب والمسك فلينظر إلى الخليل بن أحمد

Barang siapa ingin melihat seorang lelaki yang tercipta dari emas dan minyak misik, maka hendaknya ia melihat Imam Khalil bin Ahmad.”

3. Imam al-Jahidz

Imam al-Jahidz (159-255 H/775-868 M) seorang pakar Bahasa Arab, Penyair, Pakar Ilmu Fauna, Sejarahwan besar era Abbasiyyah yang berasal dari Bashrah Iraq. Merupakan penemu Ilmu an-Naqd al-Adabiy (Kritik Sastra Arab). Nama aslinya adalah Imam Abu Utsman ‘Amr bin Bahr al-Laitsiy al-Kinani al-Bashriy. Jahidz adalah nama julukan, karena kedua mata beliau menonjol, sehingga orang-orang menyebutnya الجاحظ. Karya beliau al-Bayan wat-Tabyin merupakan kitab pokok dalam kajian Ilmu Sastra Arab, sebagaimana komentar Ibnu Khaldun:

Baca Juga:  Tokoh Sufisme Syekh Yusuf Al-Makasari

وسمعنا من شيوخنا في مجالس التعليم أن أصول هذا الفن وأركانه أربعة كتب هي : أدب الكاتب لابن قتيبة، كتاب الكامل للمبرد، كتاب البيان والتبيين للجاحظ، وكتاب الأمالي لأبي علي القالي، وما سوى هذه الأربعة فتبع لها وفروع منها

Kami mendengar dari Guru-guru kami di Majelis-majelis Ilmu, bahwa kitab pokok Fan Ilmu Adab/Sastra Arab dan Rukunnya adalah 4 Kitab: 1. Adabul Katib karya Ibnu Qutaibah, 2. Al Kamil karya Al Mubarrid, 3. Al Bayan wat Tabyin karya Al Jahidz, 4. Al Amali karya Abu Ali Al Qali. Selain empat kitab ini, semuanya merupakan kitab-kitab yang mengikuti dan menjadi cabang dari kitab-kitab tersebut.

4. Imam Al Ashma’iy

Imam Al Ashma’iy (123-216 H/741-831 M) merupakan seorang Imam dalam Ilmu Bahasa Arab dan Kesusasteraan Arab, ilmuwan bidang zoologi, botani dan kehewanan, yang berasal dari Bashrah Iraq. Diantara guru-guru beliau adalah: Imam Abu ‘Amr al-Bashriy, Imam Hamzah dan Imam Ali al-Kisaiy, para pakar Ilmu Bahasa Arab sekaligus juga pakar Ilmu al Qur’an dan Imam Qiraat tujuh. Diantara murid-muridnya yang menjadi ulama besar: Imam al-Jahidz, Abu Hatim as-Sisjistaniy, Abu al-Fadhl ar-Royasyi. Beliau merupakan أشهر رواة الشعر العربي, perawi syi’ir Arab yang paling terkenal. Diantara karyanya yang terkenal di dalam sastra Arab adalah: al-Ashma’iyyat. Beliau juga menulis karya-karya di bidang keilmuan lain, seperti: Kitab Ibil, Kitab Khail, Kitab al-Wuhusy an al-Hayawanat al-Bariyyah, Kitab al-Fariq ‘an al-Hayawanat an-Nadirah, Kitab Khalqul Insan dan lain-lain. Kitab yang terakhir, yakni Khalqul Insan, membahas tentang anatomi manusia, dan hal ini membuktikan atas pengetahuan Imam al-Ashma’iy yang mendalam dan luas mengenai bidang tersebut.

5. Imam Sibawaih

Imam Abu Bisyr Amr bin Utsman bin Qanbar Al-Bishri atau yang lebih terkenal dengan nama Sibawaih (148-180 H/765-796 M), merupakan Imam-nya Ilmu Nahwu (إمام النحاة) yang berasal dari Syiraz Iran. Sibawaih merupakan kata bahasa Persia “سيبويه” yang artinya adalah aroma buah apel (رائحة التفاح), dinamakan Sibawaih karena pipi beliau kemerah-merahan seperti warna apel, dan karena beliau sering mencium aroma apel. Karyanya yang bernama al-Kitab merupakan kitab induk di dalam Ilmu Nahwu. Beliau merupakan murid Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, yang pendapat-pendapatnya sering dijadikan rujukan di dalam kitab-kitab disiplin Ilmu Nahwu. Imam Ibnu Katsir berkomentar tentang Sibawaih:

Baca Juga:  In Memoriam KH. Imam Sya'roni: Sosok Inklusif-Egaliter

وقد صنف في النحو كتابا لا يلحق شأوه وشرحه أئمة النحاة بعده فانغمروا في لجج بحره، واستخرجوا من درره، ولم يبلغوا إلى قعره

“Imam Sibawaih telah menulis kitab di dalam Nahwu (al-Kitab) yang tiada tanding tiada banding, yang dikemudian hari disyarah-jelaskan oleh para Imam-imam Nahwu, mereka menyelam dalam kedalaman lautan kitabnya dan menemukan mutiara-mutiaranya, tetapi masih tetap belum sampai pada dasarnya.”

6. Imam Ibnu Jinni

Imam Abu al-Fath Utsman Ibnu Jinni, (322-392 H/941-1002 M) merupakan tokoh besar linguis Arab yang berasal dari Mosul Irak. Beliau merupakan orang pertama yang mensyarah-jelaskan Diwan al-Mutanabbi, sekumpulan syiir Arab yang sangat indah dan menggunakan cita rasa bahasa yang sangat tinggi. Kitab-kitabnya merupakan referensi pokok di dalam Ilmu Linguistik Arab (علم اللغة العربية), antara lain adalah: al-Khashaish, al-Luma’ fil Arabiyyah dst. al-Mutanabbi, Sya’irul Arab ini pernah memuji Ibnu Jinniy, tentang tingginya ilmu dan kedalaman pemahamannya tentang kesusastraan Arab, lebih-lebih pemahaman Ibnu Jinni atas Diwan Mutanabbi. Jika ada orang yang bertanya tentang maksud syair di dalam Diwan Mutanabbi, Mutanabbi sering berkata:

اسألوا ابن جني فإنه اعلم بشعري مني

Tanyalah Ibnu Jinni, karena sesungguhnya ia lebih tahu tentang syairku daripada aku.”

7. Imam al-Mubarrid

Imam Muhammad bin Yazid Al Mubarrid (210-285 H/826-899 M) merupakan Imam di dalam Ilmu-ilmu Bahasa Arab dan Sastra Arab di era Abbasiyyah yang berasal dari Bashrah Irak. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah al-Kamil fil Lughah Wal Adab, sebuah referensi babon di dalam Ilmu Adab atau Sastra Arab. Sebutan “al-Mubarrid” (yang menyejukkan, mendinginkan) diberikan oleh gurunya, al-Mazini (w. 247 H), penulis Kitab al-Tashrif, karena kemampuannya memberikan jawaban yang cerdas dengan argumentasi mendasar, kokoh dan detil ketika ditanya gurunya mengenai “الـ“. Namun, oleh kalangan pengikut aliran Kufah, sebutan itu “diplesetkan” menjadi “al-Mubarrad” (yang dibekukan), sebagai ejekan terhadapnya. Ia termasuk salah seorang tokoh generasi atau angkatan ketujuh (ada yang berpendapat kedelapan) aliran Bashrah, seangkatan dengan Ab¬ al-‘Ala’ al-Bahili (w. 257 H.). Al Mazini menganggapnya sebagai orang yang paling tahu tentang Nahwu setelah Imam Sibawaih:

أعلم الناس بالنحو بعد سيبويه

8. Imam Zamakhsyari

Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi az-Zamakhsyari (467-538 H/1074-1143 M) merupakan Imam Kabir di dalam Ilmu Tafsir Al Qur’an, Hadits, Nahwu, Bahasa Arab, Balaghah dan ilmu-ilmu lain. Imam Zamakhsyari berasal dari desa Zamakhsyar Khuwarizmi Iran (sekarang: Uzbekistan). Beliau memiliki julukan Jarullah yang berarti: tetangganya Allah, karena ia pernah pergi ke Mekkah dan tinggal di sana selama beberapa waktu. Beliau menjadikan salah satu sudut di Masjidil Haram sebagai tempat untuk menyepi, berkontemplasi dan menulis karya-karyanya. Karyanya Al-Kasysyaf merupakan kitab tafsir fenomenal yang mengupas sisi-sisi bahasa/linguistik dari al Qur’an.

Baca Juga:  Mistisisme dalam Dunia Islam II: Pandangan Yazdi dan Tokoh Populer Barat
9. Imam Ibnu Malik

Imam Muhammad bin Abdullah bin Malik ath-Tha’iy (600-672 H/1203-1274 M) merupakan seorang pakar bahasa Arab dan juga pakar Ilmu Al Qur’an dan Qiraat yang berasal dari Andalusia Spanyol, yang kemudian berhijrah dan menetap di Damaskus Syria. Karyanya yang sangat fenomenal dan terkenal adalah Alfiyah Ibnu Malik, susunan nadzam yang membahas tentang Ilmu Nahwu dan Sharaf. Di dalam kitab Qimatuz Zaman inda Ulama karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah, diceritakan bahwa Syekh Ibnu Malik sangat menghargai waktu. Semua waktunya sarat akan ilmu:

وكان كثير المطالع، سريع المراجعة، لا يكتب شيئاً من حفظه حتى يراجعه في محله، وهذه حالة المشايخ الثقات والعلماء الأثبات، ولا يُرى إلا وهو يصلي أو يتلو أو يصنّف أو يُقرئ

Ibnu Malik merupakan orang yang banyak muthala’ahnya, cepat sekali dalam memuraja’ah ilmunya, tidak menulis sesuatu yang dihafal sebelum memuraja’ahnya berulangkali terlebih dulu di tempat itu, dan beginilah sifat para ulama yang terpercaya, kokoh ilmu dan pribadinya“. Syekh Ibnu Malik tidak terlihat kecuali ia shalat, membaca al Qur’an, menulis karya atau mengajar al Qur’an.

10. Imam Abdul Qahir al Jurjani

Imam Abdul Qahir al Jurjani (400-471 H/1009-1078 M) merupakan seorang Ahli Bahasa, Ahli Syi’ir, Ahli Ulumul Qur’an, Ahli Kalam dan bisa juga disebut sebagai Bapak Ilmu Balaghah yang sebenarnya, yang berasal dari Gorgan Golestan Iran dan wafat di Baghdad. Dua karya beliau Dalailul I’jaz dan Asrar al Balaghah merupakan kitab babon yang menjadi referensi inti dalam kajian Ilmu Balaghah. Tidak hanya berkarya di dalam Ilmu Balaghah, beliau juga menulis Diwan Syi’ir, menulis beberapa kitab Nahwu Sharaf seperti Kitab al-Idhah fin Nahwi, Al-Jumal dst, beberapa kitab di dalam kajian Ulumul Qur’an seperti: I’jazul Qur’an dan lain-lain. []

Sahal Japara
Penulis adalah Pemerhati Ilmu Qiraat, Abdi Ndalem Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an 1 Pati

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama