Rasulullah SAW diutus oleh Allah sebagai pembawa risalah kebenaran yang bernama agam Islam. Islam pertama kali turun di negeri Jazirah Arab yang dikenal sebagai daerah gersang, padang pasir, pergantian musim kering dan dingin serta tak dipungkiri mengubah watak keras dan kejam antar sesama oleh masyarakat Jahiliah.
Dengan datangnya Islam, dibalikkanlah sistem berpikir masyarakat Jahiliyah menjadi pribadi yang uswatun hasanah. Menjadi pribadi yang awalnya pemukul menjadi perangkul, seorang yang keras menjadi pecinta. Walau diawali dengan sikap pro kontra oleh segenap masyarakat Arab, namun berkat kesabaran Rasulullah SAW memberikan teladan bagaimana caranya membangun masyarakat bertauhid dan meraih keridhaan Allah SWT.
Dampak dari peradaban Rasulullah juga dirasakan oleh negeri kita Indonesia. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, 14 abad kemudian tepat di tanggal 17 Agustus 1945, Jumat legi, 9 Ramadan 1364 H, Indonesia menyatakan kemerdekaan. Terbebas dari penjajahan barat Nasrani Katolik dan Protestan serta penjajah timur Shinto Jepang.
Berkat perjuangan Ulama dan santri yang telah mengenalkan identitas Islam kepada Indonesia, salah satunya adalah Sang Saka Merah Putih. Sejak abad ke-7 Masehi atau abad ke 1-H, para ulama Nusantara mengajarkan agama Islam yang toleran serta damai kepada masyarakat. Sikap ulama yang lembut serta tidak hanya mengajarkan melalui perkataan tetapi tindak tanduknya juga memiliki kandungan ilmu yang dimilikinya, membuat masyarakat mudah membudayakan agama Islam di tengah kehidupan mereka.
Penyebaran Islam dengan pendekatan budaya membuat Penjajah kolonial Belanda sulit untuk menghentikannya. Karena budaya sudah mengakar di hati masyarakat Indonesia. Dalam buku Api Sejarah Jilid 1 karya Prof. Ahmad Manusr Suryanegara, Sang Saka Merah Putih dibudayakan melalui beberapa sarana
Pertama, pada setiap awal pembicaraan atau pengantar buku dituliskan istilah Sekapur Sirih dan Seulas Pinang. Bukankah kapur dengan sirih akan melahirkan warna merah dan apabila pinang dibelah didalamnya akan terlihat warna putih?
Kedua, budaya menyambut kelahiran dan pemberian nama bayi, serta perayaan Tahun Baru Islam dirayakan dengan menyajikan bubur merah putih.
Ketiga, pada saat membangun rumah, di suhunan atas dikibarkan Sang Merah Putih. Setiap hari Jumat, mimbar Jumat di Masjid Agung atau Masjid Raya dihiasi dengan Bendera Merah Putih.
Tidak hanya itu, pelambangan bendera merah putih juga sejalan dengan firman Allah dalam Alquran. Bukankah jasmani manusia diciptakan oleh Allah dari darah – Khalaqal insana min alaq (QS. 96:2)? Darah ibu dikonsumsi oleh bayi dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari dan warna darah yang dikonsumsi bayi adalah merah. Sesudah dilahirkan, bayi masih membutuhkan air susu ibu untuk kehidupan selama 20 bulan 20 hari, air susu ibu berwarna putih.
Bendera Rasulullah SAW berwarna merah putih seperti yang dijelaskan oleh Imam Muslim dalam kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340, dari Hamisy Qasthalani.
Rasulullah SAW bersabda:
Innallaha zawaliyal ardha – Allah menunjukkan kepadaku (Rasul) dunia.
Masyaariqaha wa maghariba ha – Allah menunjukkan pula timur dan barat
Wa a’thanil kanzaini – Allah menganugerahkan dua perbendaraan kepadaku: Al-Ahmar wal Abjadh – Merah Putih
Menurut Ismail Al-Buruswi, warna merah digunakan untuk memanggil nama-nama istri para Nabi. Nabi Adam as. memanggil istrinya Siti Hawa ra yang artinya hautun atau merah. Rasulullah SAW memanggil Sayyidatina Aisyah rah. dengan sebutan humairah yang artinya kemerah-merahan.
Rasulullah SAW sangat menyukai busana indah yang berwarna merah. Diceritakan oleh Syekh Manshur Ali Nashif dalam Mahkota Pokok-Pokok Hadist Rasulullah SAW bahwa seperti yang disampaikan oleh Al Barra:
Pada suatu hari Nabi SAW duduk bersila dan aku melihatnya beliau memakai hullah (busana rangkap dua) yang berwarna merah. Aku belum pernah melihat pakaian seindah itu. (HR. Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Busana warna putih dikenakan oleh Rasulullah SAW, demikian pula sarung pedang beliau SAW dan Ali bin Abi Thalib berwarna merah dan sarung pedang Khalid bin Walid berwarna merah putih.
Perlu diketahui bersama, bahwa setelah Kerajaan Arab Saudi menggunakan bendera warna hijau pada tahun 1924 M, membuat warna hijau tersebar menjadi warna pembaharu Islam. Hal ini menjadi tergesernya warna merah putih sebagai bendera Rasulullah menjadi warna hijau bendera kerajaan Arab Saudi. Sampai saat ini pun, kubah makam Rasulullah berwarna hijau.
Pengaruhnya berdampak kepada warna merah putih yang tidak lagi dianggap bukan warna Islam. Di Indonesia pun ikut-ikutan menggunakan warna hijau seperti kubah makam Rasulullah SAW. walaupun Masjid Rasulullah SAW berwarna merah bata dan masjid di Spanyol, disebut Al-Hambra atau Al-Ahmar yang artinya merah. Sehingga berdampak pada hijaunisasi Indonesia sampai kepada warna karpet masjid dan organisasi.
Parahnya lagi, terjadi pada penulisan sejarah yang menyatakan bahwa Sang Saka Merah Putih tidak dihubungkan dengan warna bendera Rasulullah, Merah Putih. Prof. Ahmad Mansur Suryanegara menyatakan bahwa hal ini karena gerakan pembaharuan Islam di Timur Tengah dan Wahabisme di Arabia beralih ke warna hijau. Dalam penulisan sejarah tidak lagi dituliskan warna merah putih yang lebih dulu dikenalkan oleh Ulama kita bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Nusantara Indonesia pada 7 M atau abad ke 1 H.
Dari pernyataan tersebut, lahirnya bahasa Indonesia, bendera Sang Saka Merah Putih tidak terlepas dari peranan Ulama Nusantara. Terbaca dengan begitu jelas bagaimana perjuangan Ulama dan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan telah melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di dalamnya bersemi identitas Islam murni dari Rasulullah SAW yaitu Sang Saka Merah Putih. [HW]