Tulisan kali ini sejatinya adalah melanjutkan ngaji virtual yang ditulis tempo hari. Karena ngaji virtual yang sedang viral di era digital yang global ini, perlu memiliki senjata utama yang vital. Lebih-lebih kalau kita pakai audio video visual, lebih memekakkan telinga dan mata yang pada akhirnya mengarah pada rasa dan hati.

Kalau pernah mendengar istilah “cinta dari mata turun ke hati”, maka di era digital yang global ini dengan dukungan teknologi informasi yang begitu pesat, maka yang terutama dalam dakwah adalah audio yang kuat dan jelas, karena ini merupakan salah satu awal dari keberhasilan ngaji virtual. Audio berkaitan dengan suara yang bisa didengarkan sampai telinga atau pendengaran, sehingga harus jelas peka dan mengena.

Akan sangat rugi dan “muspro – eman-eman” jika dalam berdakwah atau ngaji mengabaikan audio yang ada. Ngaji virtual yang akhir-akhir ini menjadi primadona bagi penikmat media sosial, saat wabah pandemi yang sedang terjadi. Tak menyurutkan semangat kuat untuk terus menyampaikan pesan-pesan Nabi SAW, yang dibacakan para Ulama’ Habaib, Kiai, Ustaz dan guru-guru dalam kitab-kitab karya ulama’ salaf. Akan mengena jika audio visual diperjelas, karena ini senjata yang utama. Suara jelas maka akan bisa dinikmati oleh telinga walau hanya diperdengarkan melalui streaming di android atau handphone.

Audio yang jelas, kuat mengena sampai telinga, maka perlu dukungan visual yang nyata berupa video gambar. Karena ini akan menjadi daya dukung berikutnya di era kemudahan digital. Jika dulu ketika kita ingin mengambil gambar maka diperlukan alat shooting berupa kamera. Untuk era saat ini dengan dukungan teknologi informasi yang semakin canggih, untuk mengambil gambar cukup dengan handphone yang memiliki fitur yang menunjang. Sehingga merebaknya ngaji virtual karena mudahnya untuk melakukan itu, serta menjadi lebih praktis dan dinamis. Maka ngaji virtual perlu dukungan audio video visual yang untuk penguat dan penunjang sampai ke spiritual.

Baca Juga:  Santri Jadi Youtuber, Why Not?

Ngaji itu mengatur jiwa, zikir penentram hati. Dakwah itu menyampaikan pesan dan mengajak kebaikan (amar makruf). Audio video visual penunjang atau media untuk mensukseskan hal tersebut diatas, lebih-lebih menjadi senjata utama di era digital karena saat ini adalah zaman milenial yang didukung dengan teknologi modern yang fenomenal.

“Cinta dari mata turun ke hati” memberikan edukasi bahwa kelas mahabbah itu berawal dari visual yang menarik, unik dan energik dengan dukungan audio suara yang jelas dan kuat karena untuk sampai ke hati adalah rasa yang nikmat untuk menempatkan Tuhan dan Utusan-Nya, Allah dan Rasulullah dalam jiwa dan raga yang teraplikasikan melalui akhlak-akhlak yang mulia.

Ayo Ngaji lagi… Kapan lagi, untuk bisa di ridhoi. [HW]

Muhammad Miqdad Syaroni
Sekretaris II PC Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari NU) Kabupaten Jepara 2015-2020.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini