Mengapa Kedudukan ibu Lebih Mulia dari pada ayah?
Semua Aspek kehidupan kita terdapat dalam ajaran islam, bagaimana kita hidup dengan baik dan benar, bagaimana kita memiliki hubungan baik dengan sesama manusia, bagaimana cara kita mencari amalan-amalan yang bisa dijadikan bekal di dunia dan akhirat serta Bagaimana kita menentukan pilihan benar dan salah atau bisa jadi pilihan surga dan neraka yang tentunya kita sebagai manusia akan memilih surga. Untuk mendapatkan surga pun memiliki banyak pintu. Tergantung kita akan memilih pintu mana yang akan kita pilih selama di dunia. Salah satu pintu surga yang paling baik adalah orang tua. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya” (HR. Tirmidzi).
Orang tua adalah ibu dan ayah, orang yang menjadikan kita ada di dunia. Orang tua sangat berperan terhadap segala sesuatu yang akan dilakukan seorang anak. Namun kedudukan seorang ibu lebih mulia daripada ayah. Padahal jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari, ibu dan ayah sudah memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama besar. Meski memiliki tanggung jawab dan tugas sama besar, kedudukan ibu paling mulia. Ibu memiliki kedudukan yang mulia karena ibu mengalami paling banyak kesusahan, yaitu ketika mengandung, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena itu, ibu berhak mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.
Seorang sahabat bertanya kepada Nabi, “wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya aku harus berbakti pertama kali?”. Nabi memberikan jawaban dengan ucapan “ibumu” sebanyak tiga kali, dan kemudian yang ke empat adalah “ayahmu”. Berbakti kepada ibu merupakan ibadah yang sangat mulia. Dalam sebuah hadis dikisahkan, Ibnu Umar pernah melihat seorang laki-laki yang menggendong ibunya di pundak selama menjalani ibadah haji. Laki-laki itu kemudian bertanya kepada Ibnu Umar apakah perbuatannya sudah dapat membalas kebaikan ibunya. Kemudian Ibnu Umar menjawab bahwa perbuatan laki-laki tersebut belum bisa membalas semua kebaikan ibunya.
Lalu, apakah kita berbeda dalam berbakti kepada ayah?
Ayah ialah seseorang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan dalam rumah tangga. Seorang ayah dianggap sebagai pahlawan yang dapat melindungi keluarganya dan menjadi panutan yang dapat memberikan ajaran-ajaran yang baik dan benar untuk keluarganya. Seorang ayah rela mempertaruhkan nyawanya untuk istri dan anak-anaknya. Ayah rela banting tulang untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Ayah akan rela tidak makan sebelum istri dan anaknya makan terlebih dahulu dan tercukupi semua kebutuhannya. Ayah memang tidak memiliki tiga kemuliaan seperti ibu, akan tetapi seorang ayah juga berhak mendapatkan kemuliaan seperti ibu.
Mengapa? karena seorang ayah memiliki tanggung jawab dunia akhirat terhadap istri dan anaknya. Jika teladan seorang ayah baik untuk istri dan anaknya, maka istri dan anak tersebut bisa menjadi jalan baginya menuju surga. Seorang ayah tak pernah mengeluh dan selalu menjadi salah satu pondasi terkuat dalam keluarga. Senyumnya bukti semangatnya. Keringatnya merupakan bukti perjuangan dan kerja kerasnya. Peran ayah diabadikan oleh Allah dalam Alquran surah Al-Luqman. Di surat tersebut digambarkan seorang ayah yang saleh dalam Alquran yang menjadi pijakan atau ukuran bagaimana seorang ayah seharusnya mengajarkan pada anaknya. Wa-idz qaala luqmaanu liibnihi wahuwa ya’izhuhu ya bunayya la tusyrik billahi innasysyirka lazhulmun ‘azhimun yang Artinya “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Q.S Luqman:13)
Seorang ayah tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Terutama anak perempuannya. Karena sampai kapanpun seorang anak perempuan akan selalu menjadi putri kecil kesayangannya. Ia tak akan pernah membiarkan siapa pun melukai hati putrinya. Sehingga menjadikan ayah sebagai satu-satunya lelaki yang tak pernah menyakiti hati anak perempuannya. Tak heran, jika ia dijadikan acuan putrinya dalam membangun kehidupan. Tidak hanya itu, seorang ayah juga mempunyai tanggung jawab yang besar di dalam keluarga. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadis, yang artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”.
Oleh sebab itu, sikap kita dalam berbakti kepada ayah dan ibu hendaknya sama tanpa membedakan kedudukan yang lebih mulia. Sesungguhnya kedudukan ayah dan ibu sama, sama-sama pintu yang dapat menjadi jalan kita ke surga. Hendaknya kita juga selalu mendoakan yang terbaik bagi kedua orang tua kita, kita turuti segala perintah yang memang dirasa baik untuk kita, dan kita hendaknya berjuang untuk sedikit demi sedikit membalas jasa orang tua kita yang telah selama ini membesarkan kita. Jangan sampai terucap dilisan kedua orang tua kita kata-kata yang buruk tentang kita, karena dalam ucapan orang tua kita mengandung doa yang amat di ridai oleh Allah SWT. Demikianlah kedudukan mulia yang islam berikan kepada ayah dan ibu. [HW]
[…] Baca Juga: Menjaga Empat Bakti sebagai Pintu Surga […]