Berita

Orientasi Pendidikan Masa Depan

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu.” (Ali bin Abi Thalib).

Hidup ini terus bergulir dari waktu ke waktu, dari era ke era. Yang jelas mutlak bahwa kita menuju ke masa depan. Kita menuju ke cita-cita hidup yang lebih maju. Pendidikan tidak bisa dihindari dapat memainkan peran utama dalam mensuppot pembangunan nasional dan memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ketika hubungan antara pendididikan dan pembangunan berkelanjutan itu bersifat kompleks, maka pendidikan menjadi pemain kunci kemampuan nasional untuk mengembangkan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Jackues Delors (2010) berpendapat “Adalah penting bahwa semua orang dengan rasa tanggung jawabnya memberikan perhatian terhadap tujuan dan alat pendidikan, untuk mengembangkan cara-cara yang memungkinkan kebijakan pendidikan dapat membantu menciptakan dunia baru yang lebih baik, dengan berkontribusi untuk pembangunan manusia secara berkelanjutan, saling pengertian diantara orang-orang dan pembaharuan praktek demokrasi.

Selanjutnya bahwa tujuan pendidikan itu perlu menyeimbangkan dan mengintegrasikan beberapa ketegangan. Pertama, Ketegangan antara global dan lokal. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda menjadi warga negara yang juga bisa berperan aktif, baik dalam kehidupan di negara dan masyarakatnya sendiri. Kedua, Ketegangan antara universal dan individual. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda belajar menyeimbangkan janji globalisasi dan resiko-resikonya sebagaimana memilih masa depannya sendiri dan mencapai perkembangan potensinya secara penuh di lingkungan budayanya sendiri.

Ketiga, Ketegangan antara tradisi dan modernitàs. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda menghargai sejarah dan tradisi kultural, menyeimbangkan ini semua dengan ketajaman etik dan keterampilan kooperatif untuk menghargai dimana perubahan dan inovasi itu perlu dan berharga. Keempat, Ketegangan antara pertimbangan antara jangka panjang dan jangka pendek. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda belajar menyeimbangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam merealisasikan secara penuh bahwa solusi terhadap beberapa masalah memerlukan kesabaran dan pertimbangan kebutuhan generasi mendatang.

Baca Juga:  Ki Hadjar Dewantara dan Pesantren

Kelima, Ketegangan antara kompetisi dan kooperasi. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda berjuang meraih keunggulan semua yang mereka lakukan, dengan menyeimbangkan prinsip-prinsip kompetitif yang memberikan insentif; kooperasi yang memberikan kekuatan; dan soliditàs yang menyatukan.

Keenam, Keseimbangan antara spiritual dan material. Pendidikan seharusnya membantu anak-anak muda bertindak sesuai dengan tradisi budaya dan keyakinannya sebagaimana mereka memberikan respek penuh terhadap pluralisme dan kepedulian terhadap manusia lainnya.

Ketujuh, Ketegangan antara kurikulum yang ada dan bidang pengetahuan baru yang penting. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan harus menyeimbangkan isi kurikulum tradisional yang terbaik dengan bidang belajar baru yang penting, seperti pengetahuan-diri (self-knowledge), cara-cara yang menjamin keseimbangan antara fisik dan psikologis, dan cara-cara yang menjamin keseimbangan antara pemahaman lingkungan alam yang membaik dan penjagaan lingkungan alam yang lebih baik.

Dengan memperhatikan berbagai potensi ketegangan itu maka orientasi pendidikan itu utamanya adalah pencarian keseimbangan pembangunan berkelanjutan. Yang diharapkan semua itu bisa menjamin keseimbangan hidup bangsa dan warganya. Dengan hidup seimbang, dapat melahirkan keberanian untuk maju meraih tujuan yang lebih baik dan dapat mengarahkan ke hidup yang bahagia, senang, dan aman serta berkualitas. Tentu sebagai orang beragama, ukuran keseimbangan wajib dikaitkan dengan kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

Apapun alasannya, pendidikan adalah investasi masa depan. Karena itu keberhasilan baru diketahui setelah beberapa tahun berlangsungnya proses pendidikan. Dengan begitu setiap upaya pendidikan yang kita lakukan perlu ditopang dengan pemikiran masa depan, di samping mengandung substansi pendidikan yang berisi The 21st Century Competence, juga pimpinan pendidikan harus visioner. Akhirnya untuk menyelamatkan orientasi pendidikan masa depan, pimpinan birokratik dan akademik sebaiknya memiliki visi akademik yang handal.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Berita