Al-Syaikh, al-Imam, al-Sufi, al-Qudwah, al-Mursyid, adalah beberapa gelar yang disandangkan kepada Hadratusyaikh Ahmad Asrari al-Ishaqi. Ia adalah seorang mursyid thariqah qadiriyah wa an-naqsabandiyah yang lahir pada 17 Agustus 1950 di Jatipurwo, Jawa Timur dan wafat pada 18 Agustus 2009.

Al-Ishaqi merupakan salah satu tokoh ulama’ sufi yang sangat kharismatik, tutur katanya yang lembut mampu menembus relung-relung kedalaman hati para pendengarnya. Sikap inilah yang menjadikan al-Ishaqi mudah diterima oleh semua kalangan baik para cendikiawan maupun rakyat biasa. Di tengah kesibukan al-Ishaqi dalam membina para jamaah dan murid, tak membuatnya lengah dalam berkarya. Hal ini dibuktikan bahwa al-Ishaqi memiliki beberapa karya yang jarang diketahui oleh khalayak umum, di antara karya-karyanya yaitu: 

  1. Kitab Bashair al-Ikhwan fi Tadbir al-Muridin ‘an Hararat al-Fitan wa Inqadhim ‘an Shabakat al-Hirman .
    Kitab ini berisi tentang pondasi dan adab bertarekat, yang berfungsi untuk meluruskan pemahaman tarekat dan mendinginkan suasana batin para pelaku dan pecinta tarekat dalam menghadapi suasana yang panas akibat konflik perpindahan tarekat.
  2. Kitab Laylatu al-Qadar. Kitab ini mengulas tentang keutamaan malam lailatul qadar secara ringkas. Kitab ini berupa terjemahan versi bahasa Indonesia guna mempermudah para pengikutnya yang belum bisa membaca bahasa arab gundul dan pertama kali diterbitkan oleh penerbit Al-Wava Publishing pada tahun 2012.
  3. Kitab al-Muntakhabat fii Rabithah al-Qalbiyah wa-Shilat al-Ruhiyah. Kitab ini merupakan kitab terakhir yang sangat spektakuler dan populer di antara kitab-kitab karangan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi yang ada. Karena di samping luas esensi yang terkandung di dalamnya, juga bentuk fisiknya yang tebal dan besar hingga lima jilid.
  4. Kitab al-Nuqtah wa al-Baqiyah al-Salihah wa al-‘Aqibah al-Khayrah wa al-Khatimah al-Hasanah .
    Kitab ini adalah hasil kolaborasi antara Kiai Muhammad Utsman (ayahanda Kiai Asrori) dan Kiai Ahmad Asrori al-Ishaqi, dalam hal ini al-Ishaqi berperan mensyarahi (memperjelas) kitab al-Nuqthah karya Kiai Muhammad Ustman.
  5. Kitab Al-Muntakhabat fi ma Huwa al-Manaqib. Kitab ini sebenarnya merupakan nubdhah (bagian sekelumit) dari kitab al-Muntakhaabat fii RaabithaHh al-QalbiyaHh wa Shilat al-Ruuhiyah, yang sengaja dikhususkan pembukuannya secara terpisah untuk menjelaskan tentang dasar-dasar dan landasan hukum normatif (al-Qur’an dan al-Hadits) mengenai penyelenggaraan majlis manaqib sekaligus urgensitasnya. Sehingga kitab ini bisa dijadikan sebagai suatu pegangan dan referensi hukum.
  6. Kitab al-Iklil al-Istighathah wa al-Adhkar wa al-Da’awat fi al-Tahlil. Kitab ini menjelaskan tentang tuntunan ritual bacaan-bacaan dalam majlis istighathah, tahlil dan berkirim do’a.
  7. Kitab al-Anwar al-Khushushiyyah al-Khatmiyyah. Kitab ini menjelaskan tentang kewajiban Dzikir yang harus dilakukan oleh setiap murid thariqah yang telah berbai’at dalam thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Kitab ini pertama kali di terbitkan tahun 1999.
  8. Kitab al-Fayd al-Rahmani Liman Yudillu Tahta al-Saqf Al-Uthmani fi Manaqib al-Shaykh ‘Abdul Qadir Al-Jiilany. Kitab ini memuat serangkaian bacaan manaqib Shaykh ‘Abdul Qadir al-Jilany yang diawali dengan bacaan tawassul, istighathah, Yasin dan tahlil sebagaimana tercantum dalam kitab kitab al-Iklil, hanya saja dalam kitab ini tuntunan bacaan lebih lengkap dan sempurna.
  9. Kitab al-Waqi’ah Al-Fadilah wa Yasin al-Fadilah. Kitab ini berisi tentang fadilah bacaan surat waqi’ah dan yasin beserta doanya. Pertama kali diterbitkan pada tahun 2007.
  10. Kitab al-Salawat al-Husayniyyah.
    Kitab ini berupa bacaan-bacaan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. yang terselipkan di dalamnya ayat-ayat al-Qur’an.
  11. kitab al-Fathah al-Nuriyah.
    Kitab ini di dalamnya memuat sejumlah awrad (wiridan-wiridan) dan do’a keseharian, baik yang dilakukan setelah salat maktubah maupun setelah salat sunah. Kitab ini terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama berisi tentang tuntunan aurad yang baca setiap habis salat wajib atau maktubah. Jilid kedua berisi tentang tuntunan salat-salat sunah yang dilakukan di malam hari. Sedangkan jilid ketiga berisi tentang tuntunan salat-salat sunah yang dilakukan di siang hari.
  12. Kitab al-Nafahat fi ma Yata’allaq bi al-Tarawih wa al-Witr wa al-Tasbih wa al-Hajah. Kitab ini membahas tentang praktik amaliyah yang dikerjakan oleh para murid TQN Al-Utsmaniyah amalkan pada bulan suci Ramadan saja. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2006.
  13. Kitab Bahjah al-Wishah fi al-Nubhah min Mawlid Khayr al-Bariyyah. Kitab ini, memuat isi kandungan tentang maulid (kelahiran) dan tarikh (perilaku hidup) Nabi Muhammad Saw.
  14. Kitab Mir’ah al-Jinan fii al-Istighatsah wa al-Adzkar wa al-Da’awat ‘Inda Khatmi al-Qur’an Ma’a Dua’ Birri al-Walidain Bihaqqi Ummi al-Qur’an. Kitab yang khusus berisi kumpulan doa khatmil qur’an dan doa birrul walidain.
  15. Kitab al-Risalah al-Sufiyyah fi Tarjamah al-Tamrah al-Raudhah al-S}ahiyah bi al-Lughah al-Maduriyah. Kitab ini termasuk karangan berikutnya setelah kitab pertama, yang di dalamnya berisi seputar permasalahan-permasalahan fikih dengan formulasi yang disajikan dalam bentuk susunan tanya jawab. Dalam teks redaksinya kitab ini menggunakan bahasa Madura dengan aksara pegon. Demikianlah potret beberapa karya al-Ishaqi yang jarang diketahui khalayak umum, di sisi lain al-Ishaqi juga memiliki karya yang ditulis memakai bahasa Indonesia guna mempermudah para jamaah dan muridnya, seperti: Buku Pedoman Kepemimpinan Kepengurusan dalam Kegiatan dan Amaliyah al-Tariqah dan al-Khidmah, Mutiara Hikmah. Tentu, dalam hal ini al-Ishaqi patut dijadikan panutan bagi kaum santri maupun non-santri supaya tetap melestarikan jejak para ulama’ yang inovatif dan produktif. (IZ)
Dicky Adi Setiawan
Santri Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah