Hikmah

Wajah (Ramah) Islam Indonesia

Pak Muhammad Adam mengenakan hem biru muda, beliau dari Kota Baidho'. Sementara sampingnya, Bu Laila Faituri Badda juga dari Libya, seorang mahasiswi doktoral difabel peraih beasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Sahal/Pesantren.id)

Elizabeth Gilbert, penulis kondang asal Amerika, dalam acara “True and Pure Grace”, diwawancarai Oprah Winfrey dan ditanyai mengenai Islam dalam pandangan Elizabeth. Video percakapan Oprah dengan Elizabeth ini diunggah oleh Prof Nadirsyah Hosein atau Gus Nadir, Rais Syuriyah PCINU Australia, beberapa hari yang lalu. Dalam percakapan tersebut, Elizabeth bercerita bahwa wajah Islam yang ada dalam benaknya tampak dari perilaku salah seorang Muslimah yang pernah ia temui di Lombok, salah satu pulau di Indonesia, saat beberapa hari berada di sana untuk mengheningkan diri dari hiruk-pikuk aktifitasnya yang luar biasa padat.

Elizabeth sangat terkesima dengan wajah Islam Indonesia, berdasarkan pengalaman yang dialaminya saat berada di Lombok. Seorang perempuan Muslimah yang tak ia kenal selalu menebar senyum ketika bertemu dengannya. Bahkan perempuan itu sampai datang menjenguknya, lantaran lama tidak bertemu dengan Elizabeth, yang biasa berjalan-jalan Pagi di sekitar perkampungan Lombok. Waktu itu, Elizabeth dalam keadaan sakit dan sangat membutuhkan bantuan, sementara tidak ada orang yang berada di sampingnya. Sehingga kedatangan Muslimah berjilbab yang tak ia kenal itu sangat berkesan dalam hatinya. Atas pengalamannya itu, kemudian Elizabeth menyebut, bahwa sikap perempuan Muslimah itu adalah wajah Islam sesungguhnya baginya.

Pak Muhammad Adam, Magister Tafsir Al-Qur’an lulusan Universitas Umar Mukhtar Libya, teman kami satu kelas di Program Doktoral UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Konsentrasi Dirasat Islamiyyah Wal Arabiyyah, pun merasakan apa yang dirasakan oleh Bu Elizabeth Gilbert. Ia merasa sangat senang dan kagum dengan wajah Islam orang Indonesia yang ramah-ramah, murah senyum, selalu tanggap ketika ada yang membutuhkan bantuan, suka gotong royong, dan peduli terhadap sesama. Pak Adam merasa bahwa sikap keislman orang Indonesia sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah, benar-benar Rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi alam semesta.

Selain itu, Pak Muhammad juga suka dengan masyarakat Indonesia yang punya selera humor tinggi, suka bercanda dan tidak mudah marah. Bagi beliau, karakter masyarakat yang suka bercanda, saling menebar tawa, berbagi kebahagiaan kepada sesama merupakan simpul-simpul cinta dan kedamaian, yang bisa menjauhkan sebuah masyarakat dari pertengkaran, pertikaian dan peperangan. Suatu hal, yang katanya sulit ditemukan di negaranya Libya, saat ini.

Saat ini, Libya pecah menjadi dua. Pemerintahan Barat di Tripoli dikuasai Pemerintah bentukan PBB. Sementara di Timur di Benghazi dikuasai oleh Pemerintah loyalis Muammar Qadafi. Di Libya, pasca tumbang-terbunuhnya Qadafi, selain terjadi perpecahan di masyarakat Libya, juga muncul golongan Islam Salafi, yang ketika Qadafi berkuasa selalu bersembunyi di rumah-rumah mereka. Tetapi ketika Qadafi tumbang, mereka keluar dan menguasai masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan jabatan-jabatan keagamaan. Golongan salafi di Libya ini sangat ekstrim. Setiap pemikiran yang bukan Salafi dianggap keluar dari Islam. Perbedaan bukan menjadi rahmat, melainkan menjadi nuqmat, siksaan. Puncaknya, ada beberapa ulama Ahlussunnah Wal-Jamaah moderat yang dibunuh oleh kalangan Salafi Ekstrim Libya ini, karena dianggap sesat dan keluar dari Islam.

Pak Muhammad Adam terheran-heran dengan masyarakat Indonesia yang multi etnis, multi agama, multi bahasa dan multi budaya, bisa bersatu dan damai hidup bersama dalam sebuah negara. Sementara Libya, negaranya, masyarakatnya berbangsa satu yaitu bangsa Arab, bahasanya satu yaitu bahasa Arab, agamanya satu yaitu Islam, dan bahkan madzhabnya pun satu Madzhab Maliki, tetapi tidak bisa hidup damai, dan sering berselisih, bertengkar dan berperang antar saudara. Ini lah salah satu yang membuat Pak Muhammad Adam kerasan hidup di Indonesia.

Hal yang juga sangat disukai oleh Pak Muhamad Adam dari sikap keislaman orang Indonesia adalah sikap Tawadlu’ dan rendah hati. Ia sering menemukan orang-orang Islam Indonesia memiliki sifat rendah hati, yang menurutnya begitu indah, sya’b jamil jiddan. Sebagai contoh, beliau kagum dengan sikap teman-teman sekelas yang, ketika ada dosen hadir, selalu bersalaman dan mencium tangan para dosen, sebagai bentuk ihtiram dan penghormatan kepada Guru. Akhirnya, sekarang beliau ikut-ikutan bersalaman dan mencium tangan para dosen. Bukan hanya kepada para dosen. Tak jarang, kepada teman-teman pun, ia bersalaman dengan cara orang Indonesia bersalaman, membungkuk dan mencium tangan kami teman-temannya yang lebih muda darinya.

Pak Muhammad Adam sering mendoakan kami, supaya negara Indonesia, yang multi etnis, ras, agama bahasa dan budaya ini selalu diberikan kedamaian dan dijauhkan dari segala bentuk perpecahan maupun peperangan. Bagi beliau, wajah Islam Indonesia ini lah yang saat ini patut diperkenalkan di negara-negara Arab yang tengah sering dilanda konflik dan perang saudara.

Sahal Japara
Penulis adalah Pemerhati Ilmu Qiraat, Abdi Ndalem Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an 1 Pati

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] kita untuk senantiasa menjunjung dan menebarkan cinta sebagai sumber bagi ekspresi-ekspresi etika, rahman, rahim dan kemanusiaan universal kepada seluruh makhluknya tanpa kecuali. Sehingga, esensi dari […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah