Ayat-ayat al Quran selalu menarik untuk dikaji. Ayat-ayat yang menerangkan sebuah tema dalam al Quran biasanya tidak diturunkan secara bersamaan, tapi meskipun demikian, kita masih bisa menangkap dan memahami tema itu secara menyeluruh dengan cara yang beraneka macam berdasarkan khazanah keilmuan al Quran.
Di antara cara yang membantu memahami pesan dan tema dalam al Quran secara menyeluruh adalah dengan cara mengurutkan ayat-ayat tersebut secara kronologis turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari situ kita akan merasakan bahwa al Quran adalah sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan satu sama lain, karena ayat-ayatnya saling berhubungan.
Contohnya bisa kita lihat dalam kisah permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya. Jika ayat-ayat yang terkait dengan hal ini kita urutkan, maka akan tercapai pemahaman yang jelas dan terang tentang kejadian tersebut.
Pertama: Diawali dengan “janji” Ibrahim, bahwa beliau akan memohonkan ampun untuk ayahnya, ini diterangkan dalam ayat yang pertama kali turun terkait kejadian tsb, yaitu QS. Maryam: 47, sbb:
قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّا
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku
Kedua: Karena hal itu adalah “janji”, maka Nabi Ibrahim memenuhi janjinya, karena tidak boleh seorang Nabi mengingkari “janji”, permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya dipenuhinya sebagaimana ayat kedua yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. As Syuara’: 86, sbb:
وَٱغْفِرْ لِأَبِىٓ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ
“dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat.”
Ketiga: Allah menjelaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim ada suri tauladan yang baik bagi umat Islam ketika berinteraksi dengan kaum kafir, tapi, Allah menegaskan ada satu hal dari Ibrahim yang tidak boleh dicontoh yaitu perbuatan beliau memohonkan ampunan untuk ayahnya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat ketiga yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. Al Mumtahanah: 4, sbb:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”.
Keempat: Dan ketika Allah melarang umat Islam mencontoh perilaku Nabi Ibrahim memohonkan ampunan untuk ayahnya yang kafir, pasti kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Ibrahim tetap memohonkan ampunan untuk ayahnya, padahal itu adalah larangan Allah, maka Allah menjelaskan bahwa permohonan ampunan Ibrahim untuk ayahnya hanya sekedar menunaikan janji yang sudah diucapkannya (dalam QS. Maryam di atas), ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat keempat yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. At Taubah: 114, sbb:
وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥٓ أَنَّهُۥ عَدُوٌّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Sungguh, al Quran yang luar biasa.
إنّ في ذلك لعبرةً لأولي الألْبابِ