Ujian Cinta Putri Sulung Rasulullah SAW

Dalam mengarungi kehidupan dalam penghambaan kita kepada Allah, ada tiga rasa yang semestinya ada dalam hati kita. Yaitu rasa cinta, rasa harap dan takut kepada Allah SWT. Tiga rukun hati ini menjadi satu kesatuan yang utuh, saling memperindah dan tidak saling menghilangkan satu sama lain.

Dahsyatnya, Allah SWT telah menggabungkan tiga rukun hati ini dalam surah Al-Fatihah. Surah yang sering kali kita baca dalam setiap solat, pembuka keseluruhan surah dalam Al-Qur’an. Mari kita kaji tiga rukun hati yang sudah Allah abadikan dalam induk surah Al-Quran tersebut.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Dalam ayat tersebut terkandung makna cinta yang mendalam kepada Allah, SWT. Karena makna الْحَمْدُ berarti segala puji hanya untuk kepada yang berhak dipuji, yaitu Allah Tuhan Semesta Alam. Ketika diri sudah menyadari bahwa pujian hanya ditujukan kepada Allah, maka segala bentuk cinta semata-mata diniatkan karena Allah. Sang Maha Cinta kepada makhluk dan tiada abadi rasa cinta jika hati tidak terlibat hubungan baik dengan-Nya.
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ketika membaca ayat tersebut, hati kita terpesona dengan keindahan makna dalam nama Allah Yang Maha Pengasih (الرَّحْمَٰنِ) dan Maha Penyayang (الرَّحِيمِ). Hati yang percaya dengan Maha Kasih dan Sayang Allah, senantiasa akan selalu berharap kepada-Nya. Tidak pernah berputus asa mengharap kasih dan sayang Allah, maknanya tidak hanya Allah kasih permohonannya namun juga Allah sayang kepadanya. 

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Di dalam ayat tersebut terkandung rasa takut, karena telah sadar bahwa apapun yang telah kita lakukan di dunia kelak akan dimintakan pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT, Sang Penguasa Hari Pembalasan. Hingga pada akhirnya dengan kerendahan hati, kita mengucapkan kelanjutan ayatnya.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta.

Ayat tersebut adalah ikrar keikhlasan seorang hamba untuk menyembah dan meminta hanya kepada Allah SWT. Dengan segala ketulusan yang dimiliki seorang hamba akan mampu memusnahkan rasa sombong dalam dirinya.

Tiga rukun hati yang terdiri dari rasa cinta, harap dan takut akan menjadikan kita untuk selalu istiqomah dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Bukan hanya sekedar memenuhi hajat duniawai, sungguh itu sangatlah sempit dan pasti akan kita tinggalkan.

Namun hasrat untuk selalu berada dalam keridhoan Allah, meniatkan segala aktivitas dengan ibadah serta menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup kita.

Ada tiga kunci kedamaian hati yang dikutip dalam buku “Mencari Ikhlas” oleh Ustadz Sonny Abi Kim. Kunci tersebut adalah kesinambungan pada hati yang sudah memenuhi tiga rukun hati di atas. Berikut tiga kunci kedamaian hati (The Real Innes Peace):Jiwa yang yakin pada suatu hari nanti ia akan bertemu dengan Rabb-nya.

Dari sini kita akan berusaha agar memiliki tujuan hidup yang jelas, mulai dari menyadari darimana asal kita, sudah sampai mana diri kita serta mau kemanakah kita. Semakin jelas tujuan hidup kita maka akan semakin jelas pula langkah yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Berusahalah untuk bisa menjeda sebentar untuk mempertanyakan siapkah kita jika Allah memanggil kita saat ini juga. Karena sejatinya bahwa Hidup adalah dari Allah dan menuju Allah.

Jiwa yang selalu ridha dengan ketentuan Allah. Jiwa yang damai akan senantiasa ridha dengan ketetapan Allah, karena ia yakin bahwa Allah adalah yang paling mengerti apa yang terbaik untuk kita melebihi diri kita sendiri. Jiwa yang damai selalu bisa menemukan sisi positif dari setiap keadaan dan takdir Allah yang terjadi. Selalu ada hikmah bagi siapa saja yang berhusnudzon kepada Allah, sungguh Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya.

Menurut psikiater dunia yang melakukan terapi terhadap penanganan korban gangguan jiwa. Akar permasalahan dari penyakit jiwa itu hanyalah satu, yaitu tidak mau menerima kepada apa yang terjadi kepada dirinya. 

Bahkan Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata:
Ketika Allah mengabulkan doaku, aku bahagia. Tapi ketika Allah tidak mengabulkan doaku, aku lebih berbahagia. Karena yang pertama tadi adalah pilihanku dan yang kedua adalah pilihan Allah. dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik untukku.
Jiwa yang demikianlah yang akan mampu menemukan kedamaian sejati, diri yang selalu percaya dan berprasangka baik kepada Allah, Sang Maha Pengasih kepada seluruh makhluk-Nya. Jiwa yang selalu cukup dengan apa yang Allah berikan. Jiwa yang selalu puas dengan apa yang Allah berikan akan selalu menemukan kedamian dalam setiap peristiwa kehidupannya. Sungguh manusia memiliki sifat yang merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh para murabbi: orang yang kaya bukanlah orang yang banyak penghasilannya, namun orang yang keinginannya lebih sedikit dari penghasilannya.

Maka dari itu, jadilah jiwa yang selalu bersyukur, menerima dengan ikhlas setiap apa yang Allah anugerahkan. Sungguh Allah sangat cinta kepada hamba-Nya. Semoga kita termasuk dari orang-orang yang memiliki kedamaian hati yang sejati duni hingga ke akhirat. (IZ)

Siti Junita
Mahasiswi Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri Jember

    Rekomendasi

    Tentang Sains
    Opini

    Tentang Sains (2)

    Mungkin, salah satu sikap yang membedakan ilmuwan sejati dengan para pendakunya ialah sebuah ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini