Jika Hotel Mumbai (2018) menyuguhkan sisi brutalitas teroris saat melakukan aksinya, maka Ustad Hotel (2012), jauh berbeda. Ini salah satu film India ringan penuh filosofi terbaik yang pernah saya tonton, meski telat.

Faizi, pemuda yang kuliah hingga ke Swiss, bercita-cita menjadi koki. Sayang impiannya ini ditolak ayahnya, Abdurrazaq, pengusaha yang berniat membangun hotel bintang lima untuk dikelola Faizi.

Dari sini konflik bermula. Faizi yang gagal terbang ke London karena paspornya disembunyikan ayahnya, memilih “mengungsi” sejenak ke rumah kakeknya, Karim. Nama terakhir ini pemilik kedai legendaris yang menyajikan kombinasi masakan terbaik di kota Calicut. Nasi biryani Malabar dan teh hitam Sulaimani.

Justru di kedai ini Faizi belajar banyak: kebersamaan, kesederhanaan, solidaritas tim, hingga filosofi memasak. Karim, yang sejak muda diceritakan sering berkelana dari satu makam wali ke makam wali lainnya (kepada cucunya, dia menceritakan hujan deras di tengah gurun ketika hendak menziarahi makam Syekh Mu’inuddin Chisyti, pendiri Tarekat Chisytiyyah) bukan hanya mewariskan resep biryaninya, melainkan kepedulian kepada sesama. Memasak, kata Karim suatu ketika kepada Faizi, bukan hanya urusan mengenyangkan, melainkana bagaimana memenuhi kepuasan batin konsumennya.

Karim juga mengajarkan sikap anti putus asa: mencari solusi ketika terjadi mismanajemen keuangan di kedainya hingga nyaris bangkrut, jalan keluar saat terlilit hutang di bank, hingga kegigihannya mempertahankan kedai sederhana di pinggir pantai yang sudah hampir dicaplok oleh developer. Dari rangkaian cerita ini Faizi, si koki, belajar soal ketangguhan hidup.

Film berbahasa Malayalam ini jalan ceritanya memang sederhana. Sangat sederhana, bahkan. Plotnya tidak muluk-muluk, konfliknya tidak njelimet, alurnya juga biasa saja. Tapi di sini justru letak kekuatannya.

Baca Juga:  Gandeng Eagle Institute, Pagar Nusa Garap Film Pendekar Ramadhan

Bagaimana Faizi mengatasi masalah keuangan yang menjerat usaha kakeknya?

Bagaimana cara dia memoles kedai tua hingga terlihat keren?

Mengapa Faizi menggagalkan niatnya berangkat ke Paris, padahal dia sudah dapat pekerjaan sebagai koki kepala di sebuah hotel baru di sana?

Apakah filosofi dasar yang ditularkan Narayan Krishnan, mantan koki yang beralih menjadi aktivis sosial, kepada Faizi mengenai tujuan memasak?

Jawaban ditulis di atas kertas HVS bergaris, disetorkan ke pengawas ujian, dan jawaban paling sedikit sebanyak 3 paragrap per soal. Terimakasih.

Khakhakhakhakha

Rijal Mumazziq Zionis
Pecinta Buku, Rektor INAIFAS Kencong Jember, Ketua LTN NU Kota Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Berita