Opini

Seperti Apa Kurikulum Anak Berbakat?

A sound curriculum for gifted students provides varied and challenging experiences that will develop their potential for the sake of both themselves and society – Joyce BanTassel-Baska

Menghadirkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul merupakan cita-cita pemerintah saat ini dan kita semua. Bahkan pemerintah sangat berharap terbangun Manajemen Talenta Indonesia (MTI) untuk menghasilkan generasi unggul. Anak berbakat merupakan warga negara dan anak bangsa yang potensial untuk dikelola dan dididik. Untuk mewujudkannya sangat diperlukan model kurikulum yang sesuai.

Secara konstitusional, Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (UUSPN 20/2003, pasal 5, ayat 4). Berdasarkan undang-undang tersebut bahwa sudah sepatutnya anak berbakat mendapat perlakuan sesuai dengan haknya. Namun pada prakteknya, anak berbakat cenderung diperlukan sebagaimana anak-anak lainnya. Terutama setelah dihentikannya program akselerasi.

Program pendidikan untuk anak berbakat memang bukan satu-satunya dengan program akselerasi. Ada program lain yang bisa dijadikan alternatif, yaitu program pengayaan dan program pengelompokan, atau perpaduan di antara ketiga program. Ketiga alternatif program itu ada kelebihan dan keterbatasannya. Karena itu diperlukan kemampuan dan keberanian untuk memilih. Yang penting orientasinya, bahwa perlu hadirkan program yang mampu membantu anak-ansk potensial berkembang optimal, jangan sampai terjadi underachiever.

Dalam kaitannya menghadirkan kurikulum yang sesuai untuk anak berbakat, kita bisa perhatikan pandangan Joyce BanTassel-Baska (1994) di antaranya, pertama, bahwa semua siswa seharusnya diberikan kesempatan kurikulum yang memungkinkan mereka bisa memperoleh tingkat belajar yang optimal. Kurikulum yang direncakan untuk anak berbakat seharusnya digunakan juga sebanyak mungkin siswa di sekolah sehingga dapat memperoleh manfaatnya. Kurikukulm anak berbakat sebisa mungkin memberikan manfaat bagi yang lainny.

Kedua, anak berbakat memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Karena itu kurikulum harus diadaptasikan atau dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan ini. Kita usahakan aktivitas belajar lebih untuk cari solusi daripada sibuk mempersoalkan perbedaan yang ada.

Ketiga, kebutuhan belajar anak berbakat bersifat lintas bidang kognitif, afektif, sosial, dan estetik yang terkandung dalam pengalaman kurikulum. Hal ini memudahkan untuk membangun insan utuh dan keseimbangan antara bidang satu dan lainnya. Hubungan suatu bidang dan bidang lainnya dapat memperkuat perkembangan anak berbakat secara utuh. Dengan begitu kesehatan mental terjaga.

Keempat, anak berbakat yang terbaik dilayani dengan suatu pendekatan bersama yang memungkinkan untuk belajar secara akselerator, belajar tingkat tinggi, belajar pengayaan serta belajar pengalaman yang diperluas. Pilihan belajar ini sangat dimungkinkan dengan menyesuaikan kondisi anak dan lingkungan. Karena itu pilihan belajar ditentukan secara kreatif.

Kelima, pengalaman kurikulum untuk anak berbakat perlu direncanakan dengan hati-hati, dibukukan dengan baik, dan diimplementasikan secara konsisten sehingga dapat memaksimalkan pengaruh potensi. Konsistensi pengembangan kurikulum sangatlah penting antara kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai aksi. Walaupun tetap perlu mempertimbangkan kontekstualitasnya.

Keenam, pengembangan kurikulum untuk anak berbakat adalah suatu proses yang terus menerus yang menggunakan evaluasi sebagai suatu alat sentral untuk perencanaan masa depan dan revisi dokumen kurikulum. Kurikulum harus mampu menyiapkan materi yang diperlukan anak berbakat untuk menghadapi tantangan pada jamannya atau generasinya. Di samping substansi harus selalu di-update, juga kompetensi adaptasi harus diakomodasi dalam kurikulum anak berbakat.

Dengan memperhatikan keenam hal penting dalam pengembangan kurikulum anak berbakat, maka yang penting menjadi perhatian setidak-tidaknya ada tiga jenis kurikulum berbeda yang harus dijaga konsistensi dan relevansinya, yaitu kurikulum yang ditulis sebagai dokumen (Intended Curriculum), kurikukum yang diimplementasikan (Dilivered Curriculum) dan kurikulum yang dievaluasi melalui kinerja siswa (Recieved Curriculum).

Selain daripada itu yang juga perlu mendapat perhatian Hidden Curriculum, yang seringkali terkait dengan pencapaian visi institusi dan pencapaian aspek non intelektual yang sangat penting bagi kehidupan anak berbakat dalam hidup bermasyarakat dan hidup sebagai hamba Allah swt.

Akhirnya bahwa perhatian terhadap anak berbakat dalam pembuatan kebijakan pendidikan, akan memberikan keuntungan bagi semua, sebaliknya bahwa pembiaran terhadap anak berbakat akan merugikan semua. Karena itu untuk menghasilkan SDM unggul, kita wajib beri perhatian terhadap anak berpotensi unggul. Untuk itu kurikulum memegang peran penting untuk membantu anak berbakat berkembang secara optimal. Ketepatan alternatif program dan kurikulum bagi anak berbakat akan terhindar dari kerugian sosial yang tidak perlu.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini