Ramalan Bintang dalam Pandangan Islam

Pada akhir-akhir ini, ramal-meramal nasib baik-buruk seseorang dengan ramalan bintang tampaknya kian marak dimasyarakat, khususnya di kalangan anak-anak muda, termasuk juga anak-anak muda muslim.

Dalam hal ini, ramalan bintang ialah ramalan yang didasarkan pada perhitungan zodiak. Menurut perhitungan zodiak, satu tahun ada dua belas bulan dan dibagi kepada dua belas bintang, yang masing-masing bintang itu (katanya) mempunyai pengaruh pada karakteristik dan nasib seseorang, seperti cara berpikirnya, sikapnya, perbuatannya, bahkan kepada nasib buruknya.

Dua belas bintang itu ialah bintang Capricorns, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, dan bintang Sagitarius. Seseorang yang lahir pada bulan-bulan tersebut akan mempunyai karakter, sikap, perilaku, dan nasib tertentu yang sesuai dengan ketentuan ramalan bintang tersebut. Karena seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya pada ramalan bintang, ia tidak lagi percaya kepada ketentuan-ketentuan Allah, kurang berserah diri kepada Allah, dan tidak sepenuhnya menggantungkan nasibnya kepada Allah.

Orang yang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang dikarenakan hal-hal berikut. Pertama, dia tidak memahami bahwa sesungguhnya Allahlah yang Maha Mengetahui akan nasib baik dan buruk seseorang. Manusia diciptakan oleh Allah. Karena itu, tidak satu pun manusia yang mengetahui secara pasti akan nasib diri manusia, melainkan hanya Allah yang menciptakan manusia itu.

Banyak orang mendatangi peramal untuk meramalkan nasib dirinya, tetapi ternyata yang terjadi justru melesat. Berdasarkan penelitian dan pendeteksiannya, sesorang dokter meramalkan pendeknya umur seseorang yang tengah menderita sakit kronis. Akan tetapi, ternyata Allah menghendaki lain, orang tersebut sembuh dari sakitnya dan panjang umurnya.

Nasib baik dan buruk manusia merupakan rahasia Allah. Kalaupun ramalan manusia itu ada yang tepat, termasuk juga ramalan dengan bintangnya, hal itu karena terjadi secara kebetulan dan sesuai dengan takdir Allah. Dalam hadist riwayat Imam Bukhari diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “…Setelah cukup bilangan 120 hari (umur janin dalam kandungan) datanglah malaikat meniupkan nyawa dan disuruh mengantarkan empat kata, yaitu kitab (tulisan) tentang rezekinya, ajalnya, amal usahanya, serta keberuntungan dan kebahagiaannya…” Jadi, nasib hidup itu telah dituliskan sejak dalam rahim ibunda, bahkan sejak manusia belum diciptakan.

Baca Juga:  Dinamika Kepustakaan Islam

Meskipun demikian, manusia tidak boleh pasrah begitu kepada ketentuan Allah karena kita tidak mengetahui hal itu dan juga hal itu merupakan urusan Allah. Manusia tetap diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa bekerja dan berusaha agar dapat memperoleh nasib hidup yang lebih baik dan selamat di dunia dan akhirat.

Cukup banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk bekerja dan berusaha, tidak boleh menyerah kepada takdir Allah. Karena itu, marilah kita hayati secara mendalam hakikat ini, kita pahami akan kemahakuasaan Allah dan kemahatahuan Allah, serta kita sadari akan keterbatasan dan kelemahan manusia.

Sebab kedua yang menyebabkan seseorang percaya dan menggantungkan nasib dirinya kepada ramalan bintang (zodiak) ialah karena ia tidak menyadari bahwa percaya dan menggantungkan nasib kepada ramalan bintang merupakan bagian dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

Beriman kepada takdir (ketentuan) Allah merupakan salah satu rukun iman yang keenam. Karena itu, seseorang yang mengingkari ketentuan Allah serta percaya kepada ketentuan ramalan bintang atau garis tangan, berarti telah rusak imannya dan telah menyekutukan Allah, sedangkan orang yang menyekutukan Allah termasuk orang yang melakukan dosa besar, yang tidak akan diampuni dosa besar itu kecuali dengan cara bertaubat.

Maka dari itu, marilah kita mendalami ajaran Islam serta hakikat keimanan (akidah) di dalam ajaran Islam. Kita sadari bahwa kepercayaan dan menggantungkan nasib kepada ramalan bintang atau dukun ternyata merupakan bagian dari perbuatan syirik yang menodai keimanan kita. Dengan jalan ini Insya Allah perbuatan yang mengandung unsur syirik itu akan mudah kita tinggalkan. Allah Swt. berfirman, “…janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman (dosa) yang besar.” (QS. Lukman : 13).

Baca Juga:  Benarkah al-Ghazali dan al-Asy'ari Sumber Kemunduran Dunia Islam? (Part 2)

Sebab ketiga yang menjadikan seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang ialah karena ia tidak menyadari bahwa yang mengetahui hari baik atau buruk itu hanyalah Allah. Yang menciptakan waktu atau hari adalah Allah. Karena itu, yang mengetahui baik-buruknya hari hanyalah Allah. Bagi Allah, tidak ada hari yang buruk (sial), semua hari itu baik, dan hari yang terbaik bagi-Nya ialah hari Jum’at.

Dan keempat atau terakhir yang menyebabkan seseorang percayaa dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang dan perdukunan ialah karena tidak menyadari bahwa hal itu justru membawanya kepada kemunduran berpikir. Zaman sekarang adalah zaman dimana orang berpikir secara ilmiah. Karena itu, ramalan-ramalan yang tidak masuk akal sudah tidak zamannya lagi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertama, ramalan bintang merupakan ramalan yang tidak masuk akal dan tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Kedua, ramalan bintang merupakan perbuatan yang mengandung unsur syirik, karena itu diharamkan oleh agama. Marilah kita jauhi ramalan bintang serta perdukunan. Berserah diri kepada Allah, percaya atas ketentuanNya, dan berusaha mengubah nasib sesuai dengan perintahNya. Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah Swt. Aamiin. []

Utami Laili Abidah
Mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini