Merawat Kebhinekaan Membentuk Kebersamaan

Secara geografis Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai dua musim kemarau dan hujan, ini patut untuk disyukuri, karena dari dua musim tersebut maupun iklim yang tropis, Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah, serta keindahan alam yang mempesona, sehingga banyak minat penduduk asing yang ingin memilikinya serta ingin menanam investor asing didalamnya. Mengutip perkataan dari K.H. Hasan Abdullah Sahal “Indonesia bagaikan wanita cantik nan menawan, hanya orang-orang bodohlah yang tidak terpikat dengan Indonesia”. Hal ini  membuktikan bahwa Indonesia telah berhasil menghipnotis sampai kepenjuru dunia.

Indonesia juga memiliki banyak ragam bahasa, budaya, maupun agama. Sehingga dari keanekaragaman inilah yang justru menjadi ciri khas tersendiri, maka terbentuklah semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal ini merupakan bentuk tasamuh yang diajarkan dalam agama. Secara logis, semboyan negara tersebut telah menjadi senjata ampuh untuk mempersatukan bangsa, walaupun memiliki perbedaan keyakinan dalam urusan agama.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin meningkat, maupun pengetahuan yang semakin melekat, sehingga mengakibatkan cara berfikir menjadi singkat. Kini banyak gerakan-gerakan yang berusaha merongrong semboyan negara, dan pedoman bangsa serta merubah sistem pemerintah. Apalagi dengan maraknya berita hoax yang mengakibatkan umat manusia terpecah belah, bahkan menimbulkan konflik yang tak terkendala, ditambah dengan perbuatan manusia yang selalu memfitnah dan mengadu domba. Sehingga, masyarakatnya menjadi resah dan gelisah. Hal ini merupakan masalah serius yang harus ditangani oleh pemerintah. Bukan hanya pemerintah saja yang bergerak, tetapi masyarakatnya harus tetap  konsisten menjaga persatuan dan kesatuan negara.

Tidak hanya problematika diatas yang menjadi pemicu terbelahnya Indonesia. Tapi, sifat fanatik seseorang juga mengakibatkan konflik berkepanjangan. Sama halnya, seperti situasi dan kondisi sekarang yang semakin tidak relavan. Dari pada saling menjatuhkan, menyalahkan, alangkah baiknya bersatu untuk mensejahterakan suatu negara maupun rakyat Indonesia. Ketika kita bernostalgia dalam sejarah, banyak perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan para ulama’ dan pahlawan. Pahlawan Indonesia tidak hanya beragama Islam, tetapi mereka ada yang beragama non Islam seperti Brigadir Jenderal Slamet Riyadi dan Laksamana madya Yos sudarso. Karena perjuangan mereka yang heroik maupun dianggap memberikan pengaruh besar terhadap bangsa dan negara. Maka, para pahlawan tersebut selalu dikenang dan tidak akan terlupakan. Sehingga nama-nama mereka ada yang dijadikan sebagai nama jalan, kapal perang maupun universitas yang ada di Indonesia.

Baca Juga:  Jumlah Penonton Piala Dunia U-17 di Indonesia Lampaui Target FIFA

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dinyatakan merdeka. Selama kurang lebih 350 tahun Indonesia dijajah, yang mengakibatkan setiap hari dipenuhi rasa ketakutan dan kekhawatiran sehingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam menghadapi kehidupan. Kini Indonesia sudah merdeka, tetapi ironisnya, moral pemuda sekarang malah yang dijajah. Apalagi maraknya kasus pembunuhan, pemerkosaan, perzianaan, kerusakan rasial, bahkan tawuran yang tak ada henti-hentinya dimana-mana, itu semua merupakan dampak negatif akibat meniru budaya kebarat-baratan yang mereka menganggap semua hal tersebut sudah biasa dilakukan. Hal ini mengakibatkan pergeseran dalam budaya lokal.

Jika pemuda bangsa bertindak seperti itu sudah terbiasa dilakukan, maka yang akan terjadi pada suatu negara adalah kehancuran. Hal ini tidak bisa dibiarkan, karena pemuda bangsa adalah calon pemimpin masa depan. Ir. Soekarno pun mengatakan bahwa “Beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan goncangkan dunia”. kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemuda adalah harapan bangsa. Bila pemuda bangsanya baik maka pemimpin yang akan datang juga baik, begitupun sebaliknya. Kualitas negara tergantung pada kualitas pemudanya. Maka dari itu perlu adanya Muhasabah nafsi akan pentingnya negara menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbul Ghafur.

Merawat kebhinnekaan sehingga membentuk kebersamaan adalah hal yang harus diimplementasikan. Dengan demikian, segenap elemen bangsa harus bersatu mengahadang setiap upaya-upaya yang ingin merongrong  keutuhan NKRI agar semboyan negara dan ideologi bangsa tetap terjaga. Bukan hanya menjaga, tetapi mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari supaya mengerti makna yang tersirat didalamnya, karena pancasila merupakan pedoman bangsa. Bhinneka Tunggal Ika dengan pancasila mempunyai hubungan yang sangat erat dan tak bisa untuk dipisahkan. Keduanya bagaikan suatu bangunan. Indonesia tidak akan bisa menyatukan perbedaan tanpa adanya pancasila dan kebhinnekaan. Memfokuskan diri untuk kemaslahatan orang banyak itu lebih baik dari pada mementingkan kepentingan pribadi tanpa memperhatikan sekitar. Sebagai rakyat yang baik, mari menjalankan peraturan dan menebar kebaikan dimanapun berada. []

Miftahur Rohmah
Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Mijen, Demak

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini