Setelah menunggu sekian bulan, Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin resmi dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada tanggal 20 Oktober 2019 lalu. Seperti umumnya pelantikan dan acara seremonial lainnya. Acara tersebut berlangsung megah dan meriah. Kalau tidak megah dan meriah, mungkin bukan acara pelantikan, melainkan acara ngopi bersama saja.

Publik sudah punyai presiden dan wakilnya yang resmi dilantik. Selanjutnya, publik menunggu pengumuman lain. Apa itu? Tidak lain adalah pengumuman susunan para pembantu presiden. Umumnya disebut menteri.

Nama-nama menteri sudah diumumkan pada Rabu pagi 23 Oktober 2019. Beberapa deretan nama menteri sudah begitu familier. Mahfud MD, Moeldoko, Muhadjir Effendi, adalah sederet nama yang tidak asing didengar. Bahkan nama seperti Sri Mulyani atau Tjahjo Kumolo pernah menjadi menteri era sebelumnya.

Menarik untuk dibahas adalah nama-nama baru yang mungkin muncul secara tiba-tiba. Nadiem Makarim salah satunya. Nadiem didapuk menjadi menteri dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Apa yang menarik dari sosok Nadiem dan kementerian yang akan dikelolanya?

Nadiem dikenal sebagai founder Gojek. Soal Gojek, sudah lama dibahas di berbagai media massa. Singkatnya, ia menjadi sosok penting dalam perjalanan start up yang berfokus pada ojek daring.

Perlahan, perkembangan layanan start up Nadiem begitu pesat. Tidak hanya fokus mengantar orang untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Layanan yang sekarang ada sudah mulai beragam. Antar kirim barang, beli pulsa, beli tiket bioskop, hingga memanggil tukang pijat pun bisa melalui start up bikinan Nadiem.

Dengan rekam jejak itu, publik banyak mengira ia akan menjadi menteri pada bidang yang tidak jauh dari kegiatannya di start up Gojek. Namun, presiden Joko Widodo berkata lain. Nadiem dilantik menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan.

Baca Juga:  Kebijakan Pendidikan Tinggi Masa Pandemi COVID-19

Publik yang terlanjur mengenal Nadiem dengan Gojek itu, memberi bermacam reaksi. Setidaknya meraba program Nadiem untuk pendidikan dan mengaitkannya dengan layanan Gojek. Ada yang berujar siswa akan mendapat layanan Go Ride atau Go Car untuk pulang dan pergi ke sekolah. Pembayaran uang sekolah bisa dibayar melalui Go Pay. Undangan untuk wali murid atau pengambilan ijazah bisa dilakukan melalui layanan Go Send.

Selain berandai pengelolaan pendidikan bersatu dengan layanan Gojek, Nadiem sepertinya perlu memberi perhatian lebih pada aspek lain. Aspek ini layak masuk dalam tugas pertama Nadiem nanti. Aspek itu berupa tata administrasi pendidikan. Apa saja kiranya yang perlu mendapat perhatian?

Umum diketahui bahwa tata administrasi pendidikan kita masih belum memberi dampak positif. Sehari-hari, guru banyak disibukkan akan ihwal tersebut. Membuat silabus, RPP, program semester, program tahunan, dan seabrek teknis administrasi lainnya. Bahkan banyak yang berseloroh bahwa guru hanya disibukkan dengan tugas administrasi saja di sekolah. Fokus mendidik hanya jadi urusan ke sekian.

Nadiem perlu memberi fokus lebih akan hal diatas. Ke depan, bisa jadi perencanaan administrasi sekolah semudah mendaftar menjadi pengendara Gojek. Pengendara Gojek hanya perlu menyiapkan berkas pribadi untuk mendaftar sebagai pengendara, seperti KTP, SIM, surat keterangan catatan kepolisian, dan tentu surat tanda nomor motor atau mobil calon pengendara.

Berkas itu hanya dikumpulkan satu kali ketika calon pengendara ingin mendaftar. Selebihnya, pengendara hanya perlu menjaga performa mereka ketika melayani pengguna jasa mereka. Semudah itu, tanpa perlu ribet memikirkan teknis administrasi lainnya.

Mungkin pengandaian ini agak berlebihan. Tapi, apa salahnya berandai atau berangan-angan. Toh, Anda juga berandai atau berangan-angan. Berangan mendapat pujaan hati Anda misalnya. Meski ia belum jua memenuhi angan Anda. Duh.

Hanif Nanda Zakaria
Penulis Buku "Bang Ojol Menulis" Alumnus Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini