“Al Quran diyakini merupakan pedoman dan petunjuk sempurna untuk membangun sistem pendidikan yang mampu melahirkan insan kamil.” – Rochmat Wahab

Insya Allah nanti malam kita memasuki hari ke-17 Ramadan 1441 H. Sebagaimana biasanya yang menjadi konvensi bahwa malam yang seperti ini sering dimanfaatkan untuk menandai Nuzulul Quran, yaitu malam turunnya wahyu pertama sebagai bagian dari Al Quran. Padahal pada sumber tertentu bahwa Al Quran turun pada saat Lailatul Qadar. Al Quran sebagai mukjizat untuk Rasulullah merupakan petunjuk manusia dan beberapa penjelasan dari petunjuk dan pembeda antara yang hak dan batil. Petunjuk bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah pendidikan, yang sangat berarti bagi terbentuknya manusia seutuhnya.

Selanjutnya bahwa Al Quran berfungsi memberikan petunjuk bagi manusia ke jalan yang benar. Sebagaimana firman Allah swt, bahwa “Sesungguhnya al-Qur-an ini memberikan petunjuk kepada yang lebih lurus.” (QS al-Isra’:9). Artinya bahwa Allah swt menurunkan Al Quran kepada hamba-Nya, Muhammad ini untuk menunjukkan manusia kepada jalan yang paling baik dalam menyelesaikan persoalan besar dalam kehidupan. Yang paling utama adalah jalan agama Islam yang merupakan jalan kebahagiaan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat.

Petunjuk-petunjuknya dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan umat, baik bersifat personal maupun kolektif. Rasulullah saw yang bertanggung jawab menyampaikan petunjuk-petunjuk itu melalui cara menyucikan dan mengajarkan manusia (QS Al Jumu’ah:2). Menurut Quraish Shihab (1992) bahwa menyucikan manusia itu dimaksudkan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain, kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan.

Jika memperhatikan makna mendidik dan mengajar, maka orientasi pendidikan menurut Al Quran adalah menjadikan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Pertama, sebagai hamba Allah sangat jelas firman-Nya di QS Al Dzariyah:56, yang artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Setiap orang wajib beribadah dan mengabdi kepada Allah swt. Untuk mengabdi, setiap umat beriman wajib memiliki ilmunya. Karena itu Imam Ghozali, menetapkan bahwa menuntut ilmu agama merupakan wajib ‘ain. Seiring dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw, bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan. Karena itu setiap umat Islam perlu terus menerus meng-update diri ilmu keislamannya, supaya beribadahnya mendekati kebenaran syar’iyyah. Jangan mengabaikan!

Baca Juga:  Pesantren Mahasiswa: Model Pendidikan Pesantren dan Perannya untuk Mahasiswa

Kedua, sebagai khalifah di atas bumi. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. – (QS Al Baqarah: 30). Sebagai khalifah di atas bumi, dalam batas minimal wajib setiap orang harus siap. Namun dalam urusan kehidupan yang lebih luas, cukup diwakili sesuai dengan bidangnya, misal : bidang teknologi, keuangan, kedokteran, pendidikan, politik dam sebagainya. Karena menjadi khalifah pada level yang lebih luas menurut Imam Ghozali bersifat fardu kifayah. Cukup diwakili oleh individu-individu tertentu, sesuai dengan bakat dan minat dengan mendapatkan pendidikan dan bimbingan, serta pelatihan sesuai dengan bidang keahliannya. Di sinilah negara memiliki tanggung jawab untuk menginventarisasi keahlian warganya, jangan sampai terjadi kekosongan. Ada sejumlah keahlian yang tidak ada ahlinya yang berasal dari bangsa sendiri. Fardu kifayah wajib dipenuhi.

Salah satu tugas utama menjadi khalifah di atas bumi adalah memakmurkan dan mensejahterakan umat. Sebagaimana firman Allah swt, yaitu “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” (QS Hud : 61). Untuk bisa memainkan peran penting untuk memakmurkan dan mensejahterakan umat dan masyarakat, sangat dibutuhkan kepemimpinan bidang keahlian terkait. Untuk itu pendidikan bermutu dan relevan sangatlah diperlukan.

Al Quran sungguh merupakan pedoman dan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia, makhluk yang fana. Tidak hanya menjadi petunjuk untuk membedakan yang hak dan batil saja, namun juga menjadi rujukan utama untuk bangunan sistem pendidikan yang mampu menjadikan insan kamil, yang tidak hanya terkait dengan kebutuhan dan persoalan ibadah, melainkan juga persoalan muamalah dan kekhalifahan. Al Quran juga menjadi pedoman yang sangat penting untuk urusan mendidik dan melatih. Demikian juga urusan membina hati, otak dan tangan secara integratif dan holistik. Semoga kita bisa manfaatkan Al Quran secara optimal untuk membangun pendidikan yang mampu membangun martabat dan harkat ummat. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah