Pesantren.id – Sebanyak 31 orang mengikuti pelatihan Koordinasi dalam Penanggulangan Bencana pada program Penguatan Ketangguhan Masyarakat dalam Menghadapi COVID-19 dan Bencana Alam (PKMM-CBA). Mereka adalah tim pelaksana program dari Kabupaten Lamongan, Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan, Malang, Kotamadya Kediri (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng (Bali) dan Kabupaten Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat. Selain itu, peserta pelatihan juga berasal dari tim pusat program.

Selama empat hari, mulai 24 hingga 27 Agustus 2021 mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) yang didukung oleh DFAT Australia melalui SIAP SIAGA Palladium. Pelatihan tersebut menghadirkan para narasumber yang kompeten dan berasal dari beragam latar belakang mulai dari akademisi, pemerintah dan praktisi.

LPBI NU Gelar Pelatihan Koordinasi dalam Penanggulangan Bencana Bagi Pengelola Program PKMM-CBA di Tiga Provinsi

Lucy Dickinson sebagai Perwakilan SIAP SIAGA Palladium

Perwakilan SIAP SIAGA Palladium, Lucy Dickinson menyampaikan kebanggaannya bisa bersinergi program dengan Nahdlatul Ulama melalui LPBI NU. SIAP SIAGA Palladium bisa membangun network dan mendapatkan privilege selama bekerjasama dangan NU. Pelatihan yang diadakan ini merupakan tahapan dari kelanjutan program sebelumnya yang telah berjalan baik dan maksimal. Pelatihan ini diharapkan meningkatkan kapasitas pelaksana program dalam menjalankan program setahun ke depan.

“Sebagai program lanjutan, semoga pelatihan ini bisa semakin meningkatkan kapasitas tim LPBI NU dalam menjalankan dan mengaplikasikan materi pelatihan di lapangan nanti,” tuturnya.

Ketua LPBI NU PBNU, M. Ali Yusuf dalam kesempatan tersebut mengatakan, pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada seluruh pelaksana program agar dapat mempromosikan dan mengajak semua pihak untuk mendukung upaya koordinasi dalam penagananan COVID-19 dan penanggulangan bencana khususnya di daerah.

Menurut Ali, pengurus dan relawan LPBI NU harus menjadi penggerak dalam penguatan koordinasi multi stakeholder khususnya terkait dengan penanggulangan bencana. Karena sebagaimana diketahui, meskipun sudah digulirkan konsep pentahelix, hingga saat ini koordinasi para pihak masih menjadi tantangan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana baik pra, saat maupun pasca bencana. Padahal kompleksitas persoalan penanggulangan bencana harus ditangani secara sistematis oleh semua pihak melalui peran dan kontribusi yang terkoordinir, kolaboratif dan sekaligus terpimpin agar menghasilkan capaian-capaian yang efektif dan efisien dalam rangka memperkuat ketangguhan masyarakat.

Baca Juga:  Bencana Banjir, Puasa dan Kesabaran

Program PKMM-CBA yang dilaksanakan oleh LPBI NU selama 1 (satu) tahun ke depan tersebut berbasis Rukun Warga (RW) dan menyasar langsung rumah tangga/keluarga. Lingkup program meliputi: kampanye publik untuk memperkuat upaya pencegahan COVID-19 berbasis masyarakat termasuk melalui rumah ibadah, pembuatan update data warga terpilah berbasis geospasial, penyediaan dan pemanfaatan fasilitas pendukung pelaksanaan protokol kesehatan termasuk fasilitas karantina berbasis RW. Selain itu, program PKMM-CBA juga memberikan paket bantuan kepada masyarakat yang paling terdampak COVID-19 khususnya kelompok rentan.

Pada saat penanganan COVID-19, banyak kejadian bencana melanda berbagai daerah di Indonesia, misalnya banjir berkepanjangan di Kalimantan Selatan, gempa di Sulawesi Barat, gempa di Malang dan sekitarnya, serta siklon seroja di NTT. Oleh karena itu, menurut Ali, program PKMM-CBA juga akan melakukan pendampingan kepada masyarakat dan stakeholder di level desa untuk melakukan identifikasi ancaman bencana di level desa berikut upaya PRB yang harus dilakukan. Selain itu juga akan disusun SOP penanganan darurat saat pandemi di level desa yanag akan melibatkan semua kelompok termasuk kelompok rentan, terutama kelompok disabilitas.

LPBI NU Gelar Pelatihan Koordinasi dalam Penanggulangan Bencana Bagi Pengelola Program PKMM-CBA di Tiga Provinsi

Juri Ardiantoro (Ketua PBNU & Deputi IV KSP)

Sementara itu Ketua PBNU, Juri Ardiantoro menegaskan keluarga besar NU saat pandemi ini memiliki sumbangsih yang luar biasa, mulai dari pencegahan, pemberian bantuan bagi terdampak, penyaluran alat kesehatan dan membantu warga yang isolasi mandiri tersebar di semua wilayah.

Peran penting LPBI NU dalam penanggulangan bencana termasuk penanganan COVID-19 sungguh bisa dirasakan oleh penerima manfaat, karena menyasar langsung kelompok paling bawah (tingkat RW). Dan ini menjadi kunci keberhasilan dalam koordinasi di lapangan.

Menurut Juri yang juga Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP), saat ini pemerintah masih fokus dalam penanganan COVID-19 dan sedang mempersiapkan penanganan jangka panjang pasca COVID-19 mulai tahun depan. Pola hidup baru yang harus segera disiapkan untuk menjadi kebiasaan kita pasca pandemi nanti. []

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

1 Comment

  1. […] bantuan hukum”. Menurut Ketua LPBH NU Kota Malang, Dr. Fachrizal Afandi. S.Psi., S.H., M.H., pelatihan ini bertujuan untuk mendidik dan melatih santri agar menjadi paralegal yang memiliki kompetensi […]

Tinggalkan Komentar

More in Berita