Berani Mendamaikan Konflik Batin

Kemuliaan dan keutamaan manusia adalah hati. Dengan hatinya, manusia mengungguli makhluk-makhluk lainnya. Sudah menjadi hukum alam bahwa setiap manusia akan dihadapkan dengan berbagai persoalan. Sesuatu yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari. Lebih lebih jika persoalan itu erat kaitannya dengan urusan batin. Kita tahu bagaimana konflik batin yang dialami oleh Nabi Ibrahim atau Issac Newton, penemu gaya grafitasi bumi? Ya, dua tokoh tadi adalah mereka yang pernah mengalami konflik batin.

Buku mendamaikan konflik batin yang ditulis oleh Octavia Pramono adalah salah satu bagian dari banyak buku yang mengulas permasalahan di area batin. Penulis memaparkan orang-orang yang berpotensi mengalami konflik batin. Ada dua kategori yang disebutkan, pertama adalah kaum pesimistis, yakni kaum yang bermental krupuk dan tidak berani menghadapi keadaan. Mereka tidak yakin dengan dirinya sendiri, kemampuan yang dimiliki, selalu merasa minimal, underestimate. Selain itu, mereka senantiasa skeptis terhadap apapun dan kondisi bagaimanapun.(35)

Kedua, perfeksionis, hidup terlalu ideal, ingin terlihat perfek dan sempurna. Mereka kurang percaya diri karena merasa kurang sempurna. Selalu terlihat belum bagus dan belum bagus. Masih kalah bagus dengan pencapaian orang lain. Padahal, kenyataannya, pencapaiannya sudah bagus, bahkan kadang kala sudah lebih bagus daripada pencapaian orang lain.(38)

Timbulnya konflik batin bisa dari dalam (intenral) juga dari luar, orang lain (eksternal). Ketangguhan mental dan kepribadian seseorang memiliki andil besar dalam proses terjadinya sebuah konflik batin. Bila kondisi batin lemah sangat berpotensi dan terserang. Ini sudah menjadi ciri khas orang yang bermental krupuk, mereka cendrung gampang panik dan tidak terlatih mengendalikan emosinya.

Sejatinya, faktor eksternal ini mudah diberantas. Ada banyak orang yang mengompori, menprovokasi seolah mereka oang yang paling mengerti kondisi dan keadaan yang dialami. Padahal, mereka tidak tahu persis kondisi yang kita alami. Berfikir positif agar tidak mudah terserang dan terperdaya omongan orang lain.

Baca Juga:  Oleh-oleh dari Ndalem Kiai Hamid Pasuruan

Pasalnya, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan. Jangan jadikan kekurangan menjadi batu sandungan apa lagi hambatan untuk meraih sukses. Justru sebaliknya, kita pergunakan kekurangan tersebut sesuatu yang istimewa dan unik yang tidak semua orang memilikinya.

Ada beberapa tips atau saran yang dikemukakan oleh penulis dalam meminimalisir konflik batin. Pertama, kenali potensi dan diri sendiri (65). Banyak dari kita hanya seonggok daging yang tidak tahu arah dan tidak punya tujuan hidup. Hidup terkatung-katung dan tidak jelas. Selama kita mengenali diri, maka kita bisa meredam konflik batin yang sedang dialami. Sadar bahwa kita manusia, diciptakan untuk beribadah dan menjadi khalifah di atas bumi.

Kedua, bersahabat dengan lingkungan untuk mencapai sukses, faktor lingkungan juga harus mendukung. Nabi untuk bisa sukses dakwahnya, diterima di khalayak umum, beliau hijrah. Sebab, situasi dan kondisi masyarakat Mekah sangat tidak mendukung.

Ketiga, berani bertindak, bersikap tegas dan cekatan dalam mengambil kesimpulan. Ketika seseorang mengalami konflik batin, maka dia segera bertindak tegas melihat masa depan, berani mengambil resiko. Jangan bertele-tele dalam mengambil kesimpulan agar tidak berlarut-larut dalam permasalahan.

Lalu, bagaimana jika terlanjur mengalami konflik batin? Penulis membagi tips untuk segera menyelesaikan konflik batin menjadi tiga belas bagian. Yang paling urgen disini adalah mencari sumber masalah. Sebab, jika sudah diketahui maka akan mudah untuk segera menyelesaikan.

Disisi lain, kita sering kali berusaha membohongi diri sendiri agar terlihat perfec, gagah, keren dan mapan di mata orang lain. Padahal faktanya tidaklah demikian. Orang tersebut sebenarnya mempersulit diri. Hidup yang dijalani penuh kebohongan. Sikap jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain sangat menentukan bagaimana penilaian orang lain kepada kita.

Baca Juga:  Belajar dari Amir bin Fuhayra, Penghapus Jejak saat Hijrah

Sebenarnya, semua tergantung bagaimana kita membangun minset. Berfikir positif, melakukan self talk, membangun kekuatan batin adalah sejumlah hal yang harus dilatih agar tidak mudah goyah dan bermasalah dengan batin. Kita gantungkan segala urusan kita kepadanya, sisanya Allah yang urus. Manusia hanya berencana, takdir tetap ada pada-Nya.

Buku sangat layak dijadikan buku saku, selain disampaikan dengan bahasa yang lugas, buku ini dilengkapi beberapa contoh dan kisah. Semoga hadirnya buku ini bisa meminalisir dan meredam konflik batin. Selamat membaca.

Musyfiqur Rozi
Alumnus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah dan Santri Annuqayah Lubangsa Utara

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini