Ahlus Sunnah Waljamaah adalah sebuah mazhab yang diyakini sebagai kelompok yang selamat telah dianut oleh mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia. Karena ajaran-ajarannya yang konsisten berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw menjadikan mazhab ini dipercaya sebagai satu-satunya kelompok yang benar.
Dinamakan Ahlus Sunnah Waljamaah, karena pendiriannya, Abul Hasan al-Asy’ari, memilih jalan yang benar sebagaimana ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Saw. Dengan kata lain, Ahlus Sunnah Waljamaah sangat selektif dalam memahami nash (Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw) yang sesuai dengan pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya. Itulah sebabnya Abul Hasan al-Asy’ari, oleh mayoritas umat Islam, dengan keilmuannya yang cukup luas dan dalam, ditambah lagi kehati-hatiannya dalam menyeleksi dalil-dalil yang otoritatif, sehingga banyak yang menibahkan dirinya sebagai pengikutnya.
Buku ini berbicara seputar kehidupan al-Asy’ari di dalam menyelamatkan kesesatan pemikiran dari para ahli pikir. Banyak sekali kelompok-kelompok pengacau yang bertujuan untuk menghancurkan Islam, dengan keseringan melakukan perbuatan bid’ah dan suka mem-bid’ah-kan dan menyesatkan orang-orang lain di luar kelompoknya. Namun, Imam Abul Hasan al-Asy’ari tidak tinggal diam. Ia hadir sebagai juru penyelamat.
Imam Abul Hasan al-asy’ari sendiri merupakan salah satu di antara orang yang terlahir dari keluarga yang dikenal sangat tekun beribadah. Nasabnya bersambung kepada sahabat nabi Muhammad Saw. Nama lengkapnya adalah ‘Ali ibn Ismail ibn Salim ibn Ismail ibn ‘Abdullah ibn Musa ibn Bilal ibn Abi Burdah ibn Abi Musa.
Banyak cara yang Ia lakukan untuk memberantas kelompok-kelompok yang secara pemahaman bertentangan dengan akidah golongan mayoritas, yaitu akidah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti kebaikan mereka. Dengan segala tantangan yang dihadapi pelan tapi pasti ia membenarkan pemahaman mereka yang keliru tersebut dengan cara yang sangat santun, di antaranya seperti melakukan diskusi dan berdebat secara ilmiah (hlm. 115). Buku Biografi Abul Hasan al-Asy’ari yang ditulis oleh Dr. Abdul Qadir Muhammad al-Husain ini menguraikan peran dan pemikirannya secara komprehensif.
Adapun dedikasi beliau seperti diceritakan oleh Dr. Abdul Qadir di dalam buku ini yang menggambarkan keluasan ilmu sehingga ia dapat diterima oleh semua kalangan di antaranya ketika terjadi perdebatan hangat soal apakah Al-Quran tersebut termasuk makhluk atau bukan? Ketika itu, ada dua golongan yang memperdebatkan persoalan itu. Namun, oleh beliau, kedua kelompok yang berdebat tersebut masih bisa di kompromikan.
Misalnya pernyataan tentang apakah Alquran itu qadim atau makhluk. Namun pernyataan al-Asy’ari dapat diterima kedua kelompok yang berseberangan yang mengatakan, “Tangguhkanlah! Jika kalian ingin menulis atau membaca maka huruf dan suara adalah makhluk tanpa ada keraguan di dalamnya. Kemudian huruf dan suara itu menunjukkan kalam Allah, namun huruf dan suara tersebut bukanlah wujud dari kalam Allah” (hlm. 103).
Kedua, antara akal dan dalil tidak bertentangan. Suatu ketika, terjadi pertentangan antara kelompok muktazilah, yang memprioritaskan peran akal dengan kelompok Hasywiyyah, yang sepenuhnya mengabaikan peran akal. Al-Asy’ari menganggap tidak bertentangan antara keduanya. Hal itu terjadi karena antara keduanya saling menguatkan. Jika terjadi pertentangan antara akal dan dalil, boleh jadi karena dalilnya tidak shahih, atau mungkin sesuatu yang diduga dengan akal ternyata tidak benar. Dengan demikian, kekeliruan itu terjadi karena pemahaman kita, bukan karena akal dan bukan pula karena dalil. Kita harus menyelaraskan antara akal dan dalil. Dengan cara membawa akal dan dalil kepada keinginan Allah sesuai dengan kemampuan manusia.
Secara spesifik, buku ini menjelaskan kiprah politik dan perjuangan Imam al-Asy’ari dalam membumikan akidah salafus saleh sehingga, dengan kegigihannya menyelamatkan akidah tersebut, dia dijuluki sebagai Imam Besar Ahlus Sunnah Waljamaah. Berbagai hantaman dan serangan dari lawan politiknya, misalnya golongan muktazilah, yang dialamatkan terhadapnya cukup banyak. Namun dengan bekal mental dan kedalaman ilmu serta Budi pekerti yang luhur sehingga ia mampu menundukkan kepala lawannya. Selamat membaca. [HW]
[…] beliau, serta meneladani sifat beliau untuk menjadi penerus generasi penegak syariat Islam Ala Ahlusunnah Wal Jamaah. […]