Napak Tilas Pendiri Yayasan Pendidikan Raudlatul Ulum Guyangan

Berdirinya Yayasan Pendidikan Raudlatul Ulum yang meliputi pondok pesantren sekaligus lembaga pendidikan ini, merupakan jerih payah dari seorang ulama’ besar penerus perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, beliau adalah KH. Suyuthi Abdul Qodir yang sering dipanggil Mbah Thi.

Mbah Thi merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, yaitu Ruqoyyah, Suyuthi, Siti Aisyah dan Munajat. Masa kecil beliau sangat kental dengan nuansa Islami. Sejak kecil beliau memiliki otak yang cerdas, memiliki semangat hidup yang tinggi, sederhana, dan berbudi luhur. Kepribadian tersebut menarik perhatian masyarakat sekitar.

Sejarah Pendidikan KH. Suyuthi Abdul Qodir

Keberhasilan mbah Thi menjadi ulama besar tidak lepas dari kecintaan yang luar biasa terhadap ilmu. Beliau buktikan dengan rihlah ilmiyyahnya dari pesantren satu ke pesantren lain, dengan semangat mencari ilmu yang kuat dan besar.

Adapun sejarah pendidikan beliau berawal dari asuhan orang tua, setelah beranjak dewasa beliau mengaji di Ponpes Manbaul Ulum Jamsaren Solo dengan KH. Idris, Ponpes Kasingan Rembang dengan KH. Kholil dan KH. Mas’ud, Pesantren Tebuireng Jombang dengan Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari, Pesantren Sampang Madura dengan KH. Munawir dan Ponpes Sedayu Gresik Jawa Timur dengan KH. Munawir.

Selain di dalam negeri, beliau juga berguru dengan Masayikh Haromain selama kurang lebih 5 tahun.

Sepulangnya dari menuntut ilmu di Makkah, beliau melangsungkan akad nikah dengan gadis tetangga yang bernama Tasyri’ah, yang saat itu masih berumur 12 tahun. Beliau dikaruniai 8 anak, diantaranya: Hj. Salamah, H. Salim, Rasyidah, Hj. Saadah, H. Faruq Suyuthi, Hj. Kafiyah, dan H. Najib Suyuthi.

Walaupun beliau sudah menikah, beliau masih ingin menimba ilmu, dan beliau kembali lagi ke Tebuireng Jombang dalam rangka tabarruk kepada Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari. Beliau mendapat kepercayaan menjadi badal (pengganti) mengajar santri di saat KH. Hasyim Asy’ari tindakan atau sedang gerah karena penguasaan keilmuan serta kecakapannya.

Baca Juga:  Para Penggerak

Perjuangan di Dunia Pendidikan

Mbah Thi dikenal sebagai pendidik dan kiai yang tekun dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dari Allah SWT. beliau ingin mewujudkan misinya, mencetak kader-kader santri yang tangguh dan ikhlas yang akan meneruskan estafet dalam penegakan syariat Islam berfaham Ahlusunnah Wal Jama’ah. Beliau memulai perjuangannya dengan mendirikan pondok pesantren dan madrasah yang terletak di kompleks masjid Desa Guyangan.

Beliau mendirikan madrasah pertama kali sekitar tahun 1932-1940, di masa penjajahan Belanda, dengan nama Manbaul Ulum. Keadaan pada masa itu masih belum aman, menjadikan pendirian pesantren berjalan lamban dan terbengkalai. Namun, hal itu tidak mengurangi tekad beliau untuk menyebarluaskan ilmu agama yang dimiliki. Pada tahun 1950-an, dengan dibantu para sahabat, madrasah yang berjalan tersendat-sendat tersebut dibangkitkan kembali dan namanya diubah menjadi Madrasah Raudlatul Ulum.

Perkembangan Pondok Pesantren yang mbah Thi rintis tersebut membuahkan hasil yang sangat maksimal. Terbukti dengan banyaknya santri yang belajar, membangun sarana dan prasarana pendidikan dan partisipasi masyarakat sekitar Guyangan dalam setiap kegiatan yang diadakan.

Pada tanggal 26 Januari 1972, Lembaga Madrasah Raudlatul Ulum resmi berbentuk Yayasan Perguruan Islam Raudlatul Ulum (YPRU) melalui akta notaris yang dibuat di hadapan notaris RM. Poerbo Koesomo Kudus. Pada tahun 1991 Pesantren Raudlatul Ulum statusnya sudah disamakan dengan pendidikan Al-Azhar Cairo Mesir.

Perjuangan Politik, Sosial dan Keagamaan KH. Suyuthi Abdul Qodir

Pada tahun 1960 sampai beliau wafat, beliau menempati posisi sebagai Rois Syuriah posisi PCNU Pati. Posisi ini menjadi simbol organisasi yang biasanya ditempati seorang ulama yang paling sepuh dari sisi usia dengan tingkat kewibawaan yang tinggi. Selain menjadi Rois Syuriah PCNU Pati, beliau juga pernah menduduki posisi sebagai anggota DPRD Pati atas nama partai Nahdlatul Ulama.

Baca Juga:  Kembali Ke Sekolah Pasca COVID-19

Keikutsertaan beliau ini melengkapi pengalaman beliau dalam kancah politik. Dikarenakan tabiat beliau adalah seorang kiai, yang tidak bisa lama-lama meninggalkan tugas mengajar dan mendidik santri, maka beliau memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai anggota DPRD. Supaya lebih konsentrasi dalam mengelola pesantren dan madrasah. Demikianlah keikhlasan beliau melepaskan atribut jabatan semata-mata hanya untuk lebih banyak melayani masyarakat dan panggilan hati nurani.

Akhir Hayat KH. Suyuthi Abdul Qodir

Waktu hampir setengah abad bukanlah waktu yang panjang bagi seorang mencari bekal kehidupan di akhirat kelak. Demikian juga bagi perjalanan hidup Syaikhona Suyuthi. Beliau menghabiskan waktu sekitar 75 tahun semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT. melalui pengembangan pendidikan pesantren dan pengabdian kepada masyarakat.

Pada hari Selasa tanggal 4 Dzulqo’dah atau 25 september 1979 M, beliau berpulang ke rahmatullah. Berita kepergian beliau membuat goncangan dan duka bagi seluruh masyarakat Pati, terutama Desa Guyangan sendiri. Beliau dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Guyangan yang letaknya 1,5 km sebelah barat Pesantren Raudlatul Ulum.

Santri guyangan diselimuti kesedihan kembali dengan berpulangnya mbah Hj. Tasyri’ah figur teladan bagi kaum hawa, pada bulan Agustus 2005, di RS UNISSULA Semarang disebabkan penyakit komplikasi yang dideritanya.

Dengan demikian yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan beliau dan mejalankan ajaran-ajaran beliau, serta meneladani sifat beliau untuk menjadi penerus generasi penegak syariat Islam Ala Ahlusunnah Wal Jamaah. Aamiin. []

Referensi :
https://harakatuna.com/kiai-suyuthi-abdul-qadir-guyangan-penerus-kiai-hasyim-asyari.html?print=pdf
https://bangkitmedia.com/kh-suyuthi-abdul-qadir-guyangan-rais-syuriah-pcnu-pati-1977-1979/
https://www.laduni.id/post/read/66905/biografi-kh-suyuthi-abdul-qodir
https://umma.id/post/biografi-kh-suyuthi-abdul-qodir-689120?lang=id
http://isru-jurnalis.blogspot.com/2014/02/biografi-al-maghfurlah-kh-suyuthi-abdul.html?m=1

Rizqi Maya Aqlidiah

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Kisah