Keutaamaan Ilmu

“Carilah ilmu sampai ke negeri Cina” sebuah pepatah yang sudah ditanamkan oleh guru-guru kita sejak kecil. Mungkin kalian semua masih ingat pepatah itu sampai sekarang. Begitu, pentingya ilmu dalam kehidupan kita. Bahkan banyak sekali kitab-kitab para shalihin terdahulu membahas tentang keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.

Bahkan, terdapat pepatah juga “tidurnya orang alim itu lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh”. Suatu ketika terdapat setan yang ingin menggoda orang yang sedang salat. Tetapi setan tersebut tidak berani untuk masuk masjid karena terdapat seseorang yang tidur di pintu masjid. Setan pun merasa resah, ingin sekali ia masuk ke masjid itu. Kemudian ia bertemu dengan Rasulullah.

“Kenapa kau begitu terlihat resah dan kebingungan ?” tanya Rasul

 “Ya Rasul, sebenarnya aku ingin menggoda orang yang sedang salat di dalam masjid.” Jawab setan

“Lalu, kenapa kau tidak masuk kedalam masjid ?.” tanya Rasul

“Kareana, ada orang yang sedang tidur di pintu masjid. Orang tersebut orang yang berilmu Ya Rasul.  Aku bahkan tidak berani untuk melewatinya. Aku takut, jikalau dia terbangun akan membenarkan salatnya orang yang ada di dalam masjid. Karena, orang yang sedang salat itu orang yang tidak mempunyai ilmu.”

Bahkan, setan pun saja tidak berani dengan orang yang mempunyai ilmu. Meskipun hanya melangkahinya saja.

Suatu cerita terdapat seorang raja yang sudah tua. Ia sangat dihormati dan dikagumi oleh rakyatnya karena selain cerdas juga sangat dermawan. Setiap raja keluar selalu disambut hangat oleh masyarakat. Beberapa minggu lalu ia, terdengar kabar bahwasannya raja sedang sakit keras. Masyarakat pun berbondong-bondong menjenguk dan mendsoakan sang raja agar lekas sembuh.

Baca Juga:  Oleh-oleh dari Ndalem Kiai Hamid Pasuruan

Namun takdir berkata lain, sang raja tidak tertolong dan meninggal dunia. Posisi raja pun diganti oleh anaknya. Anak raja ini memang berbeda dengan ayahnya, ia bodoh dan perilakunya pun tidak baik. Sampai suatu ketika masyarakat mengadakan musyawarah untuk membunuh raja.  Karena, masyarakat menganggap raja itu hanya akan menambah apes masyarakat.

 “Lalu, siapa yang berani untuk membunuhnya ?” tanya salah satu dari mereka

 Si tukang cukur mengacungkan tangannya. “ Saya berani membunuhnya, ketika ia nanti akan memotong rambut. Akan saya penggal kepalanya”  terang si tukang cukur

Raja merasa bingung, karena mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan ayahnya dulu. Kemudian ia pergi sowan kepada ulama’.

“Ya, Syekh saya benar-benar bingung. Mengapa banyak orang-orag yang tidak menghormati ku seperti sediakala ayah saya menjadi raja?”. Tanya si raja

“Karena, ayah mu dahulu mempunyai ilmu.” Jawab Ulama’

“Lalu, di mana aku bisa mencarinya ?.” Tanya si raja

“Amalkan ini saja “aku wes ngerti/(aku sudah tahu)”  dimanapun kamu berada dengan memegang tasbih” jawab Ulama’

Sampai suatu ketika rambut raja sudah panjang dan ia pun pergi ke tukang cukur dan tidak lupa wirid yang telah diberi Syekh. Tukang cukur pun heran dan merasa takut karena si raja telah mengetahui rencananya. Akhirnya, si tukang cukur sungkem kepada raja dan menceritakan semua rencananya. Si raja pun memaafkan.

Cerita ini disarikan dari ceramah Gus Karim, pengasuh pondok pesantren Az-zayadi, Solo. Beliau juga berpesan bahwasannya generasi sekarang jangan sampai menjadi generasi yang lemah dalam babakan ilmu umum terutama ilmu agama. []

Robiah Al Adawiyah
Mahasiswa sekaligus santri di Sukoharjo.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini