Keteladanan adalah suatu stategi pendidikan yang paling efektif untuk menjaga anak Adam sesuai dengan fitrahnya. Setiap insan yang dilahirkan memang suci, bersih dari dosa. Untuk selanjutnya tidak hanya dibiarkan saja, melainkan harus diasuh, dilatih, diajar, dibimbing, dan dididik dengan kasih sayang. Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat memerlukan keteladanan orangtua, pendidik dan orang dewasa lainnya. Dengan begitu diharapkan anak itu bisa menjadi insan yang bermoral, bermartabat dan berkarakter.

Untuk supaya tetap terjaga fitrahnya, anak seharusnya memperoleh pendidikan yang tepat, baik terkait dengan isi pendidikan maupun strateginya. Jika mengikuti sejarah perkembangan agama tauhid, ada dua keteladan dalam mengantarkan insan itu beragama dengan benar, yaitu pertama keteladan dalam beriman. Berkenaan dengan keteladan beriman, Nabi Ibrahim adalah teladan dalam menegakkan Iman, bahkan beliau adalah Revolusioner yang tak tertandingi dalam sejarah peradaban manusia hingga kini. Hal ini dabadikan oleh Allah swt melalui firman-Nya, yaitu:

قَدۡ كَانَتۡ لَـكُمۡ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ فِىۡۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَالَّذِيۡنَ مَعَهٗ‌ۚ اِذۡ قَالُوۡا لِقَوۡمِهِمۡ اِنَّا بُرَءٰٓؤُا مِنۡكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ الۡعَدَاوَةُ وَالۡبَغۡضَآءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَحۡدَهٗۤ

Artinya : “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS al-Mumtahanah:4)

Dengan spirit keimanan dari Nabi Ibrahim, kita tidak berhenti hingga di situ, karena kesempurnaan kita dalam berislam harus disempurnakan dengan ysng lainnya yang telah diframe dalam rukun Iman, sebagaima yang ditegaskan dalam firman-Nya, yaitu :

Baca Juga:  Pendidikan ala Kiai Nafi’ Abdillah Salam Kajen

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اٰمِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(QS. An-Nisa’ 4: 136).

Fundasi Iman ini memang harus terbangun dengan baik dan sungguh-sungguh. Dengan meneladani iman Nabi Ibrahim, kita tak mudah goyah dalam menghadapi Ilah-Ilah moderen, misalnya faham kapitalisme, faham materialisme, produk teknologi yang canggih, teknologi Informasi, dan sebagainya, sehingga menyita waktu dan hidup kita, sehingga melupakan Kebesaran Tuhan. Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam menpertahankan iman, harus menghadapi siksa besar, dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Atas sifat rahman dan rahim Allah, Nabi Ibrahim terselamatkan dari hukuman yang berupa pembakaran hidup-hidup. Hal ini dilakukan semata-mata mempertahankan imannya.

Kedua, keteladan dalam berakhlaq. Selain iman, akhlaq adalah sesuatu yang penting dalam hidup manusia. Begitu pentingnya, Rasulullah saw bersabda, yaitu:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi).

Pada jaman Jahiliyah, sekitar masa-masa awal kehidupan Rasulullah saw, akhlaq bangsa Arab saat itu sangat tercela. Anak dibunuh hidup-hidup. Sembahan terhadap patung merajalela. Di saat kondisi moral yang rusak mendominasi kehidupan masyarakat, maka Muhammad diamanati yang paling utama adalah memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq ummat. Untuk menunaikan amanah yang berat itu, Rasululullah saw dibekali akhlaq yang agung, sebagaimana Allah swt firmankan.

Baca Juga:  Al Quran dan Pendidikan

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”. (QS Al Qalam:4).

Untuk menegakkan akhlaq harus dengan cara memberikan keteladan, tidak hanya sekedar perintah. Melainkan mendidik ummat dengan perilaku yang agung. Hal ini telah dibuktikan oleh Muhammad dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Allah swt memberikan rekognisi kepadanya sebagai teladan dalam hal kebenaran, sebagaimana dinyatakan berikut ini:

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS: Al-Ahzab Ayat: 21)

Begitu istiqamahnya Rasulullah saw dalam membangun akhlaq dan peradaban manusia hingga saat ini dan insya Allah hingga yaumil qiyaamah,sehingga Muhammad mendapat pengakuan dari para peneliti tingkat dunia, menjadi orang yang menduduki ranking #1 yang dibukukan dalam buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, by Michael H. Hart. Ini membuktika bahwa ajaran akhlaq adalah penting dalam sejarah peradaban diniaRasulullah lah yang menjadi model, teladannya.

Menjadi teladan itu umumnya sulit dilakukan oleh banyak orang, namun bagi sejumlah orang ysng terpilih bahwa menjadi teladan itu printing dan mudah dilakukan. Ingat bahwa contoh perilaku yang baik atau yang buruk itu memiliki konsekuensi, sehingga kita harus ekstra hati-hati. Konsekuensi itu tidak hanya berlaku di dunia saja, tetapi juga di akhirat. Mari kita cermati ajaran Rasulullah saw, yaitu:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Baca Juga:  Masa Depan Pendidikan bukan Digitalisasi Sekolah

Artinya: “Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR Muslim).

Adalah patut disadari bahwa dua hal ini, Iman dan Akhlaq adalah dua hal sangat penting dalam kehidupan, di samping Islam. Kehidupan dewasa ini tantangan hidup itu banyak dan berat. Makanya kita perlu memantapkan pijakan dalam beriman. Memang kita tidak bisa pungkiri bahwa Ibrahim itu model yang sangat menyejarah. Karena itu para orangtua, guru/dosen, pimpinan di bidang dan level, wajib menjadi teladan. Demikian juga dalam berakhlaq, bahwa orangtua, guru/dosen, pimpinan, tokoh agama, dan masyarakat luas yang memiliki perilaku baik dan terpuji perlu berjuang keras menjadi teladan bagi yang lainnya

Akhirnya bahwa keteladanan yang baik dan efektif adalah keteladanan yang bersifat menyeluruh. Keteladanan memang tidak mudah, tetapi juga tidak sulit. Yang penting didasarkan dengan hati yang ikhkas. Juga dinikmati dengan tetap tanpa ada yang membebani baik dari diri sendiri maupun dari luar). [RZ]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] pembaca untuk lebih jeli lagi segala sesuatu yang terjadi pada buah hati. apa dan bagaimana cara mendidik buah hati dengan baik semuanya ada dalam buku ini. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini