dibalik ujian berat ada hikmah besar

Sabar adalah kata yang sering didengar dan sering diucapkan oleh setiap orang. Sabar sangat mudah diucapkan namun dalam prakteknya sangat sulit dilakukan. Ketika kita memiliki suatu masalah kemudian kita curhat kepada seorang teman, saudara ataupun orang tua, maka solusi dan ungkapan kata sabar akan diucapkan oleh mereka.

Pernah suatu ketika saya mengalami putus asa, tidak kenal lagi apa makna sabar, yang ada hanya berfikir kenapa Allah memberikan cobaan ini kepada saya? Hampir setiap waktu terlintas dalam benak.

Kala itu, saat hamil. Saya selalu mengidamkan lahir dengan cara normal (keluar melalui vagina). Pembukaan pertama, kedua, ketiga, sakitnya tidak seberapa. Masih bisa melakukan aktivitas santai. Pembukaan demi pembukaan dalam proses melahirkan dijalani.

Pukul 22.00 WIB, saya mengalami pembukaan 10, yang mana proses ini seharusnya bayi keluar, namun bayi tak kunjung keluar. Sakit luar biasa, seperti badan yang ditusuk-tusuk jarum 20 kali lipat. Anggota badan merasakan sakit semua. Nangis tiada henti, berjuang mati-matian agar si bayi keluar.

Bidanpun menunggu hingga pukul 00.00 WIB, tetap sama tidak ada perkembangan sampai pukul 03.00 WIB pagi, akhirnya bidan menyerah dan merujuk ke Rumah Sakit. Dari pihak Rumah sakit, saya pun masih ditunggu untuk lahir normal, namun nihil.

10 jam penantian di pembukaan sepuluh, akhirnya pukul 10.15 WIB bertepatan pada hari Jumat bayi itu keluar dengan jalan caesar (SC). Yaitu mengeluarkan bayi melalui sayatan dari perut sang Ibu, bukan dari vagina. Takdir saya adalah lahiran dengan jalan caesar (SC).

Kemudian, proses ASI yang tidak lancar. Dari waktu hamil saya juga menginginkan untuk anak harus ASI. Semua petunjuk dokter, orang tua, tetangga, teman, saya lakukan. Mulai dari minum obat pelancar ASI, makan sayur, buah, kacang, dan lain-kain supaya ASI lancar. Namun, Allah berkehendak lain, akhirnya, si anak minum susu formula.

Baca Juga:  Syaikh Ahmad Mutamakkin: Wasilah Utama Para Kiai

Dari cerita di atas, saya benar-benar menyalahkan takdir. Sedih karena sudah pembukaan 10, seharusnya bisa lahir normal namun kenyataannya tidak. Kemudian, seharusnya sang anak merasakan ASI dari sang Ibu, ternyata minum susu formula. Orang-orang sering berkata bahwa “jika anak minum ASI, maka ia akan jarang sakit”. Itu membuat saya sedih yang berkepanjangan dan lagi-lagi menyalahkan takdir.

Dukungan suami, orang tua dan orang-orang terdekat membuat saya bangkit kembali dan sadar.  Mereka selalu memotivasi tanpa letih, dan selalu meyakinkan saya, bahwa Allah itu selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya. Proses itu cukup lama, berbulan-bulan.

Dan akhirnya, Saya menyadari bahwa “sabar ada batasnya” menurut saya itu salah.  Menandakan bahwa ia sudah putus asa, capek dan menyerah dengan apa yang terjadi. Sabar begitu luas, tidak terbatas oleh apapun. Padahal kita tahu dan menyadari bahwa di dalam al-Quran ada ayat yang menjelaskan tentang sabar.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar“. (Al-Baqarah: 153)

Jika melihat kepada teks ayat ini, kata “sabar” yang dimaksud dalam Tafsir al-Mishbah adalah mencakup banyak hal, sabar dalam menghadapi ejekan, rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.

Kemudian diakhir ayat tersebut menyatakan “sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin teratasi semua kesulitan dan kesedihan yang dihadapi maka libatkan Allah dalam setiap langkah. Dan yakinlah bahwa Allah selalu bersama, karena Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.

Baca Juga:  Tawakal: Mediasi Diri Menuju Penghambaan yang Hakiki

Dari proses di atas, setelah menjalani hari-hari  dengan yakin dan sabar, maka dibalik itu ada banyak hikmah besar yang saya rasakan. Yang pertama, bisa jadi ketika saya memaksakan untuk tetap lahiran normal maka kepala anak saya akan lonjong, tidak bulat karena dari lamanya proses ngeden, selain itu, bisa jadi jika ia terlalu lama di dalam perut, ia akan minum air ketuban atau bisa jadi saya pendarahan, dll.

Kemudian, anak tidak ASI. Hikmahnya saya bisa lebih fokus saat meninggalkan anak dalam mengajar, mengikuti kegiatan. Selain itu juga, apa yang orang lain katakan tidak benar adanya. Semua tergantung keyakinan pada diri kita. Alhamdulillah, si anak jarang sakit walaupun ia minum susu formula. Mengingat, kami setiap minggu melakukan perjalanan ke luar kota dengan bus umum. Dan masih banyak hikmah-hikmah yang Allah berikan kepada Saya.

Oleh karena itu, libatkan Allah di setiap langkah kita. Sebesar apapun masalah yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya, selama kita yakin bahwa Ia bersama kita. Pasti ada hikmah besar dibalik kejadian tersebut. Karena Allah selalu Maha Mengetahui apa yang kita tidak ketahui. Wallahu A’lam. [HW]

Luthviyah Romziana
Dosen Tetap Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo dan Staff di Yayasan Sekolah Hafizh Quran Surabaya.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini