Kiai Mas Alwi Surabaya nama beliau memang tidak begitu populer seperti ulama-ulama lain di NU bahkan banyak yang baru pertama kali mendengarnya, beliau adalah salah satu assabiqunal awwalun di Nahdlatul Ulama bahkan beliaulah mengusulkan nama “Nahdlatul Ulama” ketika ditanya sama KH Hasyim Asy’ari kenapa Nahdlah? Jawab beliau karena tidak semua Kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit). Ada kiai yang sekedar mengurusi pesantrennya saja, tidak mau peduli terhadap jamiyyah, dan akhirnya nama ini disetujui.

Kiai Mas Alwi merupakan putera dari KH Abdul Aziz Surabaya yang termasuk keluarga besar Ampel Surabaya, dia mempunyai adik sepupu yang bernama Kiai Mas Mansur, beliau termasuk kiai yang mempunyai pemikiran out of box ketika masa sebelum kelahiran NU di dunia Islam baru trending topik tentang Pembaharuan Islam ala Muhammad Abduh di Mesir, bahkan Kiai Mas Mansur juga terpesona yang mengakibatkan tahun 1922M beliau secara resmi beliau keluar dari Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) organisasi yang dirintis bersama KH Wahab Hasbullah namun karena terpesona dengan pemikiran pembaharuan Islam (modernism Islam) madzhab Muhammad Abduh Kiai Mas Mansur resmi keluar dari Nahdlatul Wathan dan bergabung dengan Muhammadiyah.

Nahlatul Wathan (1916) merupakan tempat pembelajaran yang menyelenggarakan pendidikan formal, informal dan non-formal, bergerak dalam bidang madrasah, kursus kepemudaan, organisasi dan dakwah, mempunyai pengaruh yang luas tidak hanya di Jawa Timur tapi juga Jawa Tengah, Jawa Barat dan Madura. Kedudukan Kiai Mas Mansur di Nahdlatul Wathan digantikan oleh Kiai Mas Alwi bin Abdul Aziz, bersama Kiai Wahab Hasbullah beliau mulai membuka cabang Nahdlatul Wathan di daerah-daerah seperti di Semarang (Ahlul Wathan), di Gresik dan Malang (Far’ul Wathan), Jombang (Hidayatul Wathan) dan di Pacarkeling Pasuruan (Khitabul Wathan).

Baca Juga:  Pesantren, NU, dan Islam Nusantara (1)

Nahdlatul Wathan juga mempunyai badan otonom Syubbanul Wathan, Muslimat Nahdlatul Wathan, Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan, Persatuan Guru Nahdlatul Wathan, dan Nahdliyyah Nahdlatul Wathan. Nahdlatul Wathan ini menjadi salah satu pilar berdirinya Nahdlatul Ulama (selain Taswirul Afkar dan Nahdlatut Tujjar).

(Ilustrasi: Google.com/Musee Du Louvre)

Aksi menarik yang ditempuh oleh Kiai Mas Alwi adalah belajar tentang Renaisans (bahasa Prancis renaissance) langsung ke Eropa, Renaissans (abad pencerahan) adalah sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi seluruh kehidupan intlektual masyarakat eropa, yang ditandai dengan ditemukannya kertas dan penemuan barang metal, gerakan ini tidak sertentak ke seluruh eropa namun perlahan dari abad 14 – abad 17, pengaruh renaissans dirasakan dalam semua lini mulai sastra, filsafat, seni, musik, politik, ilmu pengetahuan dan agama dan aspek lain dalam bidang intelektual, Renaisans dapat dipandang sebagai upaya intelektual untuk belajar dan meningkatkan bentuk sekuler dan duniawi, baik melalui kebangkitan ide dari zaman dahulu, dan melalui pendekatan baru untuk berpikir.

Ketika dunia Islam ramai tentang “Gerakan Moderinsme Islam” yang dibawa oleh Muhammad Abduh murid dari Jamaluddin al-afghani, kiai mas alwi di dalam hati gelisah bergemuruh ingin mengetahui tentang asal muasal dari gerakan itu (yang membuat Kiai Mas Mansur terpesona) setelah dilacak memang benar Muhammad Abduh sempat mukim di Paris 1884 dan bersama gurunya menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Jadi jika gerakan moderinsme Islam ramai di Mesir setelah diselidiki tidak terlepas dari pengaruh renaissans di eropa, kemudian beliau memutuskan untuk pergi ke eropa (Belanda dan Prancis) dan meninggalkan Surabaya.

Perjalanan beliau ke eropa melalui pelayaran harus dibayar dengan mahal, karena dia tidak mempunyai bekal yang cukup sehingga dia memutar akal sambil bekerja di pelayaran untuk mendapatkan bekal biaya hidup selama di eropa, pada waktu itu pelayaran masih identik dengan negatif, perzinaan, mabuk-mabukan, perjudian dll. Sehingga konsekuansinya beliau dihapus dari silsilah keluarga besarnya di Ampel Surabaya, dikucilkan semua teman dan saudaranya, beliau di eropa riset dan membaca buku-buku di perpustakaan-perpustakaan di Belanda dan Prancis. Untung ada KH Ridwan Abdullah (Pencipta Lambang NU) dan KH Wahab Hasbullah yang mengajak kembali beliau untuk membesarkan Nahdlatul Wathan dan kemudian Nahdlatul Ulama, beliau tercatat sebagai A’wan Syuriyah di awal-awal tahun berdirinya NU, beliau meninggal dan dimakamkan di Surabaya.

Baca Juga:  Trend Ngaji Online dan Ambyarnya Karisma Kiai NU, Sudah Saatnya Move On!

Beberapa makna yang bisa kita teladani dari Kiai Mas Alwi adalah : 1) Konsep tentang Nahdlah (kebangkitan) ulama, nama ini dipilih karena tidak semua ulama mempunyai jiwa bangkit mengurusi jamiyyah, 2) Menyelesaikan masalah dari akarnya, jika Modernisme Islam popular di Mesir pada waktu itu beliau mencari asal muassal apa yang mempengaruhi pergerakan itu ternyata di Eropa, maka dia memutuskan untuk belajar ke sumbernya langsung (primer) tidak melalui sumber non-primer. 3) Berani beda, pada waktu itu belajar keilmuan lebih banyak di Timur Tengah (Makkah atau Mesir), namun beliau tidak cukup hanya alumni timur tengah, beliau juga berani beda untuk belajar keilmuan ke eropa. 4). Berani Mengambil resiko, kecintaannya dalam mencari ilmu dan berpetualang harus dibayar mahal karena dia dicoret dari keluarga besarnya dijauhi oleh teman-temannya, namun tekad bulatnya membawa dia ke jalan yang sunyi, jalan yang tidak setiap orang berani melewatinya, beliau di NU bagaikan garam tidak terlihat namun bisa dirasakan, mari kita teladani spirit perjuangan beliau, untuk para ulama NU dan terkhusus untuk Kiai Mas Alwi mari kita hantarkan Alfatihah.

Wallahu a’lam bishawab.

 

Abdulloh Hamid
Co-Founder Pesantren.id, founder Dunia Santri Community, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di pengurus pusat asosiasi pesantren NU (RMI PBNU)

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Kisah